1.1.
DETEKSI
DINI PENYULIT KEHAMILAN
Selama
dalam
masa kehamilan, persalinan dan nifas, seorang wanita dapat mengalami kelainan
sebagai komplikasi. Dalam siklus kehamilan sampai nifas ini melibatkan
perubahan fisik maupun psikologis dari ibu serta perubahan sosial di dalam
keluarga dan lingkungan. Maka dari itu, bidan bertugas untuk melakukan deteksi
dini kelainan, komplikasi, dan penyakit untuk didapatkan kehamilan, persalinan,
dan nifas yang aman.
1.1.1. PEMERIKSAAN DINI KEHAMILAN
Setiap
ibu hamil memiliki resiko akan terjadinya komplikasi atas kehamilannya, maka
setiap ibu hamil dianjurkan mengunjungi bidan/ dokter sedini mungkin semenjak
ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal. Hal ini
bertujuan untuk meminimalisir adanya komplikasi, kelainan, atau penyakit dalam
kehamilan, persalinan, dan nifas.
1.1.2. KONTAK DINI KEHAMILAN TRIMESTER I
Kebijakan
program untuk kunjungan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan, terdiri
dari:
a.
1 kali pada trimester pertama, yaitu sebelum umur kehamilan 14 minggu.
b.
1 kali pada trimester ketiga, yaitu selama umur kehamilan 14 – 28 minggu.
c.
2 kali pada trimester ketiga, yaitu selama umur kehamilan 28-36 minggu dan
setelah umur kehamilan 36 minggu.
Tujuan
dilakukan kontak dini kehamilan trimester I adalah untuk memperkenalkan ibu
dengan layanan kebidanan, dimana dalam kunjungan dini akan terjadi pertukaran
informasi antara ibu dan bidan dalam rangka mendiskusikan, merencanakan, dan
mengimplemetasikan asuhan selama kehamilan, persalinan, dan nifas.
Semakin
dini kontak pertama yang dilakukan dengan bidan, semakin tepat dan bermanfaat
saran yang diberikan oleh bidan, terutama yang menghubungkan antara nutrisi dan
asuhan terhadap organ janin yang sedang berkembang dan hampir sepenuhnya
terbentuk pada usia kehamilan 12 minggu.
1.1.3. PELAYANAN ANC BERDASAR KEBUTUHAN
INDIVIDU
Pelayanan
ANC yang diberikan petugas kesehatan kepada setiap ibu hamil berbeda-beda tergantung
dari kebutuhan dan kondisi dari setiap individunya. Misalnya persetujuan ANC
yang diberikan terhadap ibu hamil dengan hipertensi tentunya akan berbeda
dengan pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dengan varices. Namun
demikian, pelayanan ANC tetap harus mempertimbangkan keterbatasan yang terjadi
akibat alokasi sumber daya berdasarkan tempat tinggal ibu, dan layanan apa saja
yang tersedia di tempat tersebut. Ibu hamil dapat memilih tempat pelayanan ANC
sesuai keinginan seperti di BPM , klinik kebidanan, dan Rumah Sakit.
1.1.4. SKRINING UNTUK DETEKSI DINI
Tujuan
skrining adalah untuk melakukan deteksi dini suatu keadaan yang abnormal dan
untuk membuat diagnosa banding. Skrining merupakan abnormal dan untuk membuat
diagnosa banding. Skrining merupakan fungsi utama seorang bidan dalam melakukan
asuhan kebidanan. Tindakan yang umum dilakukan oleh bidan adalah melakukan
skrining secara berkala pada ibu untuk mendeteksi setiap penyimpangan dari
keadaan normal.
a. Kunjungan
I (sebelum 14 minggu), dilakukan untuk:
- Membangun
hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan ibu hamil
- Mendeteksi
masalah dan menanganinya
- Melakukan
tindakan pencegahana seperti tetanus neonatorum, anemia, dan penggunaan praktik
tradisional yang merugikan.
- Memulai
persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi
- Mendorong
perilaku yang sehat.
b. Kunjungan
II (14-28 minggu), dilakukan untuk:
-
Sama seperti kunjungan pertama, ditambah
kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia (tanya ibu mengenai gejala-gejala
preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, dan periksa proteinurin).
c. Kunjungan
III (28-36 minggu), dilakukan untuk:
- Sama
seperti kunjungan kedua,ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda.
d. Kunjungan
IV (setelah 36 minggu), dilakukan untuk:
- Sama
seperti kegiatan kunjungan II dan III, ditambah deteksi dini letak bayi yang
tidak normal, atau kondisi lain yang membutuhkan kelahiran di Rumah Sakit.
Pengetahuan menyeluruh seorang bidan mengenai tanda
dan gejala adanya komplikasi kehamilan sangat diperlukan untuk mengenali
penyimpangan dari kondisi normal. Dengan demikian, seorang bidan dapat
melakukan skrining pada ibu hamil untuk mendeteksi kondisi yang abnormal.
1.2.
DETEKSI
DINI PENYULIT PERSALINAN
Persalinan
tidak selalu berjalan dengan normal. Oleh karena itu, pada saat memberikan
asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong harus waspada terhadap masalah
yang mungkin terjadi. Selain itu, deteksi dini penyulit persalinan juga tidak
kalah pentingnya demi kesuksesan dan kelancaran jalannya proses kelahiran.
Deteksi dini adanya penyulit pada proses persalinan dapat dilakukan dengan
partograf. Dengan penggunaan partograf pada pemantauan kemajuan persalinan kala
I fase aktif, seorang bidan dapat mengetahui adanya persalinan kala I lama
untuk dapat segera melakukan rujukan pada tempat pelayanan yang menyediakan
peralatan dan sumber daya manusia untuk penatalaksanaan komplikasi persalinan
kala I.
1.3.
DETEKSI
DINI PENYULIT MASA NIFAS
Selama
masa kehamilan terjadi banyak perubahan pada sistem tubuh ibu, sehingga setelah
persalinan terjadi proses pemulihan seperti keadaan sebelum hamil, diantaranya:
peningkatan produksi urin untuk mengurangi hemodilusi darah, peningkatan suhu
tubuh pada 24 jam pertama post partum (37,50 C - 380C)
sebagai akibat kehilangan cairan saat persalinan dan kelelahan. Hal tersebut
bukan merupakan keadaan patologis jika terjadi pada hari-hari pertama post
partum. Tetapi apabila terjadi peningkatan suhu pada hari ketiga post partum,
waspada terjadinya infeksi pada nifas, maka informasi mengenai perubahan yang
terjadi pada masa nifas dipandang perlu untuk disampaikan pada ibu nifas dan
keluarga, sebagai salah satu cara untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari
keadaan normal menjadi abnormal, paling sedikit dilakukan empat kali kunjungan
masa nifas, yaitu:
a. 6-8 jam setelah persalinan.
b. 6 hari setelah persalinan.
c. 2 minggu setelah persalinan.
d. 6 minggu setelah persalinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar