Senin, 03 November 2014

6. Komplikasi dan Penyulit Kehamilan Trimester III




1.1  KEHAMILAN DENGAN HIPERTENSI
Kehamilan dengan hipertensi berarti bahwa seorang ibu telah menderita hipertensi sebelum ibu hamil. Penyebab utamanya terjadi keadaan tersebut adalah karena hipertensi esensial dan penyakit ginjal.
6.1.1.      HIPERTENSI ESENSIAL
Keadaan esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan darah dimana biasanyatidak ada penyebab yang nyata. Kadang – kadang keadaan ini dihubungkan dengan penyakit ginjal, penyempitan aorta, dan keadaan ini lebih sering muncul pada saat kehamilan.
Wanita hamil dikatakan menderita hipertensi esensial jika tekanan darah pada awal kehamilannya mencapai 140/ 90 mmHg. Yang membedakannya dengan preeclampsia yaitu faktor – faktor hpertensi esensial muncul pada awal kehamilan, jauh sebelum terjadi preeklamsi, serta tidak terjadi oedema dan proteinuria. Selama trimester ii kehamilan, tekanan darah turun dibawah batas normal, selanjutnya meningkat lagi sampai ke nilai awal atau kadang – kadang lebih tinggi.
PENATALAKSANAAN
Wanita dengan hipertensi esensial harus mendapat pengawasan yang ketat dan harus dikonsultasikan pada dokter untuk proses persalinannya. Selama tekanan darah ibu tidak meningkat sampai 150/ 90 mmHg berarti pertanda baik. Dia dapat hamil dan bersalin normal tetapi saat hamil dianjurkan untuk lebih banyak istirahat dan menghindari paningkatan berat badan terlalu banyak. Kesejahteraan janin dipantau ketat untuk mendeteksi adanya retardasi pertumbuhan. Kehamilan tidak dibolehkan melewati aterm karena kehamilan postterm meningkatkan resiko terjadinya insufisiensi plasenta janin. Jika perlu dapat dilakukan induksi apabila tekanan darah maningkat atau terdapat tanda – tanda Intra Uterine Growth Retardation (IUGR).
Merupakan pertanda kurang baik jika tekanan darah sangat tinggi. Jika ditemukan tekanan darah 160/ 100 mmHg, harus dirawat dokter di rumah sakit. Obat – obat antihipertensi dan sedatif boleh diberikan untuk mengontrol tekanan darah. Anamnesa juga diperlukan untuk mengeluarkan ibu dari preekalmsia.
Keadaan ibu mungkin berkembang menjadi preeklamsia atau mengalami abrupsio plasenta dan kadang – kadang gagal ginjal merupakan komplikasi. Jika tekanan darah sangat tinggi, 200/ 120 mmHg atau lebih, mungkin terjadi perdarahan otak atau gagal jantung.
Janin juga beresiko, karena kurangnya sirkulasi plasenta, yang dapat menyebabkan kejadian Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan hipoksia.
Jika tekanan darah tidak dapat dikendalikan atau terdapat tanda – tanda IUGR atau hipoksia, dokter dapat menghindari resiko yang serius dengan mempercepat persalinan. Hal ini dapat dilakukan dengan menginduksi persalinan, atau jika keadaan berbahaya atau lebih akut, atau meningkat pada awal persalinan, persalinan dapat dilakukan dengan cara section caesarea.

6.1.2.      HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN
Hipertensi karena kehamilan adalah hipertensi yang timbul atau diperberat karena kehamilan. Hipertensi ini lebih mungkin terjadi pada ibu yang:
a.    Terpapar vili khorialis untuk pertama kalinya
b.    Terpapar vili khorilais yang terdapat jumlah yang banyak seperti kehamilan kembar atau molahidatidosa.
c.    Mempunyai riwayat penyakit vaskuler.
d.   Mempunyai kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi kehamilan.
Kemungkinan bahwa mekanisme imunologis disamping endokrin dan genetik turut terlibat dalam proses terjadinya preeklamsia dan masih menjadi masalah yang mengundang perhatian. Resiko hipertensi karena kehamilan dipertinggi pada keadaan dimana pembentukan antibody penghambat terhadap tempat – tempat yang bersifat antigen pada plasenta terganggu.
Preeklapmsia mungkin lebih sering terdapat pada wanita dari keluarga dengan ekonomi sulit, namun bisa juga terjadi pada wanita dengan ekonomi yang menengah keatas. Bahkan pengamatan menyebutkan bahwa makanan yang kekurangan mengandung protein sebagai penyebab penurunan insiden eklampsia. Kehamilan juga menyebabkan wanita hamil kekurangan nutrisi. Seharusnya preeklampsia ditemukan pada multipara dari pada nulipara, tetapi pada kenyataanya sama – sama dapat terjadi preeclampsia.

6.1.3.      PREEKLAMPSIA RINGAN
PENGETIAN
Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
DIAGNOSIS
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakan berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/ edema setelah kehamilan 20 minggu.
a.    Hipertensi: sistolik/ diastolik ≥ 140/ 90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan diastolik ≥15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai criteria preeclampsia.
b.    Proteinuria: ≥300 mg/ 24 jam atau ≥ 1+ dipstick.
c.    Edema: edema lokal tidak dimasukan kedalam criteria preeclampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.

PENATALAKSANAAN
a.    Rawat jalan
·      Istirahat baring (tidur miring)
·      Diet: cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam.
·      Beri obat sedative ringan (jika tidak istirahat): tablet fenobarbital 3x30 mg per oral selama dua hari.
·      Roboransia.
·      Kunjungan ulang tiap 1 minggu.
b.    Jika rawat inap
Pada kehamilan preterm (kurang dari 37 minggu)
1)   Jika tekanan darah mencapai normotensif selama perawatan persalinan ditunggu sampai aterm.
2)   Bila tekanan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada kehamilan lebih dari 37 minggu.
           Pada kehamilan aterm: persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
Description: http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR5Pz9nz4WfJXxN3gyl9e9DaRZDx77wvBD1E2RJPQ_3TuzzsxRMzQ





6.1.4.      EKLAMPSIA
PENGERTIAN
Eklampsia merupakan kasus akut pasa penderita preeclampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Eklapmsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.

GEJALA DAN TANDA
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsi dnegan gejala – gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium, dan hiperefleksia. Bila keadaan ini tidak segera diobati, akan timbul kejang konvulsi eklampsia yang dibagi menjadi 4 tingkat yaitu:
a.    Tahap premonitory
Keadaan ini berlangsung kira – kira 30 manit. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya dan kepala diputar ke kanan dank e kiri.
b.    Tahap tonik
Berlangsung lebih 30 menit, dalam tingkat iniseluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
c.    Tahap klonik
Berlangsung 1-2 menit, spasmus tonik menghilang, semua otot berkontraksi dan berulang – ulang dalam tempo yang cepat, mulut membuka dan menutup lidah dapat tergigit lagi, bola mata menonjol, dari mulut keluat ludah yang berbusa akan menunjukan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar. Kejadian kronik ini sedemikian hebatnya, sehingga pederita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya kejang terhenti dan penderta menarik nafas secara mendengkur.
d.   Tahap comatose
Wanita dapat tidak sadar dan mungkin nafasnya berbunyi. Sianosis memudar, tapi wajahnya tetap bengkak. Kadang – kadang sadar dalam beberapa menit atau koma untuk beberapa jam.

PENATALAKSANAAN
a.    Penanganan kejang
·      Beri antikonvulsan.
·      Beri oksigen 4-6 liter/ menit.
·      Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras.
·      Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.
·      Setelah kejang selesai, aspirasi mulut dan tenggorokan bila perlu.
b.    Penanganan umum
·      Bila tekanan diastolic lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi sampai tekanan diastolik 90-100 mmHg.
·      Pasang infus dengan jarum besar.
·      Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan.
·      Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria.
·      Jangan tinggalakan pasien sendirian.
·      Observasi tanda – tanda vital, reflex, dan denyut jantung janin setiap jam.
·      Auskultasi paru untuk mencari tanda – tanda edema paru.
·      Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretik misalnya furosemid 40 mg IV sekali saja jika ada edema paru.

1.2              PERDARAHAN ANTEPARTUM
1.2.1        KELAINAN INSERSI TALI PUSAT
Insersi tali pusat pada umumnya parasentral atau sentral. Dalam keadaan tertentu terjadi kelainan insersi tali pusat seperti :

a.    Plasenta battledore
     adalah tali pusat yang berinsersi di tepi marginal plasenta, menyerupai plasenta previa, dapat menyebabkan perdarahan antepartum, dan dapat menyebabkan prematuritas.
b.    Insersi valamentosa
     Adalah tali pusat yang berinsersi jauh diluar plasenta, yaitu di daerah membrane atau selaput janin sehingga darah umbilicus berjalan diantara amnion dan korion menuju plasenta.
c.    Vasa previa
     Adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta dan menyebabkan pembuluh darahnya melintasi kanalis servikalis, sehingga saat ketuban pecah, pembuluh darah yang berasal dari janin ikut serta pecah.
     Vasa previa dapat dikira plasenta previa, untuk membedakannya dilakukan test dengan menggunakan NaOh 0,25% sehingga terlihat perubahan warna. Jika warna cairan ketuban menjadi kuning kecoklatan, menandakan bahwa darah berasal dari ibu dan bila berwarna merah berarti haemoglobin janin.

PENATALAKSANAAN
Segera lakukan section caesarea.

1.2.2        PLASENTA SIRKUMVALATA
Plasenta sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan vetalis dekat pinggir terdapat cicin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri dari vili yang tumbuh ke samping dibawah desidua. Di duga bahwa korion frondosum terlalu kecil untuk mencukupi kebutuhan, vili menyerbu kedalam desidua diluar permukaan frondosum, plasenta jenis ini tidak jarang terjadi. Insidensinya lebih kurang 2-18%. Menurut beberapa ahli plasenta sirkumvalata sering menyebabkan abortus dan solusio plasenta. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali kepinggir plasenta, disebut plasenta marginata. Keduanya disebut sebagai plasenta ekstra coriel. Pada plasenta marginata mungkin terjadi adeksi dari selaput sehingga plasenta lahir telanjang. Tertinggalnya selaput ini dapat menyebabkan perdarahan dan infeksi. Diagnosis plasenta sirkumvalata baru dapat ditegakan setelah plasenta lahir tetapi dapat diduga bila ada perdarahan intermitten atau hidrorea.

1.2.3        SOLUSIO PLASENTIO
PENGERTIAN
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir.
Definisi ini berlaku dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram. Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan istilah dengan istilah abruption plasenta atau separasi premature dari plasenta. Placenta dapat lepas seluruhnya yang disebut solusio plasenta totalis atau terlepas sebagian yang diebut solusio plasenta parsialis atau terlepas hanya pada sebagian kecil pinggir plasenta yang sering disebut rupture sinus marginalis.

PENYEBAB
                        Penyebab solusio plasenta belum diketahui. Keadaan berikut merupakan faktor predisposisi/ pemicu timbulnya solusio plasenta, yaitu :
a.    Hipertensi esensialis atau hipertensi primer
b.    Tali pusat pendek
c.    Trauma eksternal
d.   Takanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
e.    Usia lanjut
f.     Multiparitas
g.    Defisiensi asam folat
h.    Versi luar yang kasar atau sulit
                        Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan menyebabkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau tidak mengakibatkan gawat janin.

TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala solusio plasenta berat :
a.    Sakit perut bagian atas dan terasa mulas terus menerus
b.    Nyeri tekan pada uterus
c.    Uterus teraba tegang dan bagian janin tidak teraba
d.   Perdarahan pervaginam
e.    Syok
f.     Bunyi jantung janin tidak terdengar lagi
g.    Air ketuban mungkin telah berwarna kemerah – merahan karena bercampur darah
Menegakan diagnosis solusio plasenta dengan menggunakan ultrasonografi sangat membantu apabila mengalami keragu – raguan dalam menegakan diagnosis.

PENATALAKSANAAN
Tergantung dari berat ringannya kasus. Pada solusio plasenta ringan dilakukan istirahat, pemberian sedative lalu tentukan apakah gejala semakin progresif atau akan berhenti. Selama perawatan dilakukan pemeriksaan Hb, fibrinogen, hematokrit dan trombosit.
Pada solusio plasenta sedang dan berat maka penanganan bertujuan untuk mengatasi renjatan, memperbaiki anemia, menghentikan perdarahan dan mengosongkan uterus secepat mungkin. Penatalaksanaanya meliputi:
a.    Pemberian transfuse darah
b.    Pemecahan ketuban (amniotomi)
c.    Pemberian infuse oksitosin
d.   Kalau perlu dilakukan section sesarea
Bila diagnose solusio plasenta secara klinis sudah dapat ditegakan, berarti perdarahan yang terjadi minimal 1000 cc sehingga transfuse darah harus diberikan minimal 1000 cc. ketuban segera dipecahkan dengan maksud untuk mengurangi regangan dinding uterus dan untuk mempercepat persalinan diberikan infuse oksitosin 5 UI dalam 500 cc dekstrose 5%.
Seksio sesar dilakukan bila:
a.    Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak selesai dalam 6 jam
b.    Perdarahan banyak
c.    Pembukaan tidak ada atau kurang 4 cm
d.   Panggul sempit
e.    Letak lintang
f.     Preeclampsia berat

1.2.4        PLASENTA PREVIA
PENGERTIAN
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Penyebab plasenta previa belum jelas diketahui.

KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu:
a.    Plasenta previa totalis: bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta
b.    Plasenta previa lateralis: bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta
c.    Plasenta previa marginalis: bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir
d.   Plasenta previa letak rendah: bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir

DIAGNOSIS
a.    Anamnesis : adanya perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih 20 minggu dan berlangsung tanpa sebab.
b.    Pemeriksaan luar: sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka kepala belum masuk pintu atas panggul.
c.    Inspekulo: adanya darah keluar dari ostium uteri eksternum.
d.   USG untuk menentukan letak plasenta.
e.    Penentuan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung melalui kanalis servikaslis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, cara ini hanya dilakukan di atas meja operasi.

PENATALKSANAAN
a.    Penanganan konservatif
Dilakukan bila :
·      Kehamilan kurang 37 minggu
·      Perdarahan tidak ada atau sedikit (Hb masih dalam batas normal)
·      Belum ada tanda inpartu
·      Keadaan umum ibu cukup baik
·      Janin masih hidup
·      Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15 menit)
Penanganan konservatif berupa :
·      Istirahat
·      Memberikan sulfas ferosus per oral 60 mg selama 1 bulan untuk mengatasi anemia
·      Memberikan antibiotic bila ada indikasi
·      Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit
·      Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perwatan konservatif maka laukan mobilisasi bertahap. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama
b.    Penanganan aktif
Dilakukan bila :
·   Perdarahan banyak tanpa memandag usia kehamilan
·   Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
·   Anak mati
Penanganan aktif berupa:
·   Rencanakan terminasi kehamilan jika:
-     Janin matur
-     Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya ( misalnya anensefali )
-     Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dlakukan terapi aktif tanpa memandang maturitas janin
·      Jika terjadi plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang terjadi sedikit, persalinan pervaginam masih mungkin. Jika tidak, dilakukan section caesarea.
·      Jika persalinan dengan SC dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta, lakukan tindakan:
-     Lakukan penjahitan ditempat penyebab perdarahan.
-     Pasang infuse oksitosin 10 UI dalam 500 ml cairan IV (NaCl atau RL) dengan kecepatan 60 tps.
·      Jika perdarahan terjadi pasca persalinan, lakukan penanganan yang sesuai seperti ligasi arteri atau histerektomi.




1.3    KELAINAN DALAM LAMANYA KEHAMILAN
1.3.1        IUGR (Intra Uterine Growth Retardation
PENGERTIAN
IUGR disebut juga pertumbuhan janin terhambat (PJT). Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari 10% dari berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan.

PENYEBAB
a. Hipertensi dalam kehamilan
b. Gemeli
c. Anomaly janin
d.Sindrom fosfolipid
e.    Infeksi : rubella, sifilis, cytomegalovirus
f.     Penyakit jantung
g.    Anemia
h.    Perokok dan pemakai obat – obat terlarang
i.      Kekurangan gizi, ekonomi rendah

PENATALAKSANAAN
a.    Pada kasus preterm dengan pertumbuhan janin terhambat lakukan pematangan paru dan asupan nutrisi tinggi kalori mudah cerna, dan banyak istirahat.
b.    Pada kehamilan 35 minggu tanpa terlihat pertumbuhan janin dapat dilakukan pengakhiran kehamilan.
c.    Jika terdapat oligohidramnion berat disarankan untuk persalinan perabdominal.
d.   Pada kehamilan aterm tergantung kondisi janin jika memungkinkan dapat dicoba melahirkan pervaginam.

1.3.2        IUFD
PENGERTIAN
Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang matidalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi.

PENYEBAB
a.    Faktor maternal: kehamilan postterm (>42 minggu), diabetes mellitus yang tidak terkontrol, sistemik lupus eritema-tonus, infeksi, hipertensi, preeklapsia, eklampsia, haemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu.
b.    Faktor fetal: gemeli, IUGR, kelainan congenital, kelainan genetik, infeksi.
c.    Faktor plasental: plasenta previa, solusio plasenta, ketuban peah dini, vasa previa.

DIAGNOSIS
a.    Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita sering merasakan belakangan ini perutnya menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.


b.    Inspeksi
Tidak terlihat gerakan – gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
c.    Palpasi
Tinggi fundus lebih rendah dari seharunya tua kehamilan, tidak teraba gerakan janin. Pada palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulan kepala janin.
d.   Auskultasi
Baik memakai stetoskop maupun dengan deptone akan terdengar djj.
e.    Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negative setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
f.     Rontgen foto abdomen
·      Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.
·      Tanda Nojosk: adanya angulasi yang tajam pada tulang belakang janin
·      Tanda Gerhard: adanya hiperekstensi kepala tulang janin.
·      Tanda Spalding: overlapping tulang – tulang kepala (sutura janin.
·      Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak.
·      Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
g.    Ultrasonografi
Tidak terlihat djj dan gerakan – gerakan janin.


PENATALAKSANAAN
a.    Periksa TTV.
b.    Periksa radiologi.
c.    USG.
d.   Berrikan dukungan mental pada pasien.
e.    Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim, tidak usah terburu – buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencapai kepastian diagnosis.
f.     Biasanya selama masih menunggu ini, 70 – 90% akan terjadi persalinan yang spontan.
g.    Jika persalinan tidak terjadi dalam 2 minggu, trmbosit menurun dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol.
·      Tepatkan misoprostol 25mcg dipuncak vagina, dapat diulangi sesudah 6 jam.
·      Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikan dosis menjadi 50 mcg setiap 6 jam.
h.    Jika setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah didiagnosis, partus belum mulai, maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi partus.
i.      Induksi partus dapat dimuali dnegan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesterone atau langsung dengan pemberian oksitosin drip, dengan atau tanpa amniotomi.

1.3.3        PERSALINAN PREMATUR
PENGERTIAN
Persalinan preterm atau partus premature adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20 – 37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram.
Walaupun kecil, bayi premtur ukurannya sesuai dengan masa kehamilan tetapi perkembangan intrauterine yang belum sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat postnatal. Bayi baru lahir yang mempunyai berat 2500 garmatau kurang dengan umur kehamilan dari 37 minggu disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda dengan premature, walaupun 75% dari neonatusyang mempunyai berat dibawah 2500 gram lahir premature.

PENYEBAB
Mengenai penyebab belum banyak diketahui dan ada beberapa kondisi medic yang mendorong untuk dilakukan tindakan segera sehingga terjadi persalinan premature.
Ada beberapa kondisi kehamilan yang beresiko terjadinya persalinan prematurus, yaitu :
a.    Janin dan plasenta: perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta dan vasa previa), ketuban pecah dini (KPD), IUGR, kelainan congenital, gemeli, polihidramnion.
b.    Ibu : penyakit berat pada ibu, diabetes mellitus, preeclampsia/ eklampsiia, infeksi intrauterine, penyakit infeksi, stress psikologik, kelainan bentuk uterus/ serviks, riwayat abortus berulang, inkompetensi serviks, pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imunologi.
c.    Adanya beberapa kondisi yang menyebabkan kontraksi seperti kelainan bawaan uterus, ketuban pecah dini, gemeli dan serviks inkompeten.

DIAGNOSIS
a.    Adanya kontraksi yang berulang, sedikitnya setiap 7-8 manit sekali. Atau 2-3 kali dalam 10 menit.
b.    Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain).
c.    Perdarahan bercak.
d.   Perasaan menekan daerah serviks
e.    Pemeriksaan serviks menunjukan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm, dan penipisan 50-80%.
f.     Presentasi janin rendah, sampai mencapai spna ischiadika.
g.    Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan premature.



PENATALAKSANAAN
a.    Evaluasi cepat keadaan umum ibu.
b.    Upayakan melakukan konfirmasi umur kehamilan.
c.    Coba hentikan kontraksi dengan pemberian obat – obatan tokolitik tidak lebih dari 48 jam.
d.   Jangan meghentikan kontraksi bila:
·      Umur kehamilan lebih dari 35 minggu.
·      Upayakan melakukan konfirmasi umur kehamilan.
·      Serviks membuka lebih dari 3 cm.
·      Perdarahan aktif.
·      Janin mati dan kelainan congenital.
·      Adanya khorioamniotis.
·      Preeclampsia.
·      Gawat janin.
e.    Bila tokolisis tidak berhasil, lanjutkan persalinan dengan upaya optimal.

1.3.4        PERSALINAN POSTMATUR
PENGERTIAN
Kehamilan postterm/ postmatur disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate, atau pasca maturitas. Persalinan postmaturr adalah persalinan dengan umur kehamilan lebih dari 42 minggu.
DIAGNOSIS
a.    Bila HPHT dicatat dan diketahui hamil, diagnosis tidak sukar.
b.    Kesulitan mendiagnosis bila wanita tidak ingat HPHTnya. Hanya dengan pemeriksaan antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya fundus uteri dapat membantu penegakan diagnosis.
c.    Pemeriksaan rontgenologik dapat dijumpai pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.
d.   USG ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
e.    Pemeriksaan sistologik air ketuban, jika berwarna jingga:
·      Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu.
·      Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu.
f.     Amnioskopi, melihat derajat kekeruhan air ketuban menurut warnanya karena dikeruhi mekoneum.
g.    Kardiotografi, mengawasi, dan membaca denyut jantung janin, karena insufisiensi plasenta.
h.    Uji oksitosin (stress test),yaitu dengan infuse tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin akan bahaya dalam kandungan.
i.      Pemeriksaan kadar estriol dalam urin.
j.      Pemeriksaan pH darah dalam janin.
k.    Pemeriksaan sistologi vagina.

PENGARUH TERHADAP IBU DAN JANIN
a.    Pengaruh terhadap ibu:
     Pengaruh postmatur dapat meneybabkan distosia karena:
·      Kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi.
·      Janin besar.
·      Moulding kepala kurang.
     Maka akan sering dijumpai: partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka morbiditas dan mortalitas
b.    Pengaruh terhadap janin
     Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambaha besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada jga yang bisa terjadi kejadian janin mati dalam kandungan.
TANDA BAYI POSTMATUR
a.    Berat badan bayi lahir lebih berat dibandingkan bayi yang matur.
b.    Rambut lanugo telah hilang dan bahkan sangat sedkit.
c.    Kuku bayi panjang – panjang.
d.   Tulang sutura lebih keras dibandingkan bayi matur.
e.    Verniks kaseosa berkurang.
f.     Rambut kepala sangat tebal.
g.    Kulit tampak pucat dengan deskuamasi epitel.

PENATALAKSANAAN
Segera lakukan terminasi kehamilan.

1.4    KEHAMILAN GANDA
PENGERTIAN
Kehamilan ganda atau kembar dapat didefiniskan sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ivum dilepaskan dan dibuahi atau apabila suatu ovum yang dibuahi membelah secara dini sehingga membentuk dua embrio yang sama pada stadium masa sel dalam atau lebih awal.

FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB
a.    Kehamilan monozigotik
     Merupakan kehamilan ganda yang berasal dari satu ovum yang dibuahi dan membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama. Kehamilan ini juga disebut hamil kembar identik atau hamil kembar homolog atau hamil kembar uniovuler, karena berasal dari satu ovum.
     Ciri – ciri :
o  Jenis kelamin sama
o  Wajahnya sama seperti bayangan
o  Golongan darahnya sama, cap kaki dan tangan sama
Sebagian hamil ganda dalam bentuk:
§  2 amnion, 2 korion, 2 plasenta
§  2 amnion, 2 korion, 1 plasenta
§  2 amnion, 1 korion, 1 plasenta
b.    Kehamilan dizigotik
     Merupakan kehamilan ganda yang berasal dari 2 atau lebih ovum yang telah dibuahi, sebagian besar kehamilan ganda adalah dizigotik atau kehamilan kembar franternal.
Ciri – ciri:
o  Jenis kelamin dapat sama atau berbeda.
o  Persamaan seperti adik-kaka.
o  Golongan darah tidak sama.
o  Cap tangan dan kaki tidak sama.
Sebagian hamil ganda dalam bentuk:
o  2 amnion, 2 korion, 2 plasenta
o  2 amnion, 2 korion, 1 plasenta

LETAK DAN PRESENTASI JANIN
Berbagai kombinasi letak, presentasi, dan posisi bisa terjadi. Yang paling sering dijumpai adalah:
a.     Kedua janin dalam bentuk membujur, presentasi kepala (44-47%).
b.    Letak membujur presentasi kepala bokong (37-38%).
c.     Keduanya presentasi bokong (8-10%).
d.    Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3%).
e.     Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2%).
f.     Dua-duanya letak lintang (0,2-0,6%).
g.    Letak dan presentasi “69” adalah letak yang berbahaya, karena dapat terjadi kunci – mengunci (interlocking).





KOMPLIKASI
a.     Komplikasi kehamilan
·      Hidramnion
·      Prematuritas
·      Kelainan letak
·      Plasenta previa
·      Solusio plasenta
·      Janin besar

b.    Komplikasi post partum
·      Atonia uteri
·      Retensio plasenta
·      Placental rest
·      Perdarahan post partum
·      Mudah infeksi



PENGARUH TERHADAP IBU DAN JANIN
a.     Terhadap ibu
·      Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar
·      Kebutuhan akan zat – zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat – zat lainnya
·      Karea uterus yang besar, ibu mengelug sesak nafas, sering miksi serta terdapat edema dan varices pada tungkai dan vulva.
·      Frekuensi preeklampsi dan eklampsia lebih sering
·      Dimana terjadi inersia uteri, perdarahan post partum, dan solusio plasenta sesudah anak pertama lahir.
b.    Terhadap janin
·      Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75% pada quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi premature akan tinggi.
·      Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian janin.
·      Bila sesudah bayi pertma lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi kedua tinggi.


1.5    KELAINAN AIR KETUBAN
1.5.1        OLIGOHIDRAMNION
PENGERTIAN
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.
PENYEBAB
Penyebab belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin. Penyebab lainnya oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.

GAMBARAN KLINIS
a.    Uterus tampak kecil dari usia kehamilan dan tidak ada balotemen.
b.    Ibu merasa nyeri diperut pada setiap pergerakan anak.
c.    Sering berakhir pada partus prematurus
d.   Bunyi jantung anak sudah mulai terdengar pada bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
e.    Persalinan lebih lama dari biasanya.
f.     Sewaktu his akan sakit sekali.
g.    Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

AKIBAT OLIGOHIDRAMNION
a.    Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering (leathery appereance).
b.    Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinidng rahim.

PENATALAKSANAAN
a.    Tirah baring
b.    Hidrasi
c.    Perbaiki nutrisi
d.   Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp)
e.    Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion
f.     Amnion infusion
g.    Induksi dan kelahiran

1.5.2        POLIDIRAMNION
PENGERTIAN
Polihidramnion atau disingkat hidramnion saja didefinisikan sebagai suatu kadaan dimana jumlah air ketuban melebihi 2 liter. Sedangkan secara klinik adalah penumpukan cairan ketuban yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien. Sedangkan secara klinik adalah penumpukan cairan ketuban yang berlebih sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien. Sednagkan secara USG jika Amniotic Fluid Index (AFI) >20 atau lebih.

PENYEBAB


a.    Faktor ibu
·      Diabetes mellitus
·      Penyakit jantung
·      Pereeklampsia




b.    Faktor janin
·      Anensephali
·      Spina bifida
·      Omphalokel
·      Atresia oesofagus
·      Hidrops fetalis
·      Kembar monozigotik
·      Hemangioma





TANDA DAN GEJALA
a.    Ukuran uterus lebih besar dari yang seharusnya.
b.    Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan.
c.    Djj sulit di dengar.
d.   Balotemen janin jelas.
e.    Sesak nafas dan rasa tak nyaman diperut.
f.     Gangguan pencernaan.
g.    Edema.
h.    Varices dan hemoroid.
i.      Nyeri abdomen.

PENATALAKSANAAN
a.    Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi secara teliti antara lain untuk melihat penyebab dari keadaan tersebut.
b.    Pemeriksaan USG janin dilihat secara seksama untuk melihat adanya kelainan ginjal janin.
c.    Dilakukan pemeriksaan OGTT untuk menyingkirkan kemungkinan diabetes gestasional.
d.   Bila etiologi tidak jelas, pemberian indometachin dapat member manfaat bagi 50% kasus.
e.    Meskipun sangat jarang, kehamilan monokorionik yang mengalami komplikasi sindroma twin transfusin, terjadi polihidramnion pada kantung respien dan harus dilakukan amniosentesis berulang untuk mempertahankan kehamilan.

1.5.3        KETUBAN PECAH DINI
PENGERTIAN
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai.
KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia < 37 minggu.
KPD memanjang merupakan KPD selama > 24 jam yang berhubungan dengan peningkatan resiko infeksi intraamnion.
PENYEBAB
a.    Berkurang kekuatan membrane.
b.    Meningkatnya tekanan intrauterine.
c.    Serviks inkompeten.
d.   Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan ganda, hidramnion.
e.    Kelainan letak janin dan rahim: letak sungsang, letak lintang.
f.     Kemungkinan kesempitan panggul (CPD): bagian terendah belum masuk PAP (cephalo pelvic disproporsi).
g.    Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah (amnionitis/ korioamnionitis).
h.    Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik).
KOMPLIKASI
a.    Infeksi intrapartum (korioamnionitis).
b.    Persalinan preterm, jika terjadi pada kehamilan usia preterm.
c.    Prolaps tali pusat.
d.   Oligohidramnion.
FAKTOR RESIKO
a.    Ibu hamil diluar nikah.
b.    Kehamilan remaja.
c.    Ibu perokok.
d.   Golongan sosial ekonomi rendah.
e.    Penyakit menular seksual.
f.     Riwayat ketuban pevah dini.
PENATALAKSANAAN
a.    Pada ketuban pecah, terminasi kehamilan, batas waktu 2x24 jam.
b.    Jika ada tanda infeksi intrapartum, terminasi kehamilan/ persalinan batas waktu 2 jam.
c.    Jangan terlalu sering periksa dalam.
d.   Bila perlu, induksi persalinan.
e.    Observasi dan optimalisasi keadaan ibu: oksigen.
f.     Antibiotic spectrum luas: gentamicin IV 2x80 mg, ampicillin IV 4x1 mg, amoxilin IV 3x1 mg, penicillin IV 3x1 ,2 juta UI, metronidazol drip.
g.    Uterotonika: meterghin 3x1 ampul drip
h.    Pemberian kortikosteroid: kontroversi. Disatu pihak dapat memperburuk keadaan ibu karena menurunkan imunitas, dilain pihak dapat menstimulasi pematangan paru janin (surfaktan).

1.6    KELAINAN LETAK
1.6.1        LETAK SUNGSANG
PENGERTIAN
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong). Letak sungsang (presentasi bokong) dibagi menjadi 3, yaitu :
a.    Complete breech (bokong sempurna): bagian terendah janin adalah bokong saja dan kedua tungkai terangkat.
b.    Frank breech (bokong murni): bagian terendah janin adalah bokong dan kedua tungkai.
c.    Footling breech (bokong kaki): bagian terendah adalah bokong dan kaki atau lutut.
Frekuensi frank breech lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding kehmilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida.
PENYEBAB
a.    Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggul sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvic, dan lain – lain.
b.    Janin mudah bergerak, seperti: pada hidramnion, multipara, janin kecil (premature).
c.    Gemeli (kehamilan ganda).
d.   Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus: bikornis, mioma uteri.
e.    Janin sudah lama mati.
f.     Sebab yang tidak diketahui.
TANDA DAN GEJALA
a.    Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagan perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
b.    Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada funtus uteri.
c.    Punggung anak dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian – bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas symphisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
d.   Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

JENIS PERSALINAN
PERTOLONGAN PERSALINAN MENGGUNAKAN 2 METODE:
a.    Persalinan pervaginam
o  Spontan, yaitu dengan metode bratch. Pertolongan persalinan tanpa dilakukan tarikan atau manipulasi sedikitpun selain memegang janin ketika bokong lahir.
o  Ekstrasi parsial
- Klasik untuk melahirkan bahu belakang terlebih dahulu.
- Muller, untuk melahirkan bahu belakang terlebih dahulu.
- Louvset, untuk memutar bahu belakang yang berubah menjadi bahu depan.
- Mouriceau, untuk melahirkan kepala janin.
o  Ekstraksi total, yaitu dengan ekstraksi kaki atau ekstraksi bokong.
b.    Persalinan perabdominal, yaitu dengan section caesarea.

1.6.2        LETAK LINTANG
PENGERTIAN
Letak lintang adalah apabila sumbu memanjang, janin menyilang, sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90º , dan biasanya punggung merupakan bagian terendah janin.

PENYEBAB
a.    Multiparitas disertai dinidng uterus dan perut ynag lembek.
b.    Kehamilan premature, hidramnion, dan kehamilan kembar.
c.    Keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya kepala kedalam rongga panggul sempir, tumor daerah panggul, dan plasenta previa.
d.   Kelainan bentuk uterus seperti uterus arkuatus atau uterus subseptum.
DIAGNOSIS
a.    Inspeksi: perut membuncit kesamping.
b.    Palpasi: fundus uteri rendah dari usia kehamilan.
c.    Auskultasi: denyut jantung janin setinggi pusat kanan dan kiri.
d.   Pemeriksaan dalam (vaginal toucher):
·  Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
·  Teraba bahu dan ketiak yang bida menutup ke kanan atau ke kiri. Bile kepala terletak dikiri, ketiak menutup ke kiri.
·  Letak punggung ditentukan dengan adanya scapula, letak dada dengan klavikula.
·  Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan pembukaan intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.

PROGNOSIS
Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya, yaitu:


a.    Bagi ibu
·      Rupture uteri
·      Partus lama
·      Ketuban pecah dini
·      Infeksi intrapartum

b.    Bagi janin
·      Prolapsus funikuli
·      Trauma partus
·      Hipoksia karena kontraksi uterus yang terus menerus



1.7    KEHAMILAN DISERTAI PENYAKIT
1.7.1        PENYAKIT JANTUNG
Adaptasi normal yang dialami oleh seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk sistem kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa kelainan yang tidak dapat ditoleransi pada saat kehamilan.
PENYEBAB
Sebagian besar disebabkan dalam rematik. Bentuk kelainan katup yang sering dijumpai adalah stenosis mitral, insufisiensi mitral, gabungan stenosis mitral dengan insufisiensi mitral, stenosis aorta, insufisiensi aorta, gabungan antara insufisiensi aorta dan stenosis aorta, penyakit katup pulmonal, dan trikuspidal.

FAKTOR PREDISPOSISI
a.    Peningkatan usia pasien dengan penyakit jantung hipertensi dan superimposed preeklapmpsia atau eklampsia.
b.    Aritmia jantung atau hipertrofi ventrikel kiri.
c.    Riwayat dekompensasi kordis.
d.   Anemia.
MANIFESTASI KLINIS
a.    Gagal jantung kiri:
Mudah lelah, nafas terengah – engah, ortopnea, dan kongesti paru.
b.    Gagal jantung kanan:
Peningkatan berat badan, edema tungkai bawah, hepatomegali dan peningkatan tekanan vena jugularis.
     Perlu diawasi saat – saat berbahaya bagi penderita penyakit jantung yang hamil, yaitu:
a.    Antara minggu ke-12 sampai minggu ke-32. Terjadi perubahan hemodinamik, terutama minggu ke-28 dan minggu ke-32, saat puncak perubahan dan kebutuhan jantung maksimum.
b.    Saat persalinan. Setiap kontrkasi uterus meningkat jumlah darah kedalam sirkulasi sistemik sebesar 15-20% dan ketika meneran pada partus kala III, saat arus balik vena dihambat kembali ke jantung.
c.    4-5 hari setelah persalinan. Terjadi penurunan resistensi perifer dan emboli pulmonal.
KOMPLIKASI


a.    Pada ibu
·  Gagal jantung kongestif
·  Oedema paru
·  Kematian
·  Abortus


b.    Pada janin
·  Prematuritas
·  BBLR
·  Hipoksia
·  Gawat janin
·  APGAR skor rendah
·  IUGR



1.7.2        SISTEM PERNAFASAN
Di Indonesia prevalensi asma sekitar 5-6% dari populasi. Prevalensi asma dalam kehamilan sekitar 3,7-4%. Hal tersebut membuat asma menjadi salah satu permasalahan yang biasa ditemukan dalam kehamilan. Pada kehamilan biasanya akan timbul mulai umur kehamilan 24-36 minggu dan pada akhir kehamilan jarang terjadi serangan.

FAKTOR PREDISPOSISI
a.    Allergen
b.    Infeksi saluran nafas
c.    Stress
d.   Kegiatan jasmani yang berat/ olahraga
e.    Obat – obatan
f.     Polusi udara
g.    Lingkungan kerja

TANDA DAN GEJALA
Keluhan yang biasa dirasakan saat terjadi asma, yaitu:
a.    Nafas pendek
b.    Nafas terasa sesak dan yang paling khas pada penderita asma adalah terdengar bunyi wising yang timbul saat menghembuskan nafas.
c.    Kadang – kadang batuk kering menjadi salah satu penyebabnya.
d.   Pada kehamilan, biasanya serangan asma akan timbul pada usia kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu dan pada akhir kehamilan serangan jarang terjadi.

KOMPLIKASI
a.    Pengaruh asma dalam kehamilan terhadap ibu
·      Abortus
·      Perdarahan vagina
·      Persalinan premature
·      Solusio plasenta 2,5%
·      Korioamnionitis 10,4%
·      Kematian
b.    Pengaruh asma dalam kehamilan terhadap janin
·      BBLR
·      IUGR
·      Hipoksia
·      Prematuritas
PENATALAKSANAAN
a.    Mencegah timbulnya stress
b.    Mencegah menggunakan obat seperti aspirin atau semacamnya yang dapat menjadi pencetus timbulnya serangan.
c.    Pada penderita asma ringan dapat digunakan obat lokal yang berbentuk inhalasi atau peroral seperti isoproterenol.
d.   Serangan asma yang ringan diberikan bronkodilator hirup misalnya isoproterenol yang memperlebar saluran udara pada paru – paru. Tetapi obat ini tidak boleh sering digunakan.
e.    Serangan asma yang lebih berat biasanya diatasi dengan infuse aminofilin.
f.     Serangan asma yang sangat berat (status asmatikus) diatasi dengan pemberian infuse kortikosteroid.
g.    Jika terdapat infeksi, berikan antibiotic.
h.    Setelah suatu serangan, bisa diberikan tablet yang mengandung teofilin untuk mencegah serangan lanjutan. Bronkodilator dan kortikosteroid banyak digunakan oleh ibu hamil dan tidak menimbulkan masalah yang berat.



1.7.3        SISTEM PENCERNAAN
Appendicitis adalah suatu penyakit peradangan pada usus buntu. Insidensi appendicitis akut dalam kehamilan berkisar 1:500. Kejadian perforasi pada appendicitis akut dalam kehamilan 1,5-3,5 kali lebih besar daripada appendicitis pada yang tidak hamil. Hal ini disebabkan oleh diagnosis dan penanganan yang terlambat.
GEJALA DAN TANDA KLINIS
a.    Demam
b.    Nyeri perut kanan bawah, nyeri dapat berpindah keatas sesuai usia kehamlan oleh karena uterus yang makin membesar.
c.    Nyeri tekan dan nyeri lepas pada perut kanan bawah.
d.   Tanda Bryan: timbul nyeri bila uterus bergeser ke kanan.
e.    Tanda Alder: untuk membedakan proses ekstrauterin dan intrauterine.

1.7.4        SISTEM HEMATOLOGI
Dalam kehamilan cairan intraseluler tidak berubah namun terjadi peningkatan volume darah dan cairan intertisil.
Peningkatan volume plasma lebih besar dibanding peningkatan sel darah merah sehingga terjadi anemia dan peningkatan kadar protein sehingga kekentalan (viskositas) darah menurun.
Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di Negara maju maupun Negara berkembang. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 35-75% ibu hamil di Negara berkembang dan 18% ibu hamil dinegara maju mengalami anemia.
Sebagian wanita hamil mengalami anemia yang tidak membahayakan. Penyebab anemia tersering dan tidak membahayakan adalah defisiensi zat besi, tetapi anemia akibat kelainan bawaan pada hemoglobin bisa mempersulit kehamilan. Kelainan tersebut dapat meningkatkan resiko penyakit dan kematian pada bayi baru lahir dan meningkatkan penyakit pada ibu
1.7.5        SISTEM PERKEMIHAN
INFEKSI SALURAN KEMIH
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang paling sering terjadi selama kehamilan (4-10%). Meskipun bakteriuria asimptomatik paling sering dijumpai, infeksi asimptomatik dapat melibatkan traktus yang lebih bawah dan menyebabkan sistisi, atau bisa juga melibatkan kaliks, pelvic dan parenkim ginjal dan menyebabkan pielonefritis.
Dikatakan ISK bila ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000/ ml pada pemeriksaan urin. Beberapa peneliti berpendapat bahwa jumlah bakteri 20.000-50.000 telah menunjukan infeksi aktif.
Walaupun infeksi dapat terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh darah atau saluran limfe, tetapi yang terbanyak dan tersering adalah kuman – kuman naik keatas melalui uretra, ke dalam kandung kemih, dan saluran kemih yang lebih atas.

1.7.6        DIABETES MELITUS
PENGERTIAN
Diabetes gestasional (DMG) adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau ditemukan pada waktu hamil. Tidak dapat dikesampingkan kemungkinan adanya intoleransi glukosa yang tidak diketahui yang muncul seiring kehamilan. Setelah ibu melahirkan, keadaan DMG sering akan kembali ke regulasi glukosa normal.
DIAGNOSIS
Skrining awal diabetes nellitus gestasional adalah dengan cara melakukan pemeriksaan beban 50 gram glukosa pada kehamilan 24028 minggu. Untuk tes ini pasien tidak perlu puasa. Kadar glukosa yang normal harus kurang dari 130mg/ dL.
Detetksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dikelola sebaik-baiknya, terutama pada ibu dengan faktor resiko.

KOMPLIKASI


a.    Pada ibu
·  Infeksi saluran kemih
·  Hidramnion
·  Hipertensi kronik
·  Preeclampsia
·  Kematian ibu





b.    Pada janin
·  Abortus spontan
·  Kemtian neonatal
·  Trauma lahir
·  Hipoglikemia
·  IUFD
·  Hipomanesemia
·  Hipokalsemia
·  Hiperbilirubinemia
·  Hipoksia
·  Polisitemia



KLASIFIKASI
a.    Tidak tergantung insulin (TTI)/ Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDN) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula rendah.
b.    Tergantung insulin (TI)/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam mengembalikan kadar gula darah.
PENATALAKSANAAN
a.    Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia (kadar glukosa darah puasa < 105 mg/ dL, 2 jam sesudah makan <120 mg/ dL dan kadar HbA1c <6%).
b.    Jaga agar tidak terjadi hipoglikemia, tidak ada ketonuria dan pertumbuhan fetus normal.
c.    Pantau kadar glukosa darah minimal 2 kali seminggu dan kadar Hb glikosila.
d.   Ajarkan pasien cara memantau gula darah sendiri dirumah dan anjurkan untuk control 2-4 minggu sekali bahkan lebih sering lagi saat mendekati persalinan.
e.    Obat hipoglikemik oral tidak dapat dipakai saat hamil dan menyusui mengingat efek teratogenitas dan dikeluarkan melalui ASI.
f.     Kenaikan BB pada trimester I diusahakan sebesar 1-2,5 kg dan selanjutnya 0,5kg/ minggu, total kenaikan BB sekitar 10-12 kg.

PENATALAKSANAAN OBSTETRIK
a.    Pantau ibu dan janin dengan mengukut TFU, mendengarkan djj dan secara khusus menggunakan USG dan KTG.
b.    Lakukan penilaian setiap akhir minggu sejak usia kehamilan 36 minggu.
c.    Adanya makrosomia pertumbuhan janin terhambat dan gawat janin merupakan indikasi SC. Janin sehat dapat dilahirkan pada umur kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan biasa.

1.8    KEHAMILAN DENGAN INFEKSI
1.8.1        RUBELLA
Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan sering menyebabkan cacat bawaan pada janin. Sering dijumpai apabila infeksi dijumpai pada kehamilan trimester I (30-50%). Dapat pula terjadi hambatan pertumbuhan intrauterine, kelainan hematologic (termasuk trombositopemia dan anemia), hepatosplenomegalia dan ikterus, pneumonitis intertisialis kronika difusa dan kelainan kromosom. Selain itu, bayi dengan rubella bawaan selama beberapa bulan merupakan sumber infeksi bag anak – anak dan orang dewasa lain.
DIAGNOSIS
Diagnosis rubella tidak selalu mudah karena gejala – gejala kliniknya hamper sama dengan penyakit lain, kadang tidak jelas atau tidak ada sama sekali. Virus pada rubella sering mencapai dan merusak embrio dan fetus. Diagnosis pasti dapat dibuat dengan isolasi virus atau dengan ditemukannya kenaikan titer anti rubella dalam serum. Nilai titer atibodi:
a.    Imunitas 1:10 atau lebih
b.    Imunitas rendah < 1:10
c.    Indikasi adanya infeksi saat ini > 1:64
Apabila wanita hamil dalam trimester I menderita viremia, maka abortus buatan perlu dipertimbangkan. Setelah trimester I, kemungkinan cacat bawaan menjadi kurang yaitu 6,8% dalam trimester II dan 5,3% dalam trimester III.

1.8.2        HEPATITIS DALAM KEHAMILAN
Hepatitis dan penyakit hati lain yang terjadi selama kehamilan harus menjadi perhatian karena dapat measalah kesehatan serius, baik bagi ibu maupun bayi. Secara umum, penyakit hati dalam kehamilan dapat terjadi dalam 3 bentuk berikut:
a.    Penyakit hati yang dicetuskan oleh kehamilan, seperti perlemakan hati akut, hiperemesis gravidarum (muntah yang berlebihan pada kehamilan muda) dan sindrom HELLP.
b.    Penyakit hati yang terjadi selama kehamilan dan tidak berhubungan dengan kehamilannya seperti hepatitis virus akut, infeksi dan batu di kandung empedu.
c.    Kehamilan yang terjadi pada orang yang telah mengalami penyakit hati kronik  (yang sudah lama) sebelumnya, seperti hepatitis kronik.
   Hepatitis virus pada kehamilan dapat menimbulkan dampak kesehatan yang besar baik bagi ibu maupun janin yang dikandungnya. Penularan virus ini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu:
a.    Melewati plasenta
b.    Kontaminasi dengan darah dan tinja ibu pada waktu persalinan
c.    Kontak langsung bayi baru lahir dengan ibunya
d.   Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi

KOMPLIKASI
a.    Case Fatality Rate pada non hamil dengan hepatitis akut 0,1%
b.    Kasus fatal biasanya berhubungan dengan nekrosis hepar fulminan (umunya disebabkan oleh infeksi hepatitis B dan hepatitis D)
c.    Infeksi kronis umunya disebabkan oleh infeksi hepatitis B (kira – kira 10%) dan C (mayoritas pasien hepatitis kronis)

TANDA DAN GEJALA
a.    Demam ringan
b.    Mual muntah
c.    Nyeri kepala
d.   Lesu
e.    Ikterus ( 1-2 minggu setelah gejala diatas)
PENATALAKSANAAN
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan  tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring dirumah sakit sampai gejala ikterus hilang dan bilirubin dalam serum normal. Makanan diberikan dengan sedikit lemak tetapi tinggi protein dan karbohidrat. Pemakaian obat – obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru diberikan jika terjadi penyulit. Perlu diingat bahwa hepatitis virus yang aktif dan cukup berat, mempunyai resiko untuk terjadinya perdarahan postpartum, karena manurunnya kadar vitamin K. janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode postnatal dengan dilakukan pemeriksaan transaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigen secara periodic. Janijn baru lahir tidak perlu diberikan pengobatan khusus bila tidak mengalami penyulit – penyulit lain.


1.9    KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
1.9.1        SIFILIS
PENGERTIAN
Infekasi sifilis (lues) adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Triponema Palidum. Jika terjadi pada ibu hamil maka disebut sifilis congenital dan sifilis ini merupakan bentuk penyakit sifilis yang terberat. Infeksi pada janin dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan dengan derajat resiko infeksi yang tergantung jumlah spiroketa (triponema) di dalam darah ibu.
PENYEBAB
Penyebab infeksi siflis yaitu Triponema pallidum. Triponema pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral. Terdapat empat sub spesies yang sudah ditemukan, yaitu Treponema pallidum pallidum, Triponema pallidum pertenue, Triponema pallidum caratenum dan Triponema pallidum endemicum.

TANDA DAN GEJALA
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi, rata – rata 3-4 minggu. Infeksi dapat menetap selama bertahun – tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak, maupun kematian. Infeksi oleh Triponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:
a.    Fase primer
     Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang terinfeksi yang tersering adalah pada penis, vulva, atau vagina. Cangker juga bisa ditemukan dianus, rectum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari – jari tangan atau bagian tubuh lainnya.
b.    Fase sekunder
     Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfekasi. Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi dalam beberapa minggu atau bulan akan muncul ruam yang baru.
c.    Fase laten
     Setelah pederita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten dimana tidak Nampak jelas sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun- tahun atau berpuluh – puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang terinfeksi kembali muncul.
d.   Fase tersier
     Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah.

KOMPLIKASI
a.    Komplikasi pada janin dan bayi
·      IUFD
·      Partus prematurus
·      Partus immaturus
·      Kelainan congenital
·      Gangguan mental dan tumbuh kembang anak
b.    Komplikasi pada ibu
·      Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung
·      Kehamilan dapat menimbulkan kelainan dan plasenta lebih besar, pucat, keabu – abuan dan licin
·      Kehamilan <16 minggu dapat menyebabkan kematian janin
·      Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran premature dan manimbulkan cacat.




PENATALAKSANAAN
a.    Anita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya sebelum haml atau trimester I untuk mencegah penularan terhadap janin.
b.    Suami harus diperiksa dengan menggunaka tes reaksi wasserman dan VDRL, bila perlu diobati.
c.    Terapi:
·      Suntikan penisilin G, secara IM sebanyak 1 juta satuan perhari selama 8-10 hari.
·      Obat – obatan peroral: enisilin dan eritromisin
·      Lues congenital pada neonates: penisilin G 100.000 satuan/ kg BB sekaligus.

1.9.2        HIV/ AIDS
PENGERTIAN
HIV (Human Imunodeficiency Virus) adalah sebuah tretrovirus yang mengifeksi sel system kekebalan tubuh manusia, teruama sel-T, CD4+, dan makrofag.
AIDS (Acqured Imnune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV.
AIDS muncul setelah virus HIV menyerang kekebalan tubuh manusia dalam jangka waktu 3 sampai 10 tahun.

TANDA DAN GEJALA
a.    Demam
b.    Pembesaran kelenjar getah bening
c.    Diare berkepanjangan
d.   Pusing/ pening
e.    Menurunnya berat badan
f.     Turgor kulit menurun
g.    Infeksi jamur, bakteri, virus yang kronik
h.    Keringat dingin pada malam hari
i.      Nyeri otot

PENATALAKSANAAN
a.    Asuhan antenatal seperti pada umumnya
b.    Pemeliharaan kesehatan secara umum
c.    Kurangi kadar virus (Viral Load) dengan minum ARV profilaksis secara teratur dan anjurkan untuk pemeriksaan VL pada usia kehamilan 36 minggu ke atas.
d.   Deteksi dini dan terapi faktor penyulit
e.    Persiapan persalianan yang aman

1.10KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT GANGGUAN JIWA
1.10.1    DEPRESI
PENGERTIAN
Suatu perasaan sedih yang mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa yang menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan ,melebihi waktu yang normal.

TANDA DEPRESI KEHAMILAN
a.    Tidak bisa berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan
b.    Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari terganggu
c.    Hubungan calon ibu dengan orang-orang sekitarnya terganggu
d.   Kondisi ibu mengancam keselamatan janin

PENYEBAB
a.    Gangguan hubungan keluarga
b.    Riwayat depresi baik diri maupun keluarga
c.    Pengobatan infertilisasi
d.   Riwayat aborsi sebelumnya
e.    Pengalaman yang penuh dengan kejadian stres
f.     Adanya komplikasi dalam kehamilanya
g.    Riwayat KDRT atau trauma

PENATALAKSANAAN
a.    Berikan dukungan psikologis pada ibu, dengarkan keluhan, dan besarkan hati ibu
b.    Yakinkan pada ibu bahwa pengalaman tersebut merupakan hal wajar dan banyak ibu yang mengalaminya
c.    Bantu ibu untuk memikirkan masing-masing sebagai orang tua baru
d.   Jika depresinya cukup parah, pertimbangan pemberian obat-obatan anti depresan

1.10.2    PSIKOSA
PENGERTIAN
Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality).
TANDA PSIKOSIS
a.    Halusinasi
b.    Sejumlah kelainan perilaku, seperti aktivitas yang meningkat, gelisah, retardasi psikomotor, dan perilaku katatonik

PENATALAKSANAAN
a.    Konsultasikan ke dokter, psikolog, dan psikiater
b.    Sejak pemeriksaan kehamilan pertama kali tenaga medis harus dengan kesabaran meyakinkan calon ibu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar
c.    Ajarkan dan berikan latihan-latihan untuk dapat menguasai otot-otot, istirahat, dan pernafasan
d.   Hindari kata-kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si wanita
e.    Hindari komentar suatu kasus dan gelak tawa

1.10.3    PSIKONEUROSA
PENGERTIAN
Psikoneurosa adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan / aktivitas sehari-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanlah suatu penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut normal.

KLASIFIKASI
a.    Neurosis cemas
Gejala
-       Gejala somatic dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingin, dan seterusnya
-       Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panic, depresi, perasaan tidak mampu, dan seterusnya
Faktor penyebab
-       Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubi-tubi
-       Represi terhadap macam-macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna
-       Kecenderungan harga diri yang terhalang
-       Dorongan-dorongan seksual tidak dapat mendapat kepuasan yang terhambat, sehingga menimbulkan banyak konflik batin
Penatalaksanaan
Terapi untuk penderita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekhawatiran dan mencari penyelesaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita
b.   Hysteria
Gejala
-       Adanya reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional
-       Fungsi mental dan jasmani dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita
Faktor penyebab
-       Ada predisposisi pembawaan berupa system syaraf yang lemah
-       Tekanan-tekanan mental yang disebabkan oleh : kesusahan, kekecewaan, syok, dan pengalaman-pengalaman traumatis / luka jiwanya, sugesti diri yang buruk, dan melemahkan mental
-       Oleh kelemahan-kelemahan diri, individu berusaha menguasai keadaan, lalu mentiranisasi lingkungan dengan tingkah lakunya yang dibuat-buat
-       Kebiasaan hidup dan disiplin-disiplin yang keliru, sehingga mengakibatkan kontrol pribadi yang lemah dan integrasi kepribadian yang miskin, sangat kekanak-kanakan
-       Kondisi fisik yang buruk, misalnya : sakit-sakitan, lemah, lelah, fungsi-fungsi organic yang lemah, dan gangguan pikiran, dan badiniah
-       Sering atau selalu menggunakan escape mechanism dan defence mechanism, sehingga mengakibatkan maladjustment, dan semakin banyak timbul kesulitan
Penatalaksanaan
Ada beberapa teknik terapi yang dapat untuk menyembuhkan hysteria yaitu :
-       Teknik hipnotis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer)
-       Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud)
-       Psikoterapi suportif
-       Farmakoterapi
c. neurosis fobik
gejala
fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panic, berkeringat dan seterusnya.
Faktor penyebab
Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Perasaan traumatis ini kemudian direpresi (ditekan kedalam ketidaksadarannya). Namun pengalamn tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan serupa.
Penatalaksanaan
Neurosa fobik sulit dihilangkan sama sekali bila gangguan tersebut telah lam diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun apabila gangguan tersebut relative baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang tepat dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah
·      Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
·      Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa takut dia diberi rangsang yang tidak menyenangkan.
·      Terapi kelompok
·      Manipulasi lingkungan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar