1.1 KEHAMILAN DENGAN HIPERTENSI
Kehamilan dengan hipertensi berarti bahwa seorang
ibu telah menderita hipertensi sebelum ibu hamil. Penyebab utamanya terjadi
keadaan tersebut adalah karena hipertensi esensial dan penyakit ginjal.
6.1.1.
HIPERTENSI
ESENSIAL
Keadaan esensial adalah kondisi
permanen meningkatnya tekanan darah dimana biasanyatidak ada penyebab yang
nyata. Kadang – kadang keadaan ini dihubungkan dengan penyakit ginjal,
penyempitan aorta, dan keadaan ini lebih sering muncul pada saat kehamilan.
Wanita hamil dikatakan
menderita hipertensi esensial jika tekanan darah pada awal kehamilannya
mencapai 140/ 90 mmHg. Yang membedakannya dengan preeclampsia yaitu faktor –
faktor hpertensi esensial muncul pada awal kehamilan, jauh sebelum terjadi
preeklamsi, serta tidak terjadi oedema dan proteinuria. Selama trimester ii
kehamilan, tekanan darah turun dibawah batas normal, selanjutnya meningkat lagi
sampai ke nilai awal atau kadang – kadang lebih tinggi.
PENATALAKSANAAN
Wanita
dengan hipertensi esensial harus mendapat pengawasan yang ketat dan harus
dikonsultasikan pada dokter untuk proses persalinannya. Selama tekanan darah
ibu tidak meningkat sampai 150/ 90 mmHg berarti pertanda baik. Dia dapat hamil
dan bersalin normal tetapi saat hamil dianjurkan untuk lebih banyak istirahat
dan menghindari paningkatan berat badan terlalu banyak. Kesejahteraan janin
dipantau ketat untuk mendeteksi adanya retardasi pertumbuhan. Kehamilan tidak
dibolehkan melewati aterm karena kehamilan postterm meningkatkan resiko
terjadinya insufisiensi plasenta janin. Jika perlu dapat dilakukan induksi
apabila tekanan darah maningkat atau terdapat tanda – tanda Intra Uterine
Growth Retardation (IUGR).
Merupakan
pertanda kurang baik jika tekanan darah sangat tinggi. Jika ditemukan tekanan
darah 160/ 100 mmHg, harus dirawat dokter di rumah sakit. Obat – obat
antihipertensi dan sedatif boleh diberikan untuk mengontrol tekanan darah.
Anamnesa juga diperlukan untuk mengeluarkan ibu dari preekalmsia.
Keadaan
ibu mungkin berkembang menjadi preeklamsia atau mengalami abrupsio plasenta dan
kadang – kadang gagal ginjal merupakan komplikasi. Jika tekanan darah sangat
tinggi, 200/ 120 mmHg atau lebih, mungkin terjadi perdarahan otak atau gagal
jantung.
Janin
juga beresiko, karena kurangnya sirkulasi plasenta, yang dapat menyebabkan
kejadian Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan hipoksia.
Jika
tekanan darah tidak dapat dikendalikan atau terdapat tanda – tanda IUGR atau
hipoksia, dokter dapat menghindari resiko yang serius dengan mempercepat
persalinan. Hal ini dapat dilakukan dengan menginduksi persalinan, atau jika
keadaan berbahaya atau lebih akut, atau meningkat pada awal persalinan,
persalinan dapat dilakukan dengan cara section caesarea.
6.1.2.
HIPERTENSI
KARENA KEHAMILAN
Hipertensi
karena kehamilan adalah hipertensi yang timbul atau diperberat karena
kehamilan. Hipertensi ini lebih mungkin terjadi pada ibu yang:
a. Terpapar
vili khorialis untuk pertama kalinya
b. Terpapar
vili khorilais yang terdapat jumlah yang banyak seperti kehamilan kembar atau
molahidatidosa.
c. Mempunyai
riwayat penyakit vaskuler.
d. Mempunyai
kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi kehamilan.
Kemungkinan bahwa mekanisme imunologis disamping
endokrin dan genetik turut terlibat dalam proses terjadinya preeklamsia dan
masih menjadi masalah yang mengundang perhatian. Resiko hipertensi karena
kehamilan dipertinggi pada keadaan dimana pembentukan antibody penghambat
terhadap tempat – tempat yang bersifat antigen pada plasenta terganggu.
Preeklapmsia mungkin lebih sering terdapat pada
wanita dari keluarga dengan ekonomi sulit, namun bisa juga terjadi pada wanita
dengan ekonomi yang menengah keatas. Bahkan pengamatan menyebutkan bahwa
makanan yang kekurangan mengandung protein sebagai penyebab penurunan insiden
eklampsia. Kehamilan juga menyebabkan wanita hamil kekurangan nutrisi.
Seharusnya preeklampsia ditemukan pada multipara dari pada nulipara, tetapi
pada kenyataanya sama – sama dapat terjadi preeclampsia.
6.1.3.
PREEKLAMPSIA
RINGAN
PENGETIAN
Preeklampsia ringan adalah suatu
sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat
terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
DIAGNOSIS
Diagnosis
preeklampsia ringan ditegakan berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan/ edema setelah kehamilan 20 minggu.
a.
Hipertensi: sistolik/ diastolik ≥ 140/
90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan diastolik ≥15 mmHg tidak
dipakai lagi sebagai criteria preeclampsia.
b.
Proteinuria: ≥300 mg/ 24 jam atau ≥ 1+
dipstick.
c.
Edema: edema lokal tidak dimasukan
kedalam criteria preeclampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema
generalisata.
PENATALAKSANAAN
a.
Rawat jalan
·
Istirahat baring (tidur miring)
·
Diet: cukup protein, rendah karbohidrat,
lemak, dan garam.
·
Beri obat sedative ringan (jika tidak
istirahat): tablet fenobarbital 3x30 mg per oral selama dua hari.
·
Roboransia.
·
Kunjungan ulang tiap 1 minggu.
b.
Jika rawat inap
Pada
kehamilan preterm (kurang dari 37 minggu)
1)
Jika tekanan darah mencapai normotensif
selama perawatan persalinan ditunggu sampai aterm.
2)
Bila tekanan darah turun tetapi belum
mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada
kehamilan lebih dari 37 minggu.
Pada
kehamilan aterm: persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk
melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
6.1.4.
EKLAMPSIA
PENGERTIAN
Eklampsia
merupakan kasus akut pasa penderita preeclampsia, yang disertai dengan kejang
menyeluruh dan koma. Eklapmsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24
jam pertama setelah persalinan.
GEJALA
DAN TANDA
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya
preeklampsi dnegan gejala – gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan
penglihatan, mual, nyeri epigastrium, dan hiperefleksia. Bila keadaan ini tidak
segera diobati, akan timbul kejang konvulsi eklampsia yang dibagi menjadi 4
tingkat yaitu:
a. Tahap
premonitory
Keadaan ini berlangsung kira – kira
30 manit. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian
pula tangannya dan kepala diputar ke kanan dank e kiri.
b. Tahap
tonik
Berlangsung lebih 30 menit, dalam
tingkat iniseluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan
menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka menjadi
sianotik, lidah dapat tergigit.
c. Tahap
klonik
Berlangsung 1-2 menit, spasmus
tonik menghilang, semua otot berkontraksi dan berulang – ulang dalam tempo yang
cepat, mulut membuka dan menutup lidah dapat tergigit lagi, bola mata menonjol,
dari mulut keluat ludah yang berbusa akan menunjukan kongesti dan sianosis.
Penderita menjadi tak sadar. Kejadian kronik ini sedemikian hebatnya, sehingga
pederita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya kejang terhenti dan
penderta menarik nafas secara mendengkur.
d. Tahap
comatose
Wanita dapat tidak sadar dan
mungkin nafasnya berbunyi. Sianosis memudar, tapi wajahnya tetap bengkak.
Kadang – kadang sadar dalam beberapa menit atau koma untuk beberapa jam.
PENATALAKSANAAN
a.
Penanganan kejang
·
Beri antikonvulsan.
·
Beri oksigen 4-6 liter/ menit.
·
Lindungi pasien dari kemungkinan trauma,
tetapi jangan diikat terlalu keras.
·
Baringkan pasien pada sisi kiri untuk
mengurangi resiko aspirasi.
·
Setelah kejang selesai, aspirasi mulut
dan tenggorokan bila perlu.
b.
Penanganan umum
·
Bila tekanan diastolic lebih dari 110
mmHg, berikan obat antihipertensi sampai tekanan diastolik 90-100 mmHg.
·
Pasang infus dengan jarum besar.
·
Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai
terjadi overload cairan.
·
Kateterisasi urin untuk memantau
pengeluaran urin dan proteinuria.
·
Jangan tinggalakan pasien sendirian.
·
Observasi tanda – tanda vital, reflex,
dan denyut jantung janin setiap jam.
·
Auskultasi paru untuk mencari tanda –
tanda edema paru.
·
Hentikan pemberian cairan IV dan berikan
diuretik misalnya furosemid 40 mg IV sekali saja jika ada edema paru.
1.2
PERDARAHAN
ANTEPARTUM
1.2.1
KELAINAN
INSERSI TALI PUSAT
Insersi tali pusat pada umumnya
parasentral atau sentral. Dalam keadaan tertentu terjadi kelainan insersi tali
pusat seperti :
a.
Plasenta battledore
adalah tali pusat yang berinsersi di tepi
marginal plasenta, menyerupai plasenta previa, dapat menyebabkan perdarahan
antepartum, dan dapat menyebabkan prematuritas.
b.
Insersi valamentosa
Adalah tali pusat yang berinsersi jauh
diluar plasenta, yaitu di daerah membrane atau selaput janin sehingga darah
umbilicus berjalan diantara amnion dan korion menuju plasenta.
c.
Vasa previa
Adalah tali pusat yang tidak berinsersi
pada jaringan plasenta dan menyebabkan pembuluh darahnya melintasi kanalis
servikalis, sehingga saat ketuban pecah, pembuluh darah yang berasal dari janin
ikut serta pecah.
Vasa previa dapat dikira plasenta previa,
untuk membedakannya dilakukan test dengan menggunakan NaOh 0,25% sehingga
terlihat perubahan warna. Jika warna cairan ketuban menjadi kuning kecoklatan,
menandakan bahwa darah berasal dari ibu dan bila berwarna merah berarti haemoglobin
janin.
PENATALAKSANAAN
Segera lakukan section caesarea.
1.2.2
PLASENTA
SIRKUMVALATA
Plasenta
sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan vetalis dekat pinggir terdapat
cicin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan
disebelah luarnya terdiri dari vili yang tumbuh ke samping dibawah desidua. Di
duga bahwa korion frondosum terlalu kecil untuk mencukupi kebutuhan, vili
menyerbu kedalam desidua diluar permukaan frondosum, plasenta jenis ini tidak
jarang terjadi. Insidensinya lebih kurang 2-18%. Menurut beberapa ahli plasenta
sirkumvalata sering menyebabkan abortus dan solusio plasenta. Bila cincin putih
ini letaknya dekat sekali kepinggir plasenta, disebut plasenta marginata.
Keduanya disebut sebagai plasenta ekstra coriel. Pada plasenta marginata
mungkin terjadi adeksi dari selaput sehingga plasenta lahir telanjang.
Tertinggalnya selaput ini dapat menyebabkan perdarahan dan infeksi. Diagnosis
plasenta sirkumvalata baru dapat ditegakan setelah plasenta lahir tetapi dapat
diduga bila ada perdarahan intermitten atau hidrorea.
1.2.3
SOLUSIO
PLASENTIO
PENGERTIAN
Solusio plasenta
adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari
tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum
waktunya yakni sebelum anak lahir.
Definisi ini
berlaku dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram.
Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan istilah dengan istilah abruption
plasenta atau separasi premature dari plasenta. Placenta dapat lepas seluruhnya
yang disebut solusio plasenta totalis atau terlepas sebagian yang diebut
solusio plasenta parsialis atau terlepas hanya pada sebagian kecil pinggir
plasenta yang sering disebut rupture sinus marginalis.
PENYEBAB
Penyebab solusio plasenta belum
diketahui. Keadaan berikut merupakan faktor predisposisi/ pemicu timbulnya
solusio plasenta, yaitu :
a.
Hipertensi esensialis atau hipertensi
primer
b.
Tali pusat pendek
c.
Trauma eksternal
d.
Takanan oleh rahim yang membesar pada
vena cava inferior
e.
Usia lanjut
f.
Multiparitas
g.
Defisiensi asam folat
h.
Versi luar yang kasar atau sulit
Nasib janin tergantung dari luasnya
plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau
seluruhnya terlepas, anoksia akan menyebabkan kematian janin. Apabila sebagian
kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau tidak
mengakibatkan gawat janin.
TANDA
DAN GEJALA
Tanda dan gejala solusio plasenta berat :
a.
Sakit perut bagian atas dan terasa mulas
terus menerus
b.
Nyeri tekan pada uterus
c.
Uterus teraba tegang dan bagian janin
tidak teraba
d.
Perdarahan pervaginam
e.
Syok
f.
Bunyi jantung janin tidak terdengar lagi
g.
Air ketuban mungkin telah berwarna
kemerah – merahan karena bercampur darah
Menegakan diagnosis solusio
plasenta dengan menggunakan ultrasonografi sangat membantu apabila mengalami
keragu – raguan dalam menegakan diagnosis.
PENATALAKSANAAN
Tergantung dari berat ringannya
kasus. Pada solusio plasenta ringan dilakukan istirahat, pemberian sedative
lalu tentukan apakah gejala semakin progresif atau akan berhenti. Selama
perawatan dilakukan pemeriksaan Hb, fibrinogen, hematokrit dan trombosit.
Pada solusio plasenta sedang dan
berat maka penanganan bertujuan untuk mengatasi renjatan, memperbaiki anemia,
menghentikan perdarahan dan mengosongkan uterus secepat mungkin. Penatalaksanaanya
meliputi:
a.
Pemberian transfuse darah
b.
Pemecahan ketuban (amniotomi)
c.
Pemberian infuse oksitosin
d.
Kalau perlu dilakukan section sesarea
Bila diagnose solusio plasenta
secara klinis sudah dapat ditegakan, berarti perdarahan yang terjadi minimal
1000 cc sehingga transfuse darah harus diberikan minimal 1000 cc. ketuban
segera dipecahkan dengan maksud untuk mengurangi regangan dinding uterus dan
untuk mempercepat persalinan diberikan infuse oksitosin 5 UI dalam 500 cc
dekstrose 5%.
Seksio sesar dilakukan bila:
a.
Persalinan tidak selesai atau diharapkan
tidak selesai dalam 6 jam
b.
Perdarahan banyak
c.
Pembukaan tidak ada atau kurang 4 cm
d.
Panggul sempit
e.
Letak lintang
f.
Preeclampsia berat
1.2.4
PLASENTA
PREVIA
PENGERTIAN
Plasenta previa adalah plasenta
yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau
sebagian dari ostium uteri internum. Penyebab plasenta previa belum jelas
diketahui.
KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu:
a.
Plasenta previa totalis: bila seluruh
pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta
b.
Plasenta previa lateralis: bila hanya
sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta
c.
Plasenta previa marginalis: bila pinggir
plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir
d.
Plasenta previa letak rendah: bila
plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir
DIAGNOSIS
a.
Anamnesis : adanya perdarahan pervaginam
pada kehamilan lebih 20 minggu dan berlangsung tanpa sebab.
b.
Pemeriksaan luar: sering ditemukan
kelainan letak. Bila letak kepala maka kepala belum masuk pintu atas panggul.
c.
Inspekulo: adanya darah keluar dari
ostium uteri eksternum.
d.
USG untuk menentukan letak plasenta.
e.
Penentuan letak plasenta secara langsung
dengan perabaan langsung melalui kanalis servikaslis tetapi pemeriksaan ini
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan yang banyak. Oleh karena
itu, cara ini hanya dilakukan di atas meja operasi.
PENATALKSANAAN
a.
Penanganan konservatif
Dilakukan
bila :
·
Kehamilan kurang 37 minggu
·
Perdarahan tidak ada atau sedikit (Hb
masih dalam batas normal)
·
Belum ada tanda inpartu
·
Keadaan umum ibu cukup baik
·
Janin masih hidup
·
Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah
sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15 menit)
Penanganan konservatif
berupa :
· Istirahat
· Memberikan
sulfas ferosus per oral 60 mg selama 1 bulan untuk mengatasi anemia
· Memberikan
antibiotic bila ada indikasi
· Pemeriksaan
USG, Hb, dan hematokrit
· Bila
selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perwatan konservatif
maka laukan mobilisasi bertahap. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah
sakit dan tidak boleh melakukan senggama
b.
Penanganan aktif
Dilakukan
bila :
· Perdarahan
banyak tanpa memandag usia kehamilan
· Umur
kehamilan 37 minggu atau lebih
· Anak
mati
Penanganan aktif
berupa:
· Rencanakan
terminasi kehamilan jika:
-
Janin matur
-
Janin mati atau menderita anomaly atau
keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya ( misalnya anensefali )
-
Pada perdarahan aktif dan banyak, segera
dlakukan terapi aktif tanpa memandang maturitas janin
·
Jika terjadi plasenta previa letak
rendah dan perdarahan yang terjadi sedikit, persalinan pervaginam masih
mungkin. Jika tidak, dilakukan section caesarea.
·
Jika persalinan dengan SC dan terjadi
perdarahan dari tempat plasenta, lakukan tindakan:
-
Lakukan penjahitan ditempat penyebab
perdarahan.
-
Pasang infuse oksitosin 10 UI dalam 500
ml cairan IV (NaCl atau RL) dengan kecepatan 60 tps.
·
Jika perdarahan terjadi pasca
persalinan, lakukan penanganan yang sesuai seperti ligasi arteri atau histerektomi.
1.3
KELAINAN
DALAM LAMANYA KEHAMILAN
1.3.1
IUGR
(Intra Uterine Growth Retardation
PENGERTIAN
IUGR disebut juga pertumbuhan janin
terhambat (PJT). Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan
yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat
standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan janin terhambat
ditentukan bila berat janin kurang dari 10% dari berat yang harus dicapai pada
usia kehamilan tertentu. Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah
2 minggu tidak ada pertumbuhan.
PENYEBAB
a.
Hipertensi dalam kehamilan
b.
Gemeli
c.
Anomaly janin
d.Sindrom
fosfolipid
e.
Infeksi : rubella, sifilis,
cytomegalovirus
f.
Penyakit jantung
g.
Anemia
h.
Perokok dan pemakai obat – obat
terlarang
i.
Kekurangan gizi, ekonomi rendah
PENATALAKSANAAN
a. Pada
kasus preterm dengan pertumbuhan janin terhambat lakukan pematangan paru dan
asupan nutrisi tinggi kalori mudah cerna, dan banyak istirahat.
b. Pada
kehamilan 35 minggu tanpa terlihat pertumbuhan janin dapat dilakukan
pengakhiran kehamilan.
c. Jika
terdapat oligohidramnion berat disarankan untuk persalinan perabdominal.
d. Pada
kehamilan aterm tergantung kondisi janin jika memungkinkan dapat dicoba
melahirkan pervaginam.
1.3.2
IUFD
PENGERTIAN
Menurut WHO dan The
American College of Obstetricians and gynecologists yang disebut kematian janin
adalah janin yang matidalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau
kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin
merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau
infeksi.
PENYEBAB
a.
Faktor maternal: kehamilan postterm
(>42 minggu), diabetes mellitus yang tidak terkontrol, sistemik lupus
eritema-tonus, infeksi, hipertensi, preeklapsia, eklampsia, haemoglobinopati,
umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi
akut ibu, kematian ibu.
b.
Faktor fetal: gemeli, IUGR, kelainan
congenital, kelainan genetik, infeksi.
c.
Faktor plasental: plasenta previa,
solusio plasenta, ketuban peah dini, vasa previa.
DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin
dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan
perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak
seperti biasanya. Atau wanita sering merasakan belakangan ini perutnya menjadi
keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
b. Inspeksi
Tidak terlihat gerakan – gerakan
janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
c. Palpasi
Tinggi fundus lebih rendah dari
seharunya tua kehamilan, tidak teraba gerakan janin. Pada palpasi yang teliti
dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulan kepala janin.
d. Auskultasi
Baik memakai stetoskop maupun
dengan deptone akan terdengar djj.
e. Reaksi
kehamilan
Reaksi kehamilan baru negative
setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
f. Rontgen
foto abdomen
· Adanya
akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.
· Tanda
Nojosk: adanya angulasi yang tajam pada tulang belakang janin
· Tanda
Gerhard: adanya hiperekstensi kepala tulang janin.
· Tanda
Spalding: overlapping tulang – tulang kepala (sutura janin.
· Disintegrasi
tulang janin bila ibu berdiri tegak.
· Kepala
janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
g.
Ultrasonografi
Tidak
terlihat djj dan gerakan – gerakan janin.
PENATALAKSANAAN
a. Periksa
TTV.
b. Periksa
radiologi.
c. USG.
d. Berrikan
dukungan mental pada pasien.
e. Bila
disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim, tidak usah terburu – buru
bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencapai kepastian
diagnosis.
f. Biasanya
selama masih menunggu ini, 70 – 90% akan terjadi persalinan yang spontan.
g. Jika
persalinan tidak terjadi dalam 2 minggu, trmbosit menurun dan serviks belum
matang, matangkan serviks dengan misoprostol.
· Tepatkan
misoprostol 25mcg dipuncak vagina, dapat diulangi sesudah 6 jam.
· Jika
tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikan dosis menjadi 50 mcg
setiap 6 jam.
h. Jika
setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah
didiagnosis, partus belum mulai, maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan
induksi partus.
i. Induksi
partus dapat dimuali dnegan pemberian estrogen untuk mengurangi efek
progesterone atau langsung dengan pemberian oksitosin drip, dengan atau tanpa
amniotomi.
1.3.3
PERSALINAN
PREMATUR
PENGERTIAN
Persalinan preterm atau partus
premature adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu
(antara 20 – 37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram.
Walaupun kecil, bayi premtur
ukurannya sesuai dengan masa kehamilan tetapi perkembangan intrauterine yang
belum sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat postnatal. Bayi baru
lahir yang mempunyai berat 2500 garmatau kurang dengan umur kehamilan dari 37
minggu disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda dengan premature,
walaupun 75% dari neonatusyang mempunyai berat dibawah 2500 gram lahir
premature.
PENYEBAB
Mengenai penyebab belum banyak
diketahui dan ada beberapa kondisi medic yang mendorong untuk dilakukan
tindakan segera sehingga terjadi persalinan premature.
Ada beberapa kondisi kehamilan yang beresiko terjadinya
persalinan prematurus, yaitu :
a.
Janin dan plasenta: perdarahan trimester
awal, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta dan vasa
previa), ketuban pecah dini (KPD), IUGR, kelainan congenital, gemeli,
polihidramnion.
b.
Ibu : penyakit berat pada ibu, diabetes
mellitus, preeclampsia/ eklampsiia, infeksi intrauterine, penyakit infeksi,
stress psikologik, kelainan bentuk uterus/ serviks, riwayat abortus berulang,
inkompetensi serviks, pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat, kelainan
imunologi.
c.
Adanya beberapa kondisi yang menyebabkan
kontraksi seperti kelainan bawaan uterus, ketuban pecah dini, gemeli dan
serviks inkompeten.
DIAGNOSIS
a.
Adanya kontraksi yang berulang,
sedikitnya setiap 7-8 manit sekali. Atau 2-3 kali dalam 10 menit.
b.
Adanya nyeri pada punggung bawah (low
back pain).
c.
Perdarahan bercak.
d.
Perasaan menekan daerah serviks
e.
Pemeriksaan serviks menunjukan telah
terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm, dan penipisan 50-80%.
f.
Presentasi janin rendah, sampai mencapai
spna ischiadika.
g.
Selaput ketuban pecah dapat merupakan
tanda awal terjadinya persalinan premature.
PENATALAKSANAAN
a.
Evaluasi cepat keadaan umum ibu.
b.
Upayakan melakukan konfirmasi umur
kehamilan.
c.
Coba hentikan kontraksi dengan pemberian
obat – obatan tokolitik tidak lebih dari 48 jam.
d.
Jangan meghentikan kontraksi bila:
·
Umur kehamilan lebih dari 35 minggu.
·
Upayakan melakukan konfirmasi umur
kehamilan.
·
Serviks membuka lebih dari 3 cm.
·
Perdarahan aktif.
·
Janin mati dan kelainan congenital.
·
Adanya khorioamniotis.
·
Preeclampsia.
·
Gawat janin.
e.
Bila tokolisis tidak berhasil, lanjutkan
persalinan dengan upaya optimal.
1.3.4
PERSALINAN
POSTMATUR
PENGERTIAN
Kehamilan postterm/
postmatur disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat bulan, prolonged
pregnancy, extended pregnancy, postdate, atau pasca maturitas. Persalinan
postmaturr adalah persalinan dengan umur kehamilan lebih dari 42 minggu.
DIAGNOSIS
a.
Bila HPHT dicatat dan diketahui hamil,
diagnosis tidak sukar.
b.
Kesulitan mendiagnosis bila wanita tidak
ingat HPHTnya. Hanya dengan pemeriksaan antenatal yang teratur diikuti dengan
tinggi dan naiknya fundus uteri dapat membantu penegakan diagnosis.
c.
Pemeriksaan rontgenologik dapat dijumpai
pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang
kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.
d.
USG ukuran diameter biparietal, gerakan
janin dan jumlah air ketuban.
e.
Pemeriksaan sistologik air ketuban, jika
berwarna jingga:
·
Melebihi 10% = kehamilan diatas 36
minggu.
·
Melebihi 50% = kehamilan diatas 39
minggu.
f.
Amnioskopi, melihat derajat kekeruhan air
ketuban menurut warnanya karena dikeruhi mekoneum.
g.
Kardiotografi, mengawasi, dan membaca
denyut jantung janin, karena insufisiensi plasenta.
h.
Uji oksitosin (stress test),yaitu dengan
infuse tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika
ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin akan bahaya dalam kandungan.
i.
Pemeriksaan kadar estriol dalam urin.
j.
Pemeriksaan pH darah dalam janin.
k.
Pemeriksaan sistologi vagina.
PENGARUH
TERHADAP IBU DAN JANIN
a.
Pengaruh terhadap ibu:
Pengaruh postmatur dapat meneybabkan
distosia karena:
·
Kontraksi uterus yang tidak
terkoordinasi.
·
Janin besar.
·
Moulding kepala kurang.
Maka
akan sering dijumpai: partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia
bahu, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka morbiditas dan
mortalitas
b.
Pengaruh terhadap janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan
43 minggu tiga kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu karena postmaturitas
akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi:
berat badan janin dapat bertambaha besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah
kehamilan 42 minggu. Ada jga yang bisa terjadi kejadian janin mati dalam
kandungan.
TANDA
BAYI POSTMATUR
a.
Berat badan bayi lahir lebih berat
dibandingkan bayi yang matur.
b.
Rambut lanugo telah hilang dan bahkan
sangat sedkit.
c.
Kuku bayi panjang – panjang.
d.
Tulang sutura lebih keras dibandingkan
bayi matur.
e.
Verniks kaseosa berkurang.
f.
Rambut kepala sangat tebal.
g.
Kulit tampak pucat dengan deskuamasi
epitel.
PENATALAKSANAAN
Segera lakukan terminasi kehamilan.
1.4
KEHAMILAN
GANDA
PENGERTIAN
Kehamilan ganda atau kembar dapat
didefiniskan sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau
janin sekaligus. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ivum dilepaskan
dan dibuahi atau apabila suatu ovum yang dibuahi membelah secara dini sehingga
membentuk dua embrio yang sama pada stadium masa sel dalam atau lebih awal.
FAKTOR
– FAKTOR PENYEBAB
a.
Kehamilan monozigotik
Merupakan kehamilan ganda yang berasal dari
satu ovum yang dibuahi dan membelah secara dini hingga membentuk dua embrio
yang sama. Kehamilan ini juga disebut hamil kembar identik atau hamil kembar
homolog atau hamil kembar uniovuler, karena berasal dari satu ovum.
Ciri – ciri :
o Jenis
kelamin sama
o Wajahnya
sama seperti bayangan
o Golongan
darahnya sama, cap kaki dan tangan sama
Sebagian hamil ganda dalam bentuk:
§ 2
amnion, 2 korion, 2 plasenta
§ 2
amnion, 2 korion, 1 plasenta
§ 2
amnion, 1 korion, 1 plasenta
b.
Kehamilan dizigotik
Merupakan kehamilan ganda yang berasal dari
2 atau lebih ovum yang telah dibuahi, sebagian besar kehamilan ganda adalah
dizigotik atau kehamilan kembar franternal.
Ciri
– ciri:
o Jenis
kelamin dapat sama atau berbeda.
o Persamaan
seperti adik-kaka.
o Golongan
darah tidak sama.
o Cap
tangan dan kaki tidak sama.
Sebagian hamil ganda dalam bentuk:
o 2
amnion, 2 korion, 2 plasenta
o 2
amnion, 2 korion, 1 plasenta
LETAK
DAN PRESENTASI JANIN
Berbagai kombinasi letak, presentasi, dan posisi
bisa terjadi. Yang paling sering dijumpai adalah:
a.
Kedua janin dalam bentuk membujur,
presentasi kepala (44-47%).
b.
Letak membujur presentasi kepala bokong
(37-38%).
c.
Keduanya presentasi bokong (8-10%).
d.
Letak lintang dan presentasi kepala
(5-5,3%).
e.
Letak lintang dan presentasi bokong
(1,5-2%).
f.
Dua-duanya letak lintang (0,2-0,6%).
g.
Letak dan presentasi “69” adalah letak
yang berbahaya, karena dapat terjadi kunci – mengunci (interlocking).
KOMPLIKASI
a.
Komplikasi kehamilan
· Hidramnion
· Prematuritas
· Kelainan
letak
· Plasenta
previa
· Solusio
plasenta
· Janin
besar
b.
Komplikasi post partum
· Atonia
uteri
· Retensio
plasenta
· Placental
rest
· Perdarahan
post partum
· Mudah
infeksi
PENGARUH
TERHADAP IBU DAN JANIN
a.
Terhadap ibu
·
Kemungkinan terjadinya hidramnion
bertambah 10 kali lebih besar
·
Kebutuhan akan zat – zat bertambah,
sehingga dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat – zat lainnya
·
Karea uterus yang besar, ibu mengelug
sesak nafas, sering miksi serta terdapat edema dan varices pada tungkai dan
vulva.
·
Frekuensi preeklampsi dan eklampsia
lebih sering
·
Dimana terjadi inersia uteri, perdarahan
post partum, dan solusio plasenta sesudah anak pertama lahir.
b.
Terhadap janin
· Usia
kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar
25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75% pada quadruplet, yang akan lahir 4
minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi premature akan
tinggi.
· Sering
terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian
janin.
· Bila
sesudah bayi pertma lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi
kedua tinggi.
1.5
KELAINAN
AIR KETUBAN
1.5.1
OLIGOHIDRAMNION
PENGERTIAN
Oligohidramnion adalah suatu
keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.
PENYEBAB
Penyebab belum jelas, tetapi
disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin. Penyebab lainnya oleh karena
amnion kurang baik pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada
ketuban pecah dini.
GAMBARAN
KLINIS
a.
Uterus tampak kecil dari usia kehamilan
dan tidak ada balotemen.
b.
Ibu merasa nyeri diperut pada setiap
pergerakan anak.
c.
Sering berakhir pada partus prematurus
d.
Bunyi jantung anak sudah mulai terdengar
pada bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
e.
Persalinan lebih lama dari biasanya.
f.
Sewaktu his akan sakit sekali.
g.
Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit
sekali bahkan tidak ada yang keluar.
AKIBAT
OLIGOHIDRAMNION
a.
Bila terjadi pada kehamilan yang lebih
lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot, cacat bawaan karena tekanan
atau kulit jadi tenal dan kering (leathery appereance).
b.
Bila terjadi pada permulaan kehamilan
maka janin akan menderita cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu
bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena
janin mengalami tekanan dinidng rahim.
PENATALAKSANAAN
a.
Tirah baring
b.
Hidrasi
c.
Perbaiki nutrisi
d.
Pemantauan kesejahteraan janin (hitung
pergerakan janin, NST, Bpp)
e.
Pemeriksaan USG yang umum dari volume
cairan amnion
f.
Amnion infusion
g.
Induksi dan kelahiran
1.5.2
POLIDIRAMNION
PENGERTIAN
Polihidramnion atau disingkat
hidramnion saja didefinisikan sebagai suatu kadaan dimana jumlah air ketuban
melebihi 2 liter. Sedangkan secara klinik adalah penumpukan cairan ketuban yang
berlebihan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien. Sedangkan secara
klinik adalah penumpukan cairan ketuban yang berlebih sehingga menimbulkan rasa
tidak nyaman pada pasien. Sednagkan secara USG jika Amniotic Fluid Index (AFI)
>20 atau lebih.
PENYEBAB
a.
Faktor ibu
·
Diabetes mellitus
·
Penyakit jantung
·
Pereeklampsia
b.
Faktor janin
·
Anensephali
·
Spina bifida
·
Omphalokel
·
Atresia oesofagus
·
Hidrops fetalis
·
Kembar monozigotik
·
Hemangioma
TANDA
DAN GEJALA
a.
Ukuran uterus lebih besar dari yang
seharusnya.
b.
Identifikasi janin dan bagian janin
melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan.
c.
Djj sulit di dengar.
d.
Balotemen janin jelas.
e.
Sesak nafas dan rasa tak nyaman diperut.
f.
Gangguan pencernaan.
g.
Edema.
h.
Varices dan hemoroid.
i.
Nyeri abdomen.
PENATALAKSANAAN
a.
Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
secara teliti antara lain untuk melihat penyebab dari keadaan tersebut.
b.
Pemeriksaan USG janin dilihat secara
seksama untuk melihat adanya kelainan ginjal janin.
c.
Dilakukan pemeriksaan OGTT untuk
menyingkirkan kemungkinan diabetes gestasional.
d.
Bila etiologi tidak jelas, pemberian
indometachin dapat member manfaat bagi 50% kasus.
e.
Meskipun sangat jarang, kehamilan
monokorionik yang mengalami komplikasi sindroma twin transfusin, terjadi
polihidramnion pada kantung respien dan harus dilakukan amniosentesis berulang
untuk mempertahankan kehamilan.
1.5.3
KETUBAN
PECAH DINI
PENGERTIAN
Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum
terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput janin sebelum
proses persalinan dimulai.
KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD
pada usia < 37 minggu.
KPD memanjang merupakan
KPD selama > 24 jam yang berhubungan dengan peningkatan resiko infeksi
intraamnion.
PENYEBAB
a.
Berkurang kekuatan membrane.
b.
Meningkatnya tekanan intrauterine.
c.
Serviks inkompeten.
d.
Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan
ganda, hidramnion.
e.
Kelainan letak janin dan rahim: letak
sungsang, letak lintang.
f.
Kemungkinan kesempitan panggul (CPD):
bagian terendah belum masuk PAP (cephalo pelvic disproporsi).
g.
Infeksi yang menyebabkan terjadinya
biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk preteolitik sel sehingga
memudahkan ketuban pecah (amnionitis/ korioamnionitis).
h.
Faktor keturunan (ion Cu serum rendah,
vitamin C rendah, kelainan genetik).
KOMPLIKASI
a.
Infeksi intrapartum (korioamnionitis).
b.
Persalinan preterm, jika terjadi pada
kehamilan usia preterm.
c.
Prolaps tali pusat.
d.
Oligohidramnion.
FAKTOR
RESIKO
a.
Ibu hamil diluar nikah.
b.
Kehamilan remaja.
c.
Ibu perokok.
d.
Golongan sosial ekonomi rendah.
e.
Penyakit menular seksual.
f.
Riwayat ketuban pevah dini.
PENATALAKSANAAN
a.
Pada ketuban pecah, terminasi kehamilan,
batas waktu 2x24 jam.
b.
Jika ada tanda infeksi intrapartum,
terminasi kehamilan/ persalinan batas waktu 2 jam.
c.
Jangan terlalu sering periksa dalam.
d.
Bila perlu, induksi persalinan.
e.
Observasi dan optimalisasi keadaan ibu:
oksigen.
f.
Antibiotic spectrum luas: gentamicin IV
2x80 mg, ampicillin IV 4x1 mg, amoxilin IV 3x1 mg, penicillin IV 3x1 ,2 juta
UI, metronidazol drip.
g.
Uterotonika: meterghin 3x1 ampul drip
h.
Pemberian kortikosteroid: kontroversi.
Disatu pihak dapat memperburuk keadaan ibu karena menurunkan imunitas, dilain
pihak dapat menstimulasi pematangan paru janin (surfaktan).
1.6
KELAINAN
LETAK
1.6.1
LETAK
SUNGSANG
PENGERTIAN
Letak sungsang adalah letak
memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong). Letak
sungsang (presentasi bokong) dibagi menjadi 3, yaitu :
a.
Complete breech (bokong sempurna): bagian
terendah janin adalah bokong saja dan kedua tungkai terangkat.
b.
Frank breech (bokong murni): bagian
terendah janin adalah bokong dan kedua tungkai.
c.
Footling breech (bokong kaki): bagian
terendah adalah bokong dan kaki atau lutut.
Frekuensi frank breech
lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding kehmilan tua dan multigravida lebih
banyak dibandingkan dengan primigravida.
PENYEBAB
a.
Fiksasi kepala pada pintu atas panggul
tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggul sempit, hidrosefalus, plasenta
previa, tumor – tumor pelvic, dan lain – lain.
b.
Janin mudah bergerak, seperti: pada
hidramnion, multipara, janin kecil (premature).
c.
Gemeli (kehamilan ganda).
d.
Kelainan uterus, seperti uterus
arkuatus: bikornis, mioma uteri.
e.
Janin sudah lama mati.
f.
Sebab yang tidak diketahui.
TANDA
DAN GEJALA
a.
Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagan
perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak
tulang iga.
b.
Pada palpasi teraba bagian keras, bundar
dan melenting pada funtus uteri.
c.
Punggung anak dapat teraba pada salah
satu sisi perut dan bagian – bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas
symphisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
d.
Bunyi jantung janin terdengar pada
punggung anak setinggi pusat.
JENIS
PERSALINAN
PERTOLONGAN
PERSALINAN MENGGUNAKAN 2 METODE:
a.
Persalinan pervaginam
o Spontan,
yaitu dengan metode bratch. Pertolongan persalinan tanpa dilakukan tarikan atau
manipulasi sedikitpun selain memegang janin ketika bokong lahir.
o Ekstrasi
parsial
-
Klasik untuk melahirkan bahu belakang
terlebih dahulu.
-
Muller, untuk melahirkan bahu belakang
terlebih dahulu.
-
Louvset, untuk memutar bahu belakang
yang berubah menjadi bahu depan.
-
Mouriceau, untuk melahirkan kepala
janin.
o Ekstraksi
total, yaitu dengan ekstraksi kaki atau ekstraksi bokong.
b.
Persalinan perabdominal, yaitu dengan
section caesarea.
1.6.2
LETAK
LINTANG
PENGERTIAN
Letak lintang adalah apabila sumbu
memanjang, janin menyilang, sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau
mendekati 90º , dan biasanya punggung merupakan bagian terendah janin.
PENYEBAB
a.
Multiparitas disertai dinidng uterus dan
perut ynag lembek.
b.
Kehamilan premature, hidramnion, dan
kehamilan kembar.
c.
Keadaan lain yang dapat menghalangi
turunnya kepala kedalam rongga panggul sempir, tumor daerah panggul, dan
plasenta previa.
d.
Kelainan bentuk uterus seperti uterus
arkuatus atau uterus subseptum.
DIAGNOSIS
a.
Inspeksi: perut membuncit kesamping.
b.
Palpasi: fundus uteri rendah dari usia
kehamilan.
c.
Auskultasi: denyut jantung janin
setinggi pusat kanan dan kiri.
d.
Pemeriksaan dalam (vaginal toucher):
·
Teraba tulang iga, skapula, dan kalau
tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan
dengan cara bersalaman.
·
Teraba bahu dan ketiak yang bida menutup
ke kanan atau ke kiri. Bile kepala terletak dikiri, ketiak menutup ke kiri.
·
Letak punggung ditentukan dengan adanya
scapula, letak dada dengan klavikula.
·
Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan
bila pembukaan kecil dan pembukaan intak, namun pada letak lintang biasanya
ketuban cepat pecah.
PROGNOSIS
Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang
jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya, yaitu:
a.
Bagi ibu
·
Rupture uteri
·
Partus lama
·
Ketuban pecah dini
·
Infeksi intrapartum
b.
Bagi janin
·
Prolapsus funikuli
·
Trauma partus
·
Hipoksia karena kontraksi uterus yang
terus menerus
1.7
KEHAMILAN
DISERTAI PENYAKIT
1.7.1
PENYAKIT
JANTUNG
Adaptasi normal yang
dialami oleh seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk sistem
kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari
gejala penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa kelainan yang
tidak dapat ditoleransi pada saat kehamilan.
PENYEBAB
Sebagian besar disebabkan dalam
rematik. Bentuk kelainan katup yang sering dijumpai adalah stenosis mitral,
insufisiensi mitral, gabungan stenosis mitral dengan insufisiensi mitral, stenosis
aorta, insufisiensi aorta, gabungan antara insufisiensi aorta dan stenosis
aorta, penyakit katup pulmonal, dan trikuspidal.
FAKTOR
PREDISPOSISI
a.
Peningkatan usia pasien dengan penyakit
jantung hipertensi dan superimposed preeklapmpsia atau eklampsia.
b.
Aritmia jantung atau hipertrofi
ventrikel kiri.
c.
Riwayat dekompensasi kordis.
d.
Anemia.
MANIFESTASI
KLINIS
a.
Gagal jantung kiri:
Mudah lelah,
nafas terengah – engah, ortopnea, dan kongesti paru.
b.
Gagal jantung kanan:
Peningkatan
berat badan, edema tungkai bawah, hepatomegali dan peningkatan tekanan vena
jugularis.
Perlu
diawasi saat – saat berbahaya bagi penderita penyakit jantung yang hamil,
yaitu:
a.
Antara minggu ke-12 sampai minggu ke-32.
Terjadi perubahan hemodinamik, terutama minggu ke-28 dan minggu ke-32, saat
puncak perubahan dan kebutuhan jantung maksimum.
b.
Saat persalinan. Setiap kontrkasi uterus
meningkat jumlah darah kedalam sirkulasi sistemik sebesar 15-20% dan ketika
meneran pada partus kala III, saat arus balik vena dihambat kembali ke jantung.
c.
4-5 hari setelah persalinan. Terjadi
penurunan resistensi perifer dan emboli pulmonal.
KOMPLIKASI
a.
Pada ibu
·
Gagal jantung kongestif
·
Oedema paru
·
Kematian
·
Abortus
b.
Pada janin
·
Prematuritas
·
BBLR
·
Hipoksia
·
Gawat janin
·
APGAR skor rendah
·
IUGR
1.7.2
SISTEM
PERNAFASAN
Di Indonesia prevalensi asma sekitar 5-6% dari
populasi. Prevalensi asma dalam kehamilan sekitar 3,7-4%. Hal tersebut membuat
asma menjadi salah satu permasalahan yang biasa ditemukan dalam kehamilan. Pada
kehamilan biasanya akan timbul mulai umur kehamilan 24-36 minggu dan pada akhir
kehamilan jarang terjadi serangan.
FAKTOR PREDISPOSISI
a. Allergen
b. Infeksi
saluran nafas
c. Stress
d. Kegiatan
jasmani yang berat/ olahraga
e. Obat
– obatan
f. Polusi
udara
g. Lingkungan
kerja
TANDA DAN GEJALA
Keluhan
yang biasa dirasakan saat terjadi asma, yaitu:
a. Nafas
pendek
b. Nafas
terasa sesak dan yang paling khas pada penderita asma adalah terdengar bunyi
wising yang timbul saat menghembuskan nafas.
c. Kadang
– kadang batuk kering menjadi salah satu penyebabnya.
d. Pada
kehamilan, biasanya serangan asma akan timbul pada usia kehamilan 24 minggu
sampai 36 minggu dan pada akhir kehamilan serangan jarang terjadi.
KOMPLIKASI
a. Pengaruh
asma dalam kehamilan terhadap ibu
· Abortus
· Perdarahan
vagina
· Persalinan
premature
· Solusio
plasenta 2,5%
· Korioamnionitis
10,4%
· Kematian
b. Pengaruh
asma dalam kehamilan terhadap janin
· BBLR
· IUGR
· Hipoksia
· Prematuritas
PENATALAKSANAAN
a. Mencegah
timbulnya stress
b. Mencegah
menggunakan obat seperti aspirin atau semacamnya yang dapat menjadi pencetus
timbulnya serangan.
c. Pada
penderita asma ringan dapat digunakan obat lokal yang berbentuk inhalasi atau
peroral seperti isoproterenol.
d. Serangan
asma yang ringan diberikan bronkodilator hirup misalnya isoproterenol yang
memperlebar saluran udara pada paru – paru. Tetapi obat ini tidak boleh sering
digunakan.
e. Serangan
asma yang lebih berat biasanya diatasi dengan infuse aminofilin.
f. Serangan
asma yang sangat berat (status asmatikus) diatasi dengan pemberian infuse
kortikosteroid.
g. Jika
terdapat infeksi, berikan antibiotic.
h. Setelah
suatu serangan, bisa diberikan tablet yang mengandung teofilin untuk mencegah
serangan lanjutan. Bronkodilator dan kortikosteroid banyak digunakan oleh ibu
hamil dan tidak menimbulkan masalah yang berat.
1.7.3
SISTEM
PENCERNAAN
Appendicitis adalah suatu penyakit
peradangan pada usus buntu. Insidensi appendicitis akut dalam kehamilan
berkisar 1:500. Kejadian perforasi pada appendicitis akut dalam kehamilan
1,5-3,5 kali lebih besar daripada appendicitis pada yang tidak hamil. Hal ini
disebabkan oleh diagnosis dan penanganan yang terlambat.
GEJALA DAN TANDA KLINIS
a. Demam
b. Nyeri
perut kanan bawah, nyeri dapat berpindah keatas sesuai usia kehamlan oleh
karena uterus yang makin membesar.
c. Nyeri
tekan dan nyeri lepas pada perut kanan bawah.
d. Tanda
Bryan: timbul nyeri bila uterus bergeser ke kanan.
e. Tanda
Alder: untuk membedakan proses ekstrauterin dan intrauterine.
1.7.4
SISTEM
HEMATOLOGI
Dalam kehamilan cairan intraseluler tidak berubah
namun terjadi peningkatan volume darah dan cairan intertisil.
Peningkatan volume plasma lebih besar dibanding peningkatan
sel darah merah sehingga terjadi anemia dan peningkatan kadar protein sehingga
kekentalan (viskositas) darah menurun.
Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama
kehamilan, baik di Negara maju maupun Negara berkembang. Badan kesehatan dunia
(WHO) memperkirakan bahwa 35-75% ibu hamil di Negara berkembang dan 18% ibu
hamil dinegara maju mengalami anemia.
Sebagian wanita hamil mengalami anemia yang tidak
membahayakan. Penyebab anemia tersering dan tidak membahayakan adalah
defisiensi zat besi, tetapi anemia akibat kelainan bawaan pada hemoglobin bisa
mempersulit kehamilan. Kelainan tersebut dapat meningkatkan resiko penyakit dan
kematian pada bayi baru lahir dan meningkatkan penyakit pada ibu
1.7.5
SISTEM
PERKEMIHAN
INFEKSI
SALURAN KEMIH
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang paling
sering terjadi selama kehamilan (4-10%). Meskipun bakteriuria asimptomatik
paling sering dijumpai, infeksi asimptomatik dapat melibatkan traktus yang
lebih bawah dan menyebabkan sistisi, atau bisa juga melibatkan kaliks, pelvic
dan parenkim ginjal dan menyebabkan pielonefritis.
Dikatakan ISK bila ditemukan bakteri yang jumlahnya
lebih dari 10.000/ ml pada pemeriksaan urin. Beberapa peneliti berpendapat
bahwa jumlah bakteri 20.000-50.000 telah menunjukan infeksi aktif.
Walaupun infeksi dapat terjadi karena penyebaran
kuman melalui pembuluh darah atau saluran limfe, tetapi yang terbanyak dan
tersering adalah kuman – kuman naik keatas melalui uretra, ke dalam kandung
kemih, dan saluran kemih yang lebih atas.
1.7.6
DIABETES
MELITUS
PENGERTIAN
Diabetes gestasional (DMG) adalah
intoleransi glukosa yang dimulai atau ditemukan pada waktu hamil. Tidak dapat
dikesampingkan kemungkinan adanya intoleransi glukosa yang tidak diketahui yang
muncul seiring kehamilan. Setelah ibu melahirkan, keadaan DMG sering akan
kembali ke regulasi glukosa normal.
DIAGNOSIS
Skrining awal diabetes nellitus gestasional adalah
dengan cara melakukan pemeriksaan beban 50 gram glukosa pada kehamilan 24028
minggu. Untuk tes ini pasien tidak perlu puasa. Kadar glukosa yang normal harus
kurang dari 130mg/ dL.
Detetksi dini sangat diperlukan agar
penderita DM dikelola sebaik-baiknya, terutama pada ibu dengan faktor resiko.
KOMPLIKASI
a.
Pada ibu
·
Infeksi saluran kemih
·
Hidramnion
·
Hipertensi kronik
·
Preeclampsia
·
Kematian ibu
b.
Pada janin
·
Abortus spontan
·
Kemtian neonatal
·
Trauma lahir
·
Hipoglikemia
·
IUFD
·
Hipomanesemia
·
Hipokalsemia
·
Hiperbilirubinemia
·
Hipoksia
·
Polisitemia
KLASIFIKASI
a.
Tidak tergantung insulin (TTI)/ Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDN) yaitu kasus yang tidak memerlukan
insulin dalam pengendalian kadar gula rendah.
b.
Tergantung insulin (TI)/ Insulin
Dependent Diabetes Mellitus yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam
mengembalikan kadar gula darah.
PENATALAKSANAAN
a.
Prinsipnya adalah mencapai sasaran
normoglikemia (kadar glukosa darah puasa < 105 mg/ dL, 2 jam sesudah makan
<120 mg/ dL dan kadar HbA1c <6%).
b.
Jaga agar tidak terjadi hipoglikemia,
tidak ada ketonuria dan pertumbuhan fetus normal.
c.
Pantau kadar glukosa darah minimal 2
kali seminggu dan kadar Hb glikosila.
d.
Ajarkan pasien cara memantau gula darah
sendiri dirumah dan anjurkan untuk control 2-4 minggu sekali bahkan lebih
sering lagi saat mendekati persalinan.
e.
Obat hipoglikemik oral tidak dapat
dipakai saat hamil dan menyusui mengingat efek teratogenitas dan dikeluarkan
melalui ASI.
f.
Kenaikan BB pada trimester I diusahakan
sebesar 1-2,5 kg dan selanjutnya 0,5kg/ minggu, total kenaikan BB sekitar 10-12
kg.
PENATALAKSANAAN
OBSTETRIK
a.
Pantau ibu dan janin dengan mengukut
TFU, mendengarkan djj dan secara khusus menggunakan USG dan KTG.
b.
Lakukan penilaian setiap akhir minggu
sejak usia kehamilan 36 minggu.
c.
Adanya makrosomia pertumbuhan janin
terhambat dan gawat janin merupakan indikasi SC. Janin sehat dapat dilahirkan
pada umur kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan biasa.
1.8
KEHAMILAN
DENGAN INFEKSI
1.8.1
RUBELLA
Rubella dapat
meningkatkan angka kematian perinatal dan sering menyebabkan cacat bawaan pada
janin. Sering dijumpai apabila infeksi dijumpai pada kehamilan trimester I
(30-50%). Dapat pula terjadi hambatan pertumbuhan intrauterine, kelainan
hematologic (termasuk trombositopemia dan anemia), hepatosplenomegalia dan
ikterus, pneumonitis intertisialis kronika difusa dan kelainan kromosom. Selain
itu, bayi dengan rubella bawaan selama beberapa bulan merupakan sumber infeksi
bag anak – anak dan orang dewasa lain.
DIAGNOSIS
Diagnosis rubella tidak selalu
mudah karena gejala – gejala kliniknya hamper sama dengan penyakit lain, kadang
tidak jelas atau tidak ada sama sekali. Virus pada rubella sering mencapai dan
merusak embrio dan fetus. Diagnosis pasti dapat dibuat dengan isolasi virus
atau dengan ditemukannya kenaikan titer anti rubella dalam serum. Nilai titer
atibodi:
a.
Imunitas 1:10 atau lebih
b.
Imunitas rendah < 1:10
c.
Indikasi adanya infeksi saat ini >
1:64
Apabila wanita hamil dalam
trimester I menderita viremia, maka abortus buatan perlu dipertimbangkan.
Setelah trimester I, kemungkinan cacat bawaan menjadi kurang yaitu 6,8% dalam
trimester II dan 5,3% dalam trimester III.
1.8.2
HEPATITIS
DALAM KEHAMILAN
Hepatitis dan penyakit hati lain
yang terjadi selama kehamilan harus menjadi perhatian karena dapat measalah
kesehatan serius, baik bagi ibu maupun bayi. Secara umum, penyakit hati dalam
kehamilan dapat terjadi dalam 3 bentuk berikut:
a.
Penyakit hati yang dicetuskan oleh
kehamilan, seperti perlemakan hati akut, hiperemesis gravidarum (muntah yang
berlebihan pada kehamilan muda) dan sindrom HELLP.
b.
Penyakit hati yang terjadi selama
kehamilan dan tidak berhubungan dengan kehamilannya seperti hepatitis virus
akut, infeksi dan batu di kandung empedu.
c.
Kehamilan yang terjadi pada orang yang
telah mengalami penyakit hati kronik
(yang sudah lama) sebelumnya, seperti hepatitis kronik.
Hepatitis
virus pada kehamilan dapat menimbulkan dampak kesehatan yang besar baik bagi
ibu maupun janin yang dikandungnya. Penularan virus ini pada janin, dapat
terjadi dengan beberapa cara, yaitu:
a.
Melewati plasenta
b.
Kontaminasi dengan darah dan tinja ibu
pada waktu persalinan
c.
Kontak langsung bayi baru lahir dengan
ibunya
d.
Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi
KOMPLIKASI
a.
Case Fatality Rate pada non hamil dengan
hepatitis akut 0,1%
b.
Kasus fatal biasanya berhubungan dengan
nekrosis hepar fulminan (umunya disebabkan oleh infeksi hepatitis B dan
hepatitis D)
c.
Infeksi kronis umunya disebabkan oleh
infeksi hepatitis B (kira – kira 10%) dan C (mayoritas pasien hepatitis kronis)
TANDA
DAN GEJALA
a.
Demam ringan
b.
Mual muntah
c.
Nyeri kepala
d.
Lesu
e.
Ikterus ( 1-2 minggu setelah gejala
diatas)
PENATALAKSANAAN
Pengobatan infeksi hepatitis virus
pada kehamilan tidak berbeda dengan
wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring dirumah sakit sampai gejala
ikterus hilang dan bilirubin dalam serum normal. Makanan diberikan dengan
sedikit lemak tetapi tinggi protein dan karbohidrat. Pemakaian obat – obatan hepatotoxic
hendaknya dihindari. Kortison baru diberikan jika terjadi penyulit. Perlu
diingat bahwa hepatitis virus yang aktif dan cukup berat, mempunyai resiko
untuk terjadinya perdarahan postpartum, karena manurunnya kadar vitamin K.
janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode postnatal dengan
dilakukan pemeriksaan transaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus
antigen secara periodic. Janijn baru lahir tidak perlu diberikan pengobatan
khusus bila tidak mengalami penyulit – penyulit lain.
1.9
KEHAMILAN
DENGAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
1.9.1
SIFILIS
PENGERTIAN
Infekasi sifilis (lues)
adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Triponema Palidum. Jika terjadi pada
ibu hamil maka disebut sifilis congenital dan sifilis ini merupakan bentuk
penyakit sifilis yang terberat. Infeksi pada janin dapat terjadi setiap saat
dalam kehamilan dengan derajat resiko infeksi yang tergantung jumlah spiroketa
(triponema) di dalam darah ibu.
PENYEBAB
Penyebab infeksi siflis yaitu
Triponema pallidum. Triponema pallidum merupakan salah satu bakteri
spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral. Terdapat empat sub spesies yang
sudah ditemukan, yaitu Treponema pallidum pallidum, Triponema pallidum
pertenue, Triponema pallidum caratenum dan Triponema pallidum endemicum.
TANDA
DAN GEJALA
Gejala biasanya mulai timbul dalam
waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi, rata – rata 3-4 minggu. Infeksi dapat
menetap selama bertahun – tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung,
kerusakan otak, maupun kematian. Infeksi oleh Triponema pallidum berkembang
melalui 4 tahapan:
a.
Fase primer
Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri
(cangker) pada tempat yang terinfeksi yang tersering adalah pada penis, vulva,
atau vagina. Cangker juga bisa ditemukan dianus, rectum, bibir, lidah,
tenggorokan, leher rahim, jari – jari tangan atau bagian tubuh lainnya.
b.
Fase sekunder
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu
ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfekasi. Ruam ini
bisa berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak
diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi dalam beberapa minggu atau bulan akan
muncul ruam yang baru.
c.
Fase laten
Setelah pederita sembuh dari fase sekunder,
penyakit akan memasuki fase laten dimana tidak Nampak jelas sama sekali. Fase
ini bisa berlangsung bertahun- tahun atau berpuluh – puluh tahun atau bahkan
sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang terinfeksi
kembali muncul.
d.
Fase tersier
Pada fase tersier penderita tidak lagi
menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah.
KOMPLIKASI
a.
Komplikasi pada janin dan bayi
·
IUFD
·
Partus prematurus
·
Partus immaturus
·
Kelainan congenital
·
Gangguan mental dan tumbuh kembang anak
b.
Komplikasi pada ibu
·
Menyebabkan kerusakan berat pada otak
dan jantung
·
Kehamilan dapat menimbulkan kelainan dan
plasenta lebih besar, pucat, keabu – abuan dan licin
·
Kehamilan <16 minggu dapat
menyebabkan kematian janin
·
Kehamilan lanjut dapat menyebabkan
kelahiran premature dan manimbulkan cacat.
PENATALAKSANAAN
a.
Anita hamil dengan sifilis harus diobati
sedini mungkin, sebaiknya sebelum haml atau trimester I untuk mencegah
penularan terhadap janin.
b.
Suami harus diperiksa dengan menggunaka
tes reaksi wasserman dan VDRL, bila perlu diobati.
c.
Terapi:
·
Suntikan penisilin G, secara IM sebanyak
1 juta satuan perhari selama 8-10 hari.
·
Obat – obatan peroral: enisilin dan
eritromisin
·
Lues congenital pada neonates: penisilin
G 100.000 satuan/ kg BB sekaligus.
1.9.2
HIV/
AIDS
PENGERTIAN
HIV (Human Imunodeficiency Virus)
adalah sebuah tretrovirus yang mengifeksi sel system kekebalan tubuh manusia,
teruama sel-T, CD4+, dan makrofag.
AIDS (Acqured Imnune Deficiency
Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV.
AIDS muncul setelah virus HIV
menyerang kekebalan tubuh manusia dalam jangka waktu 3 sampai 10 tahun.
TANDA
DAN GEJALA
a.
Demam
b.
Pembesaran kelenjar getah bening
c.
Diare berkepanjangan
d.
Pusing/ pening
e.
Menurunnya berat badan
f.
Turgor kulit menurun
g.
Infeksi jamur, bakteri, virus yang kronik
h.
Keringat dingin pada malam hari
i.
Nyeri otot
PENATALAKSANAAN
a.
Asuhan antenatal seperti pada umumnya
b.
Pemeliharaan kesehatan secara umum
c.
Kurangi kadar virus (Viral Load) dengan
minum ARV profilaksis secara teratur dan anjurkan untuk pemeriksaan VL pada
usia kehamilan 36 minggu ke atas.
d.
Deteksi dini dan terapi faktor penyulit
e.
Persiapan persalianan yang aman
1.10KEHAMILAN
DENGAN PENYAKIT GANGGUAN JIWA
1.10.1
DEPRESI
PENGERTIAN
Suatu
perasaan sedih yang mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang
atau peristiwa yang menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan
peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan ,melebihi waktu yang normal.
TANDA DEPRESI KEHAMILAN
a. Tidak
bisa berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan
b. Pekerjaan
dan aktivitas sehari-hari terganggu
c. Hubungan
calon ibu dengan orang-orang sekitarnya terganggu
d. Kondisi
ibu mengancam keselamatan janin
PENYEBAB
a. Gangguan
hubungan keluarga
b. Riwayat
depresi baik diri maupun keluarga
c. Pengobatan
infertilisasi
d. Riwayat
aborsi sebelumnya
e. Pengalaman
yang penuh dengan kejadian stres
f. Adanya
komplikasi dalam kehamilanya
g. Riwayat
KDRT atau trauma
PENATALAKSANAAN
a. Berikan
dukungan psikologis pada ibu, dengarkan keluhan, dan besarkan hati ibu
b. Yakinkan
pada ibu bahwa pengalaman tersebut merupakan hal wajar dan banyak ibu yang
mengalaminya
c. Bantu
ibu untuk memikirkan masing-masing sebagai orang tua baru
d. Jika
depresinya cukup parah, pertimbangan pemberian obat-obatan anti depresan
1.10.2
PSIKOSA
PENGERTIAN
Psikosa
adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality).
TANDA PSIKOSIS
a. Halusinasi
b. Sejumlah
kelainan perilaku, seperti aktivitas yang meningkat, gelisah, retardasi
psikomotor, dan perilaku katatonik
PENATALAKSANAAN
a. Konsultasikan
ke dokter, psikolog, dan psikiater
b. Sejak
pemeriksaan kehamilan pertama kali tenaga medis harus dengan kesabaran
meyakinkan calon ibu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal
yang normal dan wajar
c. Ajarkan
dan berikan latihan-latihan untuk dapat menguasai otot-otot, istirahat, dan
pernafasan
d. Hindari
kata-kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si wanita
e. Hindari
komentar suatu kasus dan gelak tawa
1.10.3
PSIKONEUROSA
PENGERTIAN
Psikoneurosa
adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian. Karena gangguan
hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan
pekerjaan / aktivitas sehari-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanlah suatu
penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut normal.
KLASIFIKASI
a.
Neurosis
cemas
Gejala
-
Gejala somatic dapat berupa sesak nafas,
dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingin,
dan seterusnya
-
Gejala psikologis berupa kecemasan,
ketegangan, panic, depresi, perasaan tidak mampu, dan seterusnya
Faktor penyebab
-
Ketakutan dan kecemasan yang terus
menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubi-tubi
-
Represi terhadap macam-macam masalah
emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna
-
Kecenderungan harga diri yang terhalang
-
Dorongan-dorongan seksual tidak dapat
mendapat kepuasan yang terhambat, sehingga menimbulkan banyak konflik batin
Penatalaksanaan
Terapi
untuk penderita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau
kekhawatiran dan mencari penyelesaian yang lebih baik terhadap permasalahan.
Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita
b.
Hysteria
Gejala
-
Adanya reaksi-reaksi emosional yang
tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya
terhadap rangsang-rangsang emosional
-
Fungsi mental dan jasmani dapat hilang
tanpa dikehendaki oleh penderita
Faktor penyebab
-
Ada predisposisi pembawaan berupa system
syaraf yang lemah
-
Tekanan-tekanan mental yang disebabkan
oleh : kesusahan, kekecewaan, syok, dan pengalaman-pengalaman traumatis / luka
jiwanya, sugesti diri yang buruk, dan melemahkan mental
-
Oleh kelemahan-kelemahan diri, individu
berusaha menguasai keadaan, lalu mentiranisasi lingkungan dengan tingkah
lakunya yang dibuat-buat
-
Kebiasaan hidup dan disiplin-disiplin
yang keliru, sehingga mengakibatkan kontrol pribadi yang lemah dan integrasi
kepribadian yang miskin, sangat kekanak-kanakan
-
Kondisi fisik yang buruk, misalnya :
sakit-sakitan, lemah, lelah, fungsi-fungsi organic yang lemah, dan gangguan
pikiran, dan badiniah
-
Sering atau selalu menggunakan escape
mechanism dan defence mechanism, sehingga mengakibatkan maladjustment, dan
semakin banyak timbul kesulitan
Penatalaksanaan
Ada
beberapa teknik terapi yang dapat untuk menyembuhkan hysteria yaitu :
-
Teknik hipnotis (pernah diterapkan oleh
dr. Joseph Breuer)
-
Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh
Sigmund Freud)
-
Psikoterapi suportif
-
Farmakoterapi
c.
neurosis fobik
gejala
fobia, yaitu rasa takut yang hebat
yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat
menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panic,
berkeringat dan seterusnya.
Faktor
penyebab
Neurosis fobik terjadi karena
penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi
atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Perasaan
traumatis ini kemudian direpresi (ditekan kedalam ketidaksadarannya). Namun
pengalamn tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan
serupa.
Penatalaksanaan
Neurosa fobik sulit dihilangkan
sama sekali bila gangguan tersebut telah lam diderita atau berdasarkan fobi
pada masa kanak-kanak. Namun apabila gangguan tersebut relative baru dialami
proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang tepat dilakukan untuk
penderita neurosis fobik adalah
·
Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar
penderita memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
·
Terapi perilaku dengan deconditioning,
yaitu setiap kali penderita merasa takut dia diberi rangsang yang tidak
menyenangkan.
·
Terapi kelompok
·
Manipulasi lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar