Minggu, 02 November 2014

8. Deteksi Dini Komplikasi pada Ibu Masa Nifas

DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA IBU MASA NIFAS

1.      Tujuan
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu:
1)      Membandingkan deteksi dini komplikasi masa nifas dari segi fisik yang meliputi: Perdarahan pervaginam , infeksi di masa nifas, sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur, pembengkakan di wajah atau ekstremitas, demam, muntah, rasa nyeri waktu berkemih, payudara yang berubah menjadai merah, lunak dan terasa nyeri, rasa sakit, merah, lunak, pembengkakan pada kaki.
2)      Membandingkan deteksi dini komplikasi nifas dari segi psikis yang meliputi: Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama, merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri dengan benar.
2.      Uraian Isi Pelajaran
1)      Deteksi dini komplikasi masa nifas dari segi fisik
2)      Deteksi dini komlikasi nifas dari segi psikis
3.      Penjelasan Teori
3.1  Deteksi dini komplikasi pada ibu masa nifas dari segi fisik
1)      Perdarahan pervaginam
a.       Atonia uteri
a)      Definisi
Atonia uteri adalah gagalnya uterus yang berkontraksi dengan baik setelah persalinan.
b)      Penyebab
(a)    Umur yang terlalu muda/terlalu tua
(b)   Paritas (multipara dan grandemulti)
(c)    Partus lama
(d)   Uterus terlalu regang atau besar (pada gemelli, bayi besar)
(e)    Kelainan uterus
(f)    Faktor sosial ekonomi
c)      Penanganan
(a)    Segera lakukan massage uterus dan suntikan ergometrin secara IV
(b)   Jika tindakan ini tidak berhasil, lakukan kompresi bimanual pada uterus
b.      Robekan jalan lahir
a)      Definisi
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering perdarahan postpartum.
b)      Gejala
(a)    Perdarahan segera
(b)   Darah segar mengalir segera setelah bayi lahir
(c)    Kontraksi uterus baik
(d)   Plasenta baik, kadang ibu terlihat pucat
(e)    Ibu tampak lemah
(f)    Menggigil
c)      Klasifikasi derajat robekan perineum dibagi empat
(a)    Tingkat 1
Robekan hanya pada selaput lendir vagina atau tanpa mengenai kulit perineum.
(b)   Tingkat 2
Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinea transversalis, tapi tidak mengenai spingter ani.
(c)    Tingkat 3
Robekan mengenai seluruh perineum dan otot spingter ani.
(d)   Tingkat 4
Robekan sampai mukosa rectum.
d)      Penanganan
Hecting perineum.
c.       Retensio plasenta
a)      Definisi
Keadaan ketika plasenta belum lahir dalam waktu lebih dari 30 menit setelah bayi lahir.
b)      Penyebab
(a)    Plasenta belum lepas dari dinding uterus, menurut perlekatannya dibagi menjadi :
Ø Plasenta normal
Ø Plasenta adesiva
Ø Plasenta inkreta
Ø Plasenta akreta
Ø Plasenta perkreta
(b)   Plasenta sudah lepas akan, tetapi belum dilahirkan
c)      Penanganan
(a)    Manual plasenta
(b)   Perasat Crede
d.      Tertinggalnya sisa plasenta
a)      Definisi
Jika ditemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap dan masih adanya perdarahan pervaginam, padahal plasenta telah lahir.
b)      Penanganan
Sama seperti penanganan retensio plasenta.
e.       Inversio uteri
a)      Definisi
Keadaan ketika keadaan fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya ke dalam kavum uteri.
b)      Klasifikasi inversio uteri
(a)    Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol kedalam kavum uteri, namun belum keluar dari ruangan rongga rahim.
(b)   Inversio uteri sedang : fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina.
(c)    Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
c)      Penyebab
(a)    Uterus lembek, lemah, dan tipis dindingnya.
(b)   Grandemultipara.
(c)    Kelemahan alat kandungan (tonus otot rahim yang lemah).
(d)   Tekanan intra abdominal yang tinggi (misalnya, mengejan/batuk).
d)     Penanganan
(a)    Perbaiki keadaan umum ibu.
(b)   Berikan oksigen.
(c)    Infus IV cairan elektrolit dan transfusi darah.
(d)   Setelah itu, lakukan reposisi dengan anestesi umum.

2)      Infeksi masa nifas
a.       Infeksi pada vulva, vagina, dan serviks
a)      Vulvitis
Jaringan sekitar sayatan episiotomi membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus, dan mengeluarkan pus.
b)      Vaginitis
Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, serta getah mengandung nanah dan keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
c)      Servisitis
Luka serviks dalam, luas, dan langsung ke dasar ligamentum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
b.      Tanda dan gejala khas infeksi vulva, vagina, dan serviks
a)      Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi.
b)      Kadang-kadang nyeri saat buang air kecil.
c)      Nadi dibawah 100 kali/menit.
d)     Getah radang dapat keluar.
e)      Suhu sekitar 380C.
f)       Bila luka infeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam naik sampai 390-400C disertai menggigil.
c.       Endometritis
a)      Endometritis merupakan jenis infeksi yang paling sering. Kuman-kuman memasuki endometrium biasanya pada luka bekas insersio plasenta dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
b)      Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosit. Leukosit akan membuat pagar pertahanan dan disamping itu akan keluar serum yang mengandung zat anti.
c)      Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta, dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan ‘‘lokeometra’’.
d)     Hal ini dapat menyebabkan kenaikan suhu.
e)      Pada endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ketiga suhunya meningkat, nadi cepat, namun dalam kurun waktu 1 minggu keadaan akan menjadi normal.
d.      Septikemia dan pyemia
a)      Septikemia
Pada infeksi ini, kuman-kuman dari uterus langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah.
b)      Pyemia
Pada pyemia, terdapat tromboplebitis yang menjalar ke vena uterine, vena hipogastrik, dan atau vena ovari. Gejala yang muncul adalah sbb :
(a)    Perut nyeri.
(b)   Suhu berulang-ulang meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti dengan turunnya suhu.
(c)    Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, jantung, pneumoni, dan plueritis.
e.       Peritonitis, salpingitis, dan ooforitis
a)      Peritonitis
(a)    Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe didalam uterus langsung mencapai peritonium sehingga menyebabkan peritonitis.
(b)   Peritonitis yang hanya terbatas pada daerah pelvis, gejalanya tidak seberat pada peritonitis umum.
(c)    Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Sedangkan, pada peritonitis umum suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, muka menjadi pucat, mata cekung, dan kulit muka dingin.
(d)   Penanganan :
Ø  Lakukan nasogastric suction.
Ø  Berikan infus (NaCL atau RL).
Ø  Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam : Ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamicin 5 mg/kgBB IV dosis tunggal/hari, dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
Ø  Laparatomi diperlukan untuk pembersihan perut (perotonial lavage).
b)      Salpingitis dan ooforitis
(a)    Terjadi kadang-kadang, walaupun jarang, infeksi ini menjalar sampai ke tuba falopi, bahkan sampai ke ovarium. Disini terjadi salpingitis/ooforitis yang sukar dipisahkan dari pelvio peritonitis.
(b)   Penangannya : pemberian antibiotika dan roborantika untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

3)      Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur
a.       Sakit kepala
a)      Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan dan sering merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
b)      Sakit kepala yang menunjukkan masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang setelah beristirahat.
c)      Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu mungkin merasa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang.
d)     Sakit kepala dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsi.
b.      Penglihatan kabur
a)      Oleh karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah selama proses persalinan.
b)      Perubahan ringan adalah normal.
c)      Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin merupakan gejala pre-eklamsi.
c.       Gejala
a)      Ekspresi wajah ibu kelihatan menahan sakit.
b)      Mata dikerjap-kerjapkan supaya pandangan lebih jelas.
c)      Vital sign : tekanan darah meningkat (lebih dari normal).
d)     Kenaikan berat badan yang drastis sejak kehamilan.
e)      Kaki oedem kanan-kiri.
d.      Penanganan
a)      Pre-eklamsi ringan
·      Rawat jalan :
Ø Banyak istirahat
Ø Diet TKTP
Ø Diet rendah garam dan lemak
Ø Konsumsi vitamin, sayuran, dan buah
Ø Pemberian sedatif ringan
Ø Cek lab darah
Ø Cek lab urine
·      Rawat inap :
Ø Dalam dua minggu rawat jalan tidak menunjukkan perubahan.
Ø Berat badan bertambah.
Ø Timbul salah satu gejala pre-eklamsi berat.
b)      Pre-eklamsi berat
·      Penderita diriwayat diruang yang tenang.
·      Diet  cukup protein (100 gram/hari) dan kurang garam (0,5 gram/hari).
·      Infus RL 125/jam (20 tetes/menit).
·      MgSO4 40 gram.

4)      Pembengkakan diwajah atau ekstremitas
a.       Gejala
a)      Keadaan umum ibu kelihatan menurun (lemah).
b)      Vital sign : nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu normal, dan pernapasan meningkat.
c)      Terdapat odem pada wajah dan ekstremitas.
d)     Pasien kelihatan pucat.
e)      Ujung jari pucat sampai berwarna biru.
f)       Berkeringat.
g)      Aktivitas berkurang.
b.      Penanganan
a)      Perbanyak istirahat.
b)      Diet TKTP rendah garam.
c)      Pemantauan vital sign.
d)     Kolaborasi serta rujuk pasien bila tidak terdapat tanda-tanda perbaikan keadaan umum.

5)      Demam, muntah, dan rasa sakit waktu berkemih
a.       Gejala
a)      Suhu tubuh meningkat.
b)      Denyut nadi cepat.
c)      Sakit saat ditekan daerah bagian atas simpisis pubis dan daerah lipatan paha.
d)     Pemeriksaan laboratorium jumlah leukosit meningkat, terdapat bakteri.
e)      Ibu mengeluh sering anyang-anyangan.
b.      Penanganan
a)      Pemberian parasetamol 500 mg sebanyak 3-4 kali/hari.
b)      Antibiotik sesuai dengan mikroorganisme yang ditemukan.
c)      Minum yang banyak.
d)     Kateterisasi bila perlu.
e)      Makan-makanan yang bergizi.
f)       Jaga kebersihan daerah genetalia.

3.2  Deteksi dini komplikasi pada ibu nifas dari segi psikis
1)      Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu yang Lama
Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses persalianan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya tersebut.
Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan makanan sebanyak-banyaknya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun akan terganggu, sehingga ibu tidak ingin makan sampai kehilangan itu hilang.
Tips Untuk Mengatasi Hilangnya Nafsu Makan : Ibu yang mengalami kehilangan nafsu makan bisa dihindari dengan upayaØ menyajikan hidangan dalam porsi kecil dan penampilan menarik. Jangan lupa, konsumsi vitamin C dan vitamin B (vitamin larut air) serta beberapa mineral seperti zinc, kalium, magnesium. Kita bisa memperolehnya dari beberapa bahan makanan:
a.       Zinc: daging, hati, kerang, telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan.
b.      Kalium: makanan mentah atau segar, terutama sayuran, buah dan kacang-kacangan.
c.       Magnesium: sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian, kacang-kacangan, daging, susu, daging.
d.      Vitamin B: biji-bijian, kacang-kacangan, kacang merah, tofu, tuna, ikan salmon, sayuran.
e.       Vitamin C: buah jeruk, melon, semangka, bayam, brokoli, tomat, ubi, kubis, kembang kol.
Coba cari variasi makanan, diluar makanan biasa ibu. Makanan yang paling enak menurut ibu (mungkin bisa mempercepat mengembalikan nafsu makannya).
Keadaan nafsu makan yang kurang atau sama sekali tidak ada kita sebut dengan istilah “Anoreksia”. Anoreksia bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala klinis dari suatu penyakit atau kelainan tertentu.
Banyak hal yang dapat menyebabkan anoreksia, antara lain penyakit organik, faktor psikologis, dan pengaturan makan yang kurang baik. Penyakit infeksi seperti pada saluran napas atas juga TBC dapat memberikan gejala anoreksia.
Jadi, jangan sampai seorang ibu nifas tidak berusaha untuk mengembalikan nafsu makannya karena akan dapat menimbulkan penyakit yang disebutkan diatas, yaitu penyakit Anoreksia.
2)      Merasa Sedih Atau Tidak Mampu Mengasuh Diri dan Bayinya
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun ibu post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Faktor penyebabnya adalah:
a.       Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan.
b.      Rasa nyeri pada awal masa nifas
c.       Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan di rumah sakit.
d.      Kecemasan akan kemampuannya untuk marawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit.
e.       Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.
Bermacam-macam Reaksi, tindakan serta pemikiran-pemikiran ibu yang merasa sedih atau tidak mampu mengasuh diri dan bayinya, dapat dilihat pada poin2 dibawah ini :
a.       Perasaan tidak menentu menyertai ibu seusai kelahiran anak. Yang dominan, rasa ingin marah terus. “kadang ibu bisa kasihan pada suami karena ia sudah berusaha keras untuk membantu, termasuk bangun malam. Tapi sedikit saja kekeliruan bisa membuat ibu meledak,”
b.      Tak jarang seorang ibu merasakan banyak kekhawatiran; khawatir tak bisa menjadi ibu yang baik dan lain-lain. Juga rasa sedih yang tak tentu sebab. Kadang ia merasa berada di padang luas tanpa batas, Sendirian, Sunyi, Perasaan kosong yang teramat dalam, yang tak pernah bisa ia bagi kepada siapa pun. Padahal orang-orang terdekatnya, seperti orangtua dan suami, sangat mendukungnya. Setiap malam, sang suami ikut mengganti popok anaknya yang basah.
c.       Banyak perempuan mengalami perasaan berubah-ubah secara ekstrem (mood swings) pasca melahirkan. Semua perempuan berpotensi mengalaminya, termasuk aktivitas yang tercerahkan dengan suami yang sungguh-sungguh sangat mendukung. Selama lebih tiga bulan ibu mengalami gejolak emosi yang sangat tidak stabil. Terkadang ia merasa bahagia dianugerahi seorang anak, lalu muncul kesedihan yang luar biasa. Ia juga merasa kebebasan dan privasinya sangat berkurang karena waktunya habis untuk mengurus anak.
Walaupun selama masa kehamilan, ibu sudah mempersiapkan secara matang tentang perawatan anaknya yang akan lahir. Ia membaca semua buku menjelang kelahiran anaknya itu. ibu yang tinggal jauh dari mertua dan orangtua merasa sudah siap mental untuk mengasuh dan merawat bayi. Namun perkiraannya ibu bisa meleset. Setelah melahirkan, secara teknis ibu memang tidak canggung lagi merawat dan mengasuh anaknya. Akan tetapi tidak secara psikologis. Petunjuk “ilmu” yang ia pelajari dari buku ternyata tidak mendapat dukungan dari lingkungan terdekatnya.
Akan tetapi, tak banyak yang memerhatikan berbagai faktor yang dapat membuat perempuan mengalami gangguan kejiwaan atau depresi pascamelahirkan. Beberapa di antaranya bahkan dapat berakibat fatal. Rasa bahagia ketika mendapatkan bayi bukanlah jaminan semuanya akan baik-baik saja.
 Rasa sakit yang luar biasa pada proses kelahiran bisa menjadi salah satu faktor pencetus. Seperti ibu yang mengalami proses panjang dan rumit (sempat diinduksi beberapa kali, ketubannya pecah sementara rahimnya belum mengalami proses pembukaan, tekanan darahnya naik) sebelum dokter yang menanganinya memutuskan agar ia dioperasi cesar.
Perjuangan berat saat melahirkan membawa dampak psikologis yang cukup berat bagi ibu. Setelah melahirkan, ibu harus istirahat total satu minggu. Dalam keadaan sakit, ia masih harus berjuang lagi untuk menyusui anaknya.
Adapun tindakan yang harus kita lakukan terhadap keadaan ibu yang seperti ini yaitu:
a.       Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman yang terjadi pada masa nifas.
b.      Berikan support yang bisa diterima oleh ibu, misalnya kita mengatakan bahwa ibu pasti bisa melakukan yang terbaik buat bayi ibu. Ibu tidak perlu takut dan kwatir dalam pengasuhan bayi ibu, karena ibu tidak sendiri ada suami, orang tua, apalagi saya yang akan tetap sedia membatu ibu dalam mengasuh bayi ibu tersebut karena ini merupakan salah satu tanggung jawab saya juga.
c.       Bertindaklah sebagai promotor hubungan antara ibu, bayi dan keluarga.
d.      Memberikan dukungan yang berkesenambungan.
e.       Beri keyakinan kepada ibu agar tidak ragu-ragu dalam memberikan asuhan terhadap bayinya.

  1. Kesimpulan
Deteksi dini komplikasi masa nifas dari segi fisik yang meliputi: Perdarahan pervaginam , infeksi di masa nifas, sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur, pembengkakan di wajah atau ekstremitas, demam, muntah, rasa nyeri waktu berkemih, payudara yang berubah menjadai merah, lunak dan terasa nyeri, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, rasa sakit, merah, lunak, pembengkakan pada kaki, merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri dengan benar.
Deteksi dini komlikasi nifas dari segi psikis yang meliputi: Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama, merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri dengan benar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar