Senin, 03 November 2014

3. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi pada Ibu Hamil Trimester 1,2 dan 3


Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya pada alat genetalia eksternal dan interna dan pada payudara (mamae). Dalam hal ini hormone somatomammotropin,estrogen, dan progesterone mempunyai peranan penting seperti telah dikemukakan pada bab terdahulu.
Perubahan system reproduksi antepartum meliputi perubahan fisiologis pada uterus, ovarium, dan vagina. Secara khas perubahan reproduksi antepartum yang terjadi selama kehamilan dikategorikan sebagai perubahan local. Beberapa tanda dugaan, tanda perkiraan, dan tanda positif kehamilan adalah hasil dari perubahan – perubahan reproduksi antepartum.
1. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan – bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus, di samping itu serabut – serabut kolagen yang ada pun menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Bila ada kehamilan ektopik, uterus akan membesar pula, karena pengaruh hormon – hormon itu. Begitu pula endometrium menjadi desidua.
Berat uterus normal lebih kurang 30 gram pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus ini menjadi 1000 gram, dengan panjang lebih kurang 20 cm dan dinding lebih kurang 2,5cm. Pada bulan – bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng. Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti bentuk semula lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui, antara lain untuk membuat diagnosis apakan wanita tersebut hamil fisiologik, atau hamil ganda, atau menderita penyakit seperti mola hidatidosa, dan sebagainya.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dinding uterus terdiri atas 3 lapisan otot. Lapisan otot longitudinal paling luar, lapisan otot sirkuler paling dalam dan lapisan otot ber bentuk oblik diantara kedua lapisan otot luar dan dalam. Ketika ada kehamilan ketiga lapisan ini nampak lebih jelas.
Lapisan otot oblik berbentuk suatu anyaman seperti tikar, memegang peranan penting pada persalinan di samping kedua lapisan otot lainnya. Sinus – sinus pembuluh darah berada di antara anyaman otot oblik ini. Postpartum uterus berkontraksi dan pada ketika ini sinus – sinus pembuluh darah yang terbuka terjepit, sehingga perdarahan postpartum dapat dicegah.
Uterus pada wanita tidak hamil kira – kira sebesar telur ayam. Pada kehamilan uterus tumbuh secara teratur, kecuali jika ada gangguan pada kehamilan tersebut. Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar telur bebek, dan pada kehamilan 12 minggu kira – kira sebesar telur angsa. Pada saat ini fundus uteri telah dapat diraba dari luar, diatas simfisis. Pada pemeriksaan ini wanita tersebut harus mengosongkan kandung kencingnya dahulu.
Pada minggu – minggu pertama ismus uteri mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama membuat ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Hal ini dikenal dalam obstetri sebagai tanda hegar.
Pada kehamilan 16 minggu kavum uteri sama sekali diisi oleh ruang amninom yang berisi janin, dan ismus menjadi bagian korpus uteri. Pada kehamilan 16 minggu besar uterus kira – kira sebesar kepala bayi atau sebesar tinju orang dewasa. Dari luar fundus uteri kira – kira terletak diantara setengah jarak pusat ke simfisis.
Pada kehamilan 20 minggu fundus uteri terletak kira – kira di pinggir bawah pusat, sedangkan pada kehamilan 24 minggu fundus uteri berada tepat di pinggir atas pusat.
Pada kehamilan 28 minggu fundus uteri terletak kira – kira 3 jari di atas pusat atau sepetiga jarak antara pusat ke prosesus xifoideus. Pada kehamilan 32 minggu fundus uteri terletak diantara setengah jarak pusat dan prosesus xifoideus. Pada kehamilan 36 minggu fundus uteri terletak kira – kira 1 jari dibawah prosessus xifoideus. Dalam hal ini kepala bayi masih berada di atas pintu atas panggul. Pemeriksaan tinggi fundus uteri dikaitkan dengan umur kehamilan perlu pula dikaitkan dengan besarnya dan beratnya janin
Bila pertumbuhan janin normal maka tinggi fundus uteri pada kehamilannya 28 minggu sekurangnya 25 cm, pada 32 minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu fundus uteri turun kembali dan terletak kira – kira 3 jari di bawah prossesus xifoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala janin yang pada primigravida turun dan masuk ke dalam rongga panggul.
Pada triwulan terakhir ismus lebih nyata menjadi bagian korpus uteri, dan berkembang menjadi segmen bawah uterus. Pada kehamilan tua karena kontraksi otot – otot bagian atas uterus, segmen bawah uterus menjadi lebih lebar dan tipis tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis. Batas itu dikenal sebagai lingkaran ini jauh lebih tebal dari pada dinding segmen bawah uterus.

2. Servik Uteri
Servik uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot. Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hivervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak.
Serviks yang terdiri terutama atas jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot tidak mempunyai fungsi sebesar sfingter. Pada partus serviks membuka saja mengikuti tarikan – tarikan korpus uteri ke atas dan tekanan bagian bawah janin ke bawah.Sesudah partus dapat pula dinyatakan bahwa serviks itu berlipat – lipat dan ridak menutup seperti ditemukan pada sfingter.
Pada multipara dengan porsio yang bundar, porsio tersebut mengalami cedera berupa lecet dan robekan, sehingga postpartum tampak adanya porsio yang terbelah dua dan menganga. Hal ini lebih jelas pada pemeriksaan postnatal 6 mingggu postpartum. Perubahan – perubahan pada serviks perlu diketahui sedini mungkin pada kehamilan akan tetapi yang memeriksa hendaknya hati – hati dan tidak dibenarkan melaksanakan secara kasar sehingga dapar menggangu kehamilan.
Kelenjar – kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang – kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak. Keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadaan yang fisiologik.

3. Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiruan – biruan (livide). Tanda ini disebut tanda Chadwick. Warna porsio pun tampak livide.
Pembuluh – pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan nutrisi pada alat – alat genetalia tersebut meningkat. Apabila terdapat kecelakaan pada kehamilan atau persalinan maka perdarahan akan banyak sekali sampai dapat mengakibatkan kematian.

4. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum gravididatis sampai terbentuknya plasenta pada kira – kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter kira – kira 3 cm. Kemudian ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Seperti telah dikemukakan korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta. Dalam dasawarsa terakhir ini ditemukan pada awal ovulasi hormon relaxin, suatu immunoreactive inhibin dalam sirkulasi maternal. Diperkirakan korpus luteum adalah tempat sintesis dari relaxin pada awal kehamilan. Kadar relaxin di sirkulasi maternal dapat ditentukan dan meningkat dalam trimester pertama. Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm.

5. Payudara
Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin,estrogen dan progesteron akan tetapi belum mengeluarkan air susu.
Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron menambahkan sel – sel asinus pada payudara. Somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel – sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumin dan laktoglobulin. Dengan demikian, payudara dipersiapkan untuk laktase. Disamping ini di bawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak di sekitar kelompok – kelompok alveolus, sehingga payudara menjadi lebih besar. Papila payudara akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam, seperti seluruh aerola payudara karena hiperpigmentasi. Glandula Montgomery tampak lebih jelas menonjol di permukaan aerola payudara. Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih, disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar – kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Sesudah partus kolostrum ini agak kental dan warnanya agak kuning. Meskipunkolostrum telah dikeluarkan pengeluaran air susu belum berjalan oleh karen prolaktin ini ditekan oleh PIH (prolactine inhibiting hormone). Post partum dengan dilahirkannya plasenta pengaruh estrogen, progesteron dan somatommotropin terhadap hipotalamus hilang, sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan laktasi terjadi.

6. Sistem Kekebalan
Hormon prolaktin menghasilkan gamma A imunoglobin yang dapat ditemukan pada air susu ibu (kolostrum). Benda penangkis ini berfungsi untuk menambah perlindungan bayi terhadap infeksi.

7. Sistem Perkemihan
Pada bulan – bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidarus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan bila kepala janin mulai turun kebawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karana kandung kencing mulai tertekan kembali.
Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena pengaruh progesteron. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar dari pada ureter kiri, karena mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar ke arah kanan. Mungkin karena orang bergerak lebih sering memakai tangan kanannya atau disebabkan oleh letak kolon dan sigmoid yang berada di belakang kiri uterus. Akibat tekanan pada ureter kanan tersebut, lebih sering dijumpai hidroureter dekstra dan pielitis deksra
Di samping sering kencing tersebut di atas terdapat pula poliuria disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan, sehingga filtrasi di glomerulus juga meningkat sampai 69%.Reabsorpsi di tubulus tidak berubah, sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan urea, asam urik,glukosa,asam amino,asam folik dalam kehamilan.
Laju filtrasi glomerulus  meningkat 5% . Laju filtrasi glomerulus yang biasa adalah sekitar 90 ml/mnt pada wanita yang tidak hamil, meningkat sampai 150 ml/mnt pada trimester pertama yang dipertahankan disepanjang masa kehamilan.Konsentrasi albumin dapat menjadi penting di sini karena terjadi penurunan konsentrasi albumin serum yang secara alami mencerminkan penurunan tekanan onkotik. Hal ini dapat meningkatkan kerapuhan sel merah dan meningkatkan filtrasi glomerulus.Akibat penurunan konsentrasi albumin serum ikatan hormon menurun. Penurunan konsentrasi ini disebabkan oleh efek pengenceran akibat meningkatnya volume plasma.
Peningkatan laju filtrasi glomerulus menyebabkan komposisi darah berubah. Urea, asam urat, kreatin, dijernihkan secara lebih efisien sehingga konsentrasi plasma zzat – zat tersebut menurun. Glukosa dapat dieksresi dalam jumlah besar dalam kehamilan normal dan sampai 3 gram asam amino dapat hilang setiap hari. Folat dieksresi 4 – 5 kali kecepatan yang biasa dan kehilangan vitamin yang dapat larut dalam air lainnya juga terjadi
8. Sistem muskuluskeletal
Ada banyak perubahan muskuluskeletal selama kehamilan normal. Perubahan ini disebabkan oleh perubahan hormon yang memenuhi ligamen dan jaringan ikat. Sendi sakroiliaka menjadi longgar dan uterus yang berisi janin menyebabkan postur lordosis pada lumbal. Untuk alasan inilah sering kali wanita hamil mengeluhkan nyeri punggung bawah dalam derajat tertentu. Pergerakan kaki, lutut dan pinggul dapat terasa nyeri ringan akibat peningkatan berat pada kerangka tubuh. Simfisis pubis juja mengalami pelebaran yang bermakna.

9. Sistem Kardiovaskuler
Banyak perubahan – perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskular dan sistem hematologi selama kehamilan. Perubahan – perubahan ini menimbulkan gejala – gejala dalam tubuh ibu dan perubahan – perubahan dalam hasil test laboratorium yang sebenarnya normal pada wanita hamil, akan tetapi dapat disalhatafsirkan sebagai hal yang tidak normal. Sangtlah penting bagi bidan untuk memahami perubahan – perubahan ini serta perubahan – perubahan pada fungsi kardiovaskuler dan hematologi yang dapat menjadi penyebab. Memahami perubahan – perubahan ini memungkinkan bidan memberikan konseling dan membantu ibu yang sedang mengalami perubahan – perubahan ini memungkinkan bidan memberikan konseling dan membantu ibu yang sedang mengalami perubahan – perubahan ini, sert menginterprestasikan hasil test laboratorium dengan benar.
Penurunan tahanan vaskular perifer selama kehamilan terutama disebabkan karena relaksasi otot polos sebagai akibat pengaruh hormon progesteron. Penurunan dalam peripheral vaskular resistance, mengakibatkan penurunan tekanan darah selama usia kehamilan pertama kehamilan. Tekanan sistolik turun sekitar 5 sampai 10 mm Hg dan diastolik 10 sampai 15 mm Hg. Setelah usia kehamilan 24 minggu, tekanan darah sedikit demi sedikit naik dan kembali kepada tekanan darah sebelum hamil pada saat atem. Perubahan lain yang mempengaruhi
Curah jantung pada kehamilan menurun.Peningkatan curah jantung sebesar 50% tentu saja memenuhi kebutuhan yang diperlukan janin untuk memperoleh suplai darah yang adekuat guna memenuhi nutrisi dalam perkembangannya.. Konsesus umum bahwa terdapat suatu kecenderungan curah jantung lebih tinggi pada trimester kedua dari pada trimester pertama dan jantung trimester ketiga lebih rendah dari pada trimester kedua. Perubahan curah jantung ini merupakan akibat sekunder terhadap peningkatan frekuensi denyut jantung dan volume sekuncup dan penurunan dalam tahanan vaskular perifer. Selama persalinan curah jantung meningkat sebanyak 10 – 15% sebagai respon terhadap katekolamin endogen dan peningkatan aliran balik vena yang terjadi selama kontraksi uterus.
Selama masa kehamilan volume darah total meningkat sampai 35% yang pada gilirannya menyebabkan hemodilusi, disertai penurunan volume sel darah merah, hemoglobin, hematokrit dan kadar protein serum. Air ekstrasel meningkat sebesar 1 -2 liter dan selain kompresi mekanis vena kava inferior oleh janin menyebabkan terjadinya edema perifer pada 50 – 80% kehamilan normal. Pada saat yang sama terjadi distensibilitas vena khususnya pada trimester 3 saat volume plasma maksimal. Dalam kehmilan normal dintensibilitas vena mencerminkan adapatasi terhadap perubahan sirkulasi. Perubahan hormon dapat bertanggung jawab karena telah terbukti bahwa terdapat peningkatan distensibilitas vena selama terapi kontrasepsi oral dan bahwa kurva distensibilitas vena sejajar dengan kurva steroid kehamilan.
Wanita hamil rentan terhadap hipotensi posisi yang nyata. Pada posisi terlentang uterus mengompresi vena kava inferior sehingga menurunkan aliran baik vena, volume sekuncup dan pada akhirnya curah jantung serta tekanan darah. Respons kompensasi maternal yang normal ialah tahikardi dan vasokontriksi ekstremitas bawah. Hipotensi akibat kompresi aortocaval dapat diminimalkan dengan menggeser uterus yang dilakukan dengan memiringkan pelvis ke kiri atau ke kanan.
Penurunan curah jantung selama trimester terakhir kehamilan kemungkinan disebabkan oleh kompresi vena kava inferior oleh uterus diikuti oleh penurunan aliran balik vena kemudian penurunan volume sekuncup. Keragaman dalam pembentukan saluran vena kolateral dapat mempengaruhi variasi curah jantung pada individu.
Sebagian besar peningkatan curah jantung diseimbangkan oleh penurunan tahanan perifer pembuluh darah dan juga oleh penurunan sensitivitas terhadap efek konstriktif angiotensin. Hal ini disebabkan oleh efekestrogen dan progesteron. Peningkatan volume plasma menyebabkan hemodilusi karena volume sela darah merah tidak meningkat seiring dengan peningkatan volume plasma. Nilai hemoglobin menurun menyebabkan anemia fisiologis meningkat. Anemia ini berbeda dari anemia sejati karena didasari oleh kondisi patologi.
Tekanan darah bergantung pada curah jantung dan tahanan perifer pembuluh darah. Peningkatan curah jantung cenderung meningkatkan tekanan darah, sementara tahapan perifer pembuluh darah menurunkan tekanan darah. Karena progesteron mendilatasi pembuluh darah maka tahanan perifer diturunkan sehingga tekanan darah dipertahankan dalam rentang yang sesuai.
           
10. Sistem integument
Selama kehamilan sistem integrumen mengalami perubahan. Perubahan ini diakibatkan oleh pertumbuhan janin dan sekresi hormon
Selam minggu – minggu pertama, korpus lutheum dalam ovarium menghasilkan estrogen dan progestoren. Fungsi utamanya pada stadium ini adalah untuk mempertahankan pertumbuhan desidua dan mencegah pelepasan serta pembebasan desidua tersebut. Sel – sel trofoblast menghasilkan hormon korionik gonadotropin yang akan mempertahankan korpus lutheum sampai plasenta berkembang penuh dan mengambil alih produksi estrogen dan progesteron dari korpus lutheum.
Setelah plasenta mengambil ahli sekresi estrogen dan progesteron mengalami peningkatan yang nyata. Kadar kedua hormon ini tetap tinggi sampai sesaat sebelum aterm, ketika fungsi plasenta dengan rentang usia yang terbatas mulai mengalami penurunan. Ketika hal itu terjadi kadar hormon plasenta mulai menurun.
Pada kulit terdapat pigmen dan hiperpigmentasi alat – alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang – kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi dan hidung dikenal dengan kloasma gravidarum. Di daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama juga aerola payudara. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai linea grisea. Tidak jarangdijumpai kulit perut seolah – olah retak – retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru – biruan, disebut striae livide. Setelah partus striae livide ini berubah warnanya menjadi putih dan striae albikantes. Pada seorang multigravida sering tampak striae livide bersama dengan striae albikantes.

11. Metabolisme pada kehamilan
Pertumbuhan terbesar janin berlangsung selama trimester terakhir, yakni saat berat janin hampir dua kali selama dua bulan terakhir kehamilan. Pada periode ini ibu tidak mengabsorsi protein kalsium, fosfat, dan zat besi yang cukup dari saluran cerna untuk menyuplai janin dengan jumlah yang diperlukan. Hal ini bukan masalah karena tubuh ibu menyimpan zat – zat tersebut pada awal kehamilan.
Status nutrisi juga mempengaruhi metabolisme albumin dan penelitian menyatakan peran albumin, yakni sebagai sumber asam amino plasenta.Dengan demikian albumin menyediakan sekumpulan cadangan nitrogen yang penting untuk ibu dan janin yang sedang berkembang. Penelitian terbaru juga menunjukan bahwa insulin memilki efek menstimulasi sintesis albumin, mungkin untuk menangkap asam aminino esensial .
Selama kehamilan normal, janin yang berkembang memiliki tuntutan signifikan terhadap homeostasis kalsium maternal, terutama pada gestasi lanjut. Sekitar 200 mg/hari kalsium disimpan di dalam rangka janin selama trimester ketiga disertai akumulasi bersih 25 – 30 gram kalsium. Kehilangan kalsium dalam urin juga meningkat. Kadar eksresi kalsium urin pada kehamilan lanjut jumlahnya rata – rata dua kali eksresi kalsium urin wanita yang tidak hamil. Hipokalsuria pada masa kehamilan kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi peningkatan absorpsi kalsium dalam saluran cerna dan peningkatan kecepatan filtrasi glomerulus. Walaupun transfer kalsium ke rangka janin meningkat dan eksresi kalsium urin juga meningkat, bukti yang mengejutkan adalah hanya sedikit wanita hamil yang menderita demineralisasi tulang.
Penyesuaian ibu dalam metabolise kalsium yang terjadi selama masa kehamilan, sekurang – kurangnya mengompensasi sebagian kehilangan kalsium urin dan kebutuhan kalsium janin. Walaupun absorpsi kalsium urin di saluran cerna meningkat, kadar kalsium serum total menurun selama kehamilan. Hal ini disebabkan oleh penurunan albumin serum yang seperti telah dijelaskan sebelumnya, berfungsi sebagai protein karier (pembawa) yang terikat pada kalsium. Namun kadar kalsium ionisasi serum tetap tidak berubah. Ada kontroversi yang cukup besar tentang kadar hormon paratiroid sepanjang masa kehamilan, ada laporan yang menyatakan bahwa kadarnya meningkat, menurun, atau tidak berubah sama sekali. Kadar PTH baru – baru ini ditemukan sedikit lebih rendah dari pada kadar yang diukur pada wanita tidak hamil. Kadar PTH yang tertekan ini mungkin merupakan akibat dari peningkatan vitamin D.
Pada wanita hamil BMR meninggi, sistem endokrin juga meninggi, dan tampak lebih jelas kelenjar gondoknya. BMR mningkat hingga 15 – 20% yang umumnya ditemukan pada trimester terkahir. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran hidrat arang, khusunya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas. Akan tetapi bila dibutuhkan lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari – hari.
Pada wanita tidak hamil kadar 155 mEq per liter menurun sampai 145 – 147 mEq per liter. Serum Na turun dari 142 mEq per liter sampai 135 – 137 mEq per liter dan disertai oleh turunya plasma bikarbonat dari 25 ke 22 mEq per liter.
Protein diperlukan sekali dalam kehamilan untk perkembangan badan alat kandungan, payudara dan janin. Protein harus disimpan pula untuk kelak dapat dikeluarkan pada saat laktasi.Diperkirakan satu gram protein setiap kilogram berat badan dapat memenuhi kebutuhan sehari – hari. Pada pemeriksaan plasma protein ditemukan adanya penurunan dalam fraksi albumindan sedikit penurunan gamma globulin.
Wanita dalam kehamilan memerlukan tambahan besi sekitar 800 mg.Sebaiknya diet wanita hamil ditambah dengan 30 – 50 mg besi dalam waktu sehari, ini dapat diberikan sebagai sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus sesudah makan.
Dapat dipahami bahwa dengan adanya pertumbuhan dan perkembagan dalam tubuh wanita hamil akan timbul suatu keaktifan enzim yang luar biasa. Plasenta sendiri mempunyai enzim – enzim untuk oksidasi, reduksi dan hidrolisa. Yang banyak ditemukan adalah mono amino oksidase dan diamino oksidase yang membuat tiramine dan histamine ialah diamino oksidase,pitosinase,glukoronidase,angiotonase dan alkalin fosfatase. Semua enzin ditemukan di dalam serum ibu dalam kadar lebih tinggi.
Segera setelah haid terlambat kadar diamono oksidase meningkat 3 – 6 satuan dalam masa tidak hamil ke 200 satuan dalam masa hamil enam minggu. Kadar ini mencapai puncaknya sampai 400 – 500 satuan pada kehamilan 16 minggu, dan seterusnya menetap sampai akhir kehamilan. Kemudian kadar ini turun sampai 50 satuan dalam 2 – 3 hari postparrtum, untuk dalam 10 – 14 hari kemudian mencapai kadarnya kembali seperti pada masa tidak hamil. Kadar diaminooksidase ini tidak meningkat pada wanita dengan koriokarsinoma oleh karena tingginya kadar korionik gonadotropin.

12. Perubahan Fisiologi BB dan IMT bada ibu hamil
Peningkatan berat badan dalam masa kehamilan.Kenaikan berat badan ibu dapat mencapai sekitar 12,5 kg atau pada kasus yang diteliti oleh ahli dari Swedia, sekitar 15 kg selama masa kehamilan. Rata – rata peningkatan berat adalah sekitar 0,5 kg/minggu selama trimester kedua kehamilan, peningkatan paling pesat terjadi antara minggu ke 16 dan ke 24.
Kenaikan berat badan rata –rata selama masa kehamilan, yang ditulis di guyton (1991) adalah 10,9 kg, tetapi angka ini bervariasi di dalam literatur. Dengan menggunakan pertambahan berat badan 10,9 kg, angka ini dapat dibagi menjadi kurang lebih 3,2 kg untuk janin dan 1,8 kg untuk cairan amnion, plasenta dan membran janin. Berat uterus meningkat kurang lebih 0,9 kg dan berat payudara 0,9 kg, masih tersisa kenaikan rata – rata berat badan ibu sekitar 4,1 kg. Sekitar 2,7 kg dari seluruh kenaikan berat badan tersebut ialah cairan di dalam darah dan cairan ekstrasel yang dieksresi di dalam urin selama hari – hari pertama setelah melahirkan.
Sering kali selama masa kehamilan, seorang ibu mengalami peningkatan nafsu makan yang besar, sebagian merupakan akibat pemindahan substrat makanan dari darah ibu ke janin dan sebagian diakibatkan oleh faktor hormonal.Tanpa perawatan prenatal yang benar, kenaikan berat badan dapat mencapai 34 kg atau lebih.
Kebutuhan kalori di saat hamil meningkat sebesar 500 kalori dari kebutuhan saat tidak hamil, jadi total kalori yang diperlukan saat hamil sebesar 2500 kalori. Kebutuhan protein sebagai zat penting bagi pertumbuhan jaringan baru akan meningkat hingga dua kali lipat selama masa kehamilan. Begitu pula halnya kebutuhan akan kalsium yang diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi janin. Jika janin tidak tidak mendapat cukup kalsium ia akan mengambil dari tubuh ibu. Jika sumber kalsium dalam tubuh ibu menurun, akibatnya tulang ibu bisa menjadi keropos.
Pentingnya peningkatan berat badan yang sesuai dalam masa hamil bukanlah suatu yang berlebihan. Peningkatan berat badan memberikan kontribusi penting terhadap kesuksesan suatu kehamilan. Akan tetapi peningkatan berat badan saja tidak dapat dipakai untuk menentukan kecukupan asupan nutrisi. Kualitas mungkin merupakan merupakan faktor yang lebih penting dalam perkembangan janin secara keseluruhan.
Selama kehamilan proses metabolik tubuh mengalami perubahan. Perubahan ini sering mengakibatkan beberapa ketidaknyamanan umum selama kehamilan.
Pada wanita basal metabolic rate (BMR)  meninggi, sistem endokrin juga meninggi, dan tampak lebih jelas kelenjar gondoknya (glandula tireoidea). BMR meningkat hingga 15 – 20% yang umumnya ditemukan pada triwulan terakhir. Kalori yang dibutuhkan u tuk itu diperoleh terutama dari pembakaran hidrat arang, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas. Akan tetapi bila dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari – hari. Dalam keadaan biasa wanita hamil cukup hemat dalam hal pemakaian tenagannya.
Keseimbangan asam alkali sedikit mengalami perubahan konsentrasi alkali, pada wanita tidak hamil kadar sebesar 155 mEq per liter menurun sampai 145 – 147 mEq per liter. Sehubungan dengan ini serum Na turun 142 mEq per liter sampai 135 – 137 mEq per liter dan disertai oleh turunnya plasma bikarbonat dari 25 ke 22 mEq per liter.
Protein diperlukan sekali dalam kehamilan untuk perkembangan badan, alat kandungan, payudara, dan untuk janin protein harus disimpan pula untuk kelak dapat dikeluarkan pada laktase. Maka dari itu perlu diperhatikan agar wanita hamil memperoleh cukup protein selam hamil. Diperkirakan 1 gram protein setian kilogram berar badan dapat memenuhi kebutuhan sehari – hari. Pada pemeriksaan plasma protein ditemukan adanya penurunan dalam fraksi albumin dan pula sedikit penurunan gamma globulin. Globulin alfa 1. alfa 2, dan beta dan fibrinogen meningkat. Perubahan – perubahan dalam plasma protein ini dalam satu minggu postpartum kembali kepada keadaan sebelum adanya kehamilan.
Hidrat arang seorang wanita hamil sering haus, nafsu makannya besar, sering kencing dan kadang – kadang memperlihatkan pula glukosuria, sehingga menyerupai diabetes melitus. Segala sesuatu ini dipengaruhi oleh somatomammotropin, peningkatan plasma insulin, dan hormon – hormon adrenal.
Hasil pemeriksaan glukose tolereance test dalam kehamilan sebaiknya ditinjau sungguh – sungguh kebenarannya oleh karena ada perbedaan apakah glukosa diberikan oral atau intravena. Bila diberikan oral, kadar glukosa ini dalam darah lebih lamban kembali ke asalnya, yakni sesudah 3 jam, sedangkan pada orang yang tidak hamil kadar glukosa itu kembali dalam 2 jam. Perbedaan ini tidak ditemukan pada pemberian glukosa intravena. Bila ditemukan glukosa tolerance test oral abnormal, sebaiknya dilakukan pula glukosa tolerance test intravena untuk memperoleh perbandingan yang benar, oleh karena penyakit diabetes mellitus dalam kehamilan harus mendapat perhatian penuh.
Mengenai lemak telah dikemukakan bahwa hormon somatomammotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak dan payudara, lemak terhimpun pula pada badan, paha, dan lengan. Kadar kolestrol dapat meninhkatkan sampai 350 atau lebih per 100 ml.
Janin membutuhkan 30 – 40 gram kalsium untuk pembentukan tulang – tulangnya dan ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya diperkirakan telah mengandung 1,5 – 2,5 gram kalsium. Diperkirakan 0,2 – 0,7 gram kalsium dalam badan untuk keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk pertumbuhan janin, tanpa mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum memang lebih rendah, mungkin oleh karena adanya hidremia, akan tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang tetani.
Fosfor, magnesium, dan tembaga lebih banyak tertahan dalam masa hamil daripada dalam masa tidak hamil. Kadar tembaga dalam plasma meningkat dari 109 sampai 222 mcg per 100 ml akan tetapi dalam eritrosit kadarnya tetap.
Wanita dalam kehamilan memerlukan tambahan besi sekitar 800 mg. Sayang sekali kebanyakan wanita di sini tidak mempunyai cukup persediaan besi pada awal hamil. Sebaiknya diet wanita hamil ditembah dengan 30 – 50 mg besi sehari, ini dapat diberikan sebagai sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus sesudah makan.
Dapat dipahami bahwa dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan dalam tubuh wanita hamil akan timbul suatu keaktifan enzim yang luar biasa. Plasenta sendiri mempunyai enzim – enzim untuk oksidasi,reduksi,dan hidrolisa. Yang banyak ditemukan ialah mono – amino- oksidase dan diamino-oksidase yang membuat tiramine dan histamine menjadi tidak aktif lagi. Enzim yang banyak dipelajari dalam masa hamil ialah diamino-oksidase (histaminase),pitosinase, glukoronidase, angiotonase, dan alkalin fosfatase. Semua enzim ditemukan di dalam serum ibu dalam kadar lebih tinggi.
Segera setelah haid terlambat, kadar diamino-oksidase meningkat dari 3-6 satuan dalam masa tidak hamil ke 200 satuan dalam masa hamil enam minggu. Kadar ini mencapai puncaknya sampai 400 – 500 satuan pada kehamilan 16 minggu, dan seterusnya menetap sampai akhir kehamilan.Kemudian kadar ini turun sampai 50 satuan dalam 2 – 3 hari postpartum, untuk dalam 10 – 14 hari kemudian mencapai kadarnya kembali seperti pada masa tidak hamil. Kadar diaminooksidase ini tidak meningkat pada wanita dengan koriokarsinoma oleh karena tingginya kadar korionik gonadotropin.
Kadar alkalin – fosfatase meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Peningkatan ini dimulai pada kehamilan  4 bulan. Kadar yang ditemukan pada janin adalah setenghnya dari apa yang ditemukan pada ibunya. Pemeriksaan kadar alkalin – fosfatase dapat dipakai untuk menilai fungsi plasenta.
Pitsinase adalah enzim yang dapat membuat oksitosin tidak aktif. Pitosinase ditemukan banyak sekali dalam darah ibu pada kehamilan 14 sampai 38 minggu. Berat badan wanita hamil akan naik kira – kira diantara 6,5 – 16,5 kg rata – rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan yang terlalu banyak sering ditemukan pada pre – eklamsia dengan akibat peningkatan mordibitas dan mortalitas ibu dan janin. Sebaiknya wanita tersebut diawasi dan dib eri pengertian, sehingga berat badan hanya naik 2 kg tiap bulan sesudah kehamilan 20 minggu. Dan adanya penurunan berat badan dalam bulan terakhir dianggap sebagai suatu tanda yang baik.
Kenaikan berat badan dalam kehamilan disebabkan oleh : 1. hasil konsepsi fetus, plasenta, dan likuor amini,2. dari ibu sendiri uterus dan payudara yang membesar, volume darah yang meningkat, lemak dan protein lebih banyak dan akhirnya adanya retensi air.
Kecukupan gizi harus dapat diperhatikan baik itu untuk ibu dan pertumbuhan janin. Kecukupan kadar gizi ini dapat dilihat berdasarkan kenaikan berat badan pada ibu. Kenaikan badan yang biasa direkomendasikan :
Kenaikan berat badan yang dianjurkan Committee of the national Academy of Science :
Untuk ibu dengan BB di bawah berat seharusnya (underweight) kenaikan yang dianjurkan 12.5-8 kg
Untuk ibu dengan BB normal kenaikan yang dianjurkan adalah
      antara11.5-16 kg
Untuk ibu dengan BB berlebih (overweight) kenaikan BB yang
      dianjurkan antara 7-11.5 kg








BODY MASS INDEX ( BMI )
Mengukur tubuh dengan dengan rumus “ BODY MASS INDEX “
: 24.7
 
:
 
BMI =
 
                         ( Berat badan ) / ( Body Weight ) ( kg )           80         
                              ( tinggi badan ) ² / ( height )² ( M )          1.80x1.80
   
      
                 BB  kurang  Normal  BB lebih   Kegemukan
                                                                                              
                       20          25           30   
                                24,7
(Burton, Benjamin T. (1976). Human Nutrition, 3)

Tabel 1.1
pertambahan berat badan berdasarkan pertumbuhan ini melihat status gizi ibu sebelum hamil


Katagori berat berdasarkan BMI
Total kenaikan berat badan (kg)
Penambahan berat badan
Trimester I (kg)
Trimester II (kg)
Normal (BMI 19,8 – 26)
12,5 – 13
2,3
0,49
Kurus (BMI<19,8)
11,5- 16
1,6
0,44
Lebih
7- 22,6
0,9
0,3
Obesitas(BMT>29)
6






Tabel 1.2
Distribusi penambahan berat badan ibu hamil
Trimester
Distribusi
I

Terutama pertambahan pada jaringan ibu dan cadangan lemak, berat janin pada 10 minggu ± 5 gram
II

Pertambahan yang pesat pada cadangan lemak ibu dan jaringan, berat janin pada 20 minggu ± 350 gram
III
Pertambahan terutama pada janin dan bertambahnya cairan, berat janin pada 32 minggu ± 2 kg

13. Darah dan pembekuan
Jumlah sel darah merah diartikan sebagai jumlah total sel – sel darah merah dalam sirkulasi meningkat sebagai reaksi kebutuhan tambahan oksigen bagi ibu maupun plasenta. Peningkatan yang konstan terjadi selama kehamilan yang berjumlah 18% pada akhir kehamilan.
Jumlah hemoglobin meningkat lebih besar dari pada jumlah sel darah merah maka terjadi hemodelusi ditandai dengan menurunnya HB, hematokrit, dan jumlah sel darh merah. Efek hemodelusi sangat jelas terlihat pada minggu ke 32.Kebutuhan zat besi menjadi meningkat untuk mempertahankan sirkulasi hemoglobin dan sirkulasi janin. Kebutuhan zat besi janin terjadi paling besar dalam 4 minggu kehamilan.Sel darah putih mengalami peningkatan netrofil yang menambah daya pembuluh terhadap bakteri. Sebagian besar peningkatan darah menuju ke rahim dan 80% menuju plasenta Aliran darah ke ginjal meningkat 30 – 50%
Terdapat peningkatan volume darah merah total selama kehamilan, tetapi volume plasma secara proporsional lebih tinggi. Ukuran dan kandungan hemoglobin sel memperlihatkan sedikit perubahan sehingga konsentrasi hemoglobin dan hematokrit menurun sebanding dengan hitung sel darah merah.
Kebanyakan orang memperlihatkan peningkatan volume darah merah selama masa kehamilan berjumlah antara 1 – 2 liter dengan nilai peningkatan rata – rata 1100 ml atau 42% lebih tinggi dari pada volume darah pada saat tidak hamil. Volume sel darah merah juga meningkatkan sekitar 24% atau 350 ml
            Pada wanita tidak hamil yang sehat, konsentrasi hemoglobin rata – rata adalah 13,7 – 14 gr/100 ml. Pada tiga bulan pertama kehamilan, konsentrasi hemoglobin menurun sekitar 0,5 gr/100ml. Konsentrasi minimum dicapai pada sekitar minggu ke 30 sampai ke 32
Sekitar 65% zat besi di dalam tubuh dibagi menjadi ferritin dan haemosiderin,enzim hem dan zat besi yang terikat transferin yakni 0,1%. Perybahan fisiologis di dalam kompartemen zat besi selama masa kehamilan menyerupai perubahan dalam defisiensi zat besi. Ferritin dan zat besi menurun akibat tuntutan peningkatan massa sel darah merah dan kebutuhan janin. Transferin meningkat kemungkinan akibat stimulasi estrogen.
Dalam enam minggu pertama kehamilan volume plasma, sel darah merah, dan sirkulasi darah total dapat dibandingkan dengan volume darah pada wanita normal yang tidak hamil. Pada sekitar minggu ke 8 gestasi, volume plasma meningkat secara terus menerus dan pada minggu ke 20 peningktannya mencapai 21%. Dengan kata lain akibatnya terjadi suatu hemodilusi karena volume sel darah merah tidak meningkat ke derajat yang bermakna.
Asupan zat besi selama kehamilan juga mempengaruhi upaya memperahankan volume sel darah merah yang adekuat. Janin secara total bergantung pada ibu dalam mengekstrasi kebutuhan nutrisinya. Perubahan konsentrasi sel darah merah mempengaruhi viskositas darah. Viskositas darah relatif turun dari 4,61 kemudian menjadi 3,84 pada minggu ke 22 sampai 28 saat konsentrasi hemoglobin rata – rata berada pada kadar terendah.
Terdapat peningkatan konsentrasi faktor pembekuan darah dan penurunan kapasitas fibrinolitik tubuh. Peningkatan fibrinogen plasma terbukti pada bulan ketiga kehamilan dan kadar tersebut meningkat sampai 4,0 – 6,5 g/ ltr pada kehamilan tingkat lanjut

14. Sistem Respirasi
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus – usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat kira – kira 20%, seoarang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam, dan bagian bawah toraksnya juga melebar ke sisi yang sesudah partus kadang – kadang menetap jika tidak dirawat dengan baik.  
Resting minute volume (volume setiap gas yang bergerak per menit dalam keadaan istirahat) atau minute ventilation (volume setiap gas yang bergerak per menit) meningkat selama masa kehamilan 40%. Branch mengatakan bahwa volume ini mulai meningkat pada trimester pertama sekitar 40 – 50%. Peningkatan ini terjadi lebih karena penigkatan volume tidal dari pada frekuensi pernapasan pernapasan. Terdapat penurunan kapasitas residu fungsional. Asupan oksigen meningkat hanya 15% sehingga terjadi pernapasan yang berlebihan.
Peningkatan kadar progesteron meningkatkan resting minute ventilation sehingga PCO­2 alveolus berubah. Akibatnya ibu mengeluarkan kelebihan CO­2 dengan melakukan hiperventilasi. Tekanan CO2 arteri kurang dari 30 mmHg, yang menyebabkan alkalosis respiratorik kronis.Hal ini membuat pH arteri maternal maternal berada dalam rentang yang khas yaitu 7,40 – 7,45. Dapat disimpulkan bahwa progesteron bertanggung jawab untuk hiperventilasi kronis dalam masa kehamilan, baik dengan mengubah sensitivitas pusat terhadap pernapasan.
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilanya tidak jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus – usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat kira – kira 20%, seorang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam, dan bagian bawah toraksnya juga melebar kes sisi, yang sesudah partus kadang – kadang menetap jika tidak di rawat dengan baik.

15. Sistem Persyarafan
Hal singkat yang perlu diingat dalam membahas kelahiran anak adalah aspek psikologis. Emosional ibu berkembang selama proses mekanisme adaftif. Individu yang mengalami atau berpotensi mengalami gangguan psikosis kurang memiliki sikap mental yang tabah yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan kehamilan atau anak yang lahir. Perubahan hormon mungkin berperan, penyakit mental yang diderita wanita hamil dan puerpperium ternyata disebabkan konflik dan faktor psikologis lain yang tidak teratasi.
Hanya sedikit yang diketahui tentang perubahan fungsi neurologi selama masa hamil, selain perubahan – perubahan meurohormonal hipotalamik hifopisis. Perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat menyebabkan timbulnya gejala neurologis dan neuromuskular.
Kompresi saraf panggul atau stasis vaskular akibat pembesaran uterus dapat menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah.
Lordosis dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada saraf atau kompresi akar saraf.
Edema yang melibatkan saraf perifer dapat menyebabkan carpal tunnel syndrome selama trimester akhir kehamilan. Edema menekan saraf median di bawah ligamentum karpalis pergelangan tangan. Sindrom ini ditandai oleh parestesia (sensasi abnormal seperti rasa terbakar atau gatal akibat gangguan pada sistem saraf sensori) dan nyeri pada tangan yang menjalar ke siku. Tangan yang dominan biasanya paling banyak terkena.
Akroestesia (rasa baal dan gatal di tangan) yang timbul akibat posisi bahu yang membungkuk dirasakan oleh beberapa wanita selama hamil. Keadaan ini berkaitan dengan tarikan pada segmen pleksus brakialis
Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu merasa cemas dan tidak pasti tentang kehamilannya. Nyeri kepala dapat juga dihubungkan dengan gangguan penglihatan, seperti kesalahan refraksi, sinusitis atau migren.
Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan dan bahkan pingsan (sinkop) sering terjadi pada awal kehamilan. Ketidakstabilan vasomotor, hipotensi postural, atau hipoglikemia mungkin merupakan keadaan yang bertanggung jawab atas gejala ini
Hipokalsemia dapat menyebabkan timbulnya masalah neuromuskular, seperti kram otot atau tetani.

Daftar Pustaka
Adele Pilliteri.2002.Perawatan Kesehatan Ibu & Anak.Jakarta:EGC
Cristine Henderson.2005.Buku Ajar Konsep Kebidanan.Jakarta:EGC
Sarwono Prawihardjo.2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka









Tidak ada komentar:

Posting Komentar