Minggu, 02 November 2014

8. Metode Kontrasepsi Modern (AKDR)

1.1    Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Devices)
1.1.1        Sejarah Kontrasepsi AKDR
     Banyak ahli sejarah yang setuju bahwa kemunculan IUD untuk pertama kali terjadi di negara-negara Arab. Semua bermula dari temuan penempelan kerikil halus pada rahim unta sebagai pencegah kehamilan selama masa melintasi gurun. Di sini, prinsip IUD yang dibuat adalah menciptakan infeksi ringan pada rahim untuk mencegah fertilisasi dan implantasi zigot hasil perkawinan sel telur dan sperma. Prinsip inilah yang kemudian menjadi bagian dari sejarah KB diseluruh negara termasuk Indonesia.  Prinsip ini memberikan ide pembuatan IUD bagi manusia (wanita).
     Seorang ahli kandungan dari Jerman, Grafenberg, di tahun 1920 mulai membuat IUD dari bahan kawat perak. Kemudian, di tahun 1965, muncul IUD yang terbuat dari polietilen. Terakhir, muncul IUD yang terbuat dari tembaga (1970-an). IUD dari bahan inilah yang kemudian dikembangkan menjadi IUD yang dipakai hingga sekarang.

1.1.2        Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
1.1.2.1  Pengertian
1.      AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik disertai barium sulfat (agar terlihat melalui alat sinar-X atau sonografi) dan mengandung tembaga (Cu T 38OA ParaGard produksi Ortho), progesteron (progeterone T progestasert system produksi ALZA corporation), atau levonorgestrel (Mirena produksi Berlex). (Morgan, 2009).
2.      IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan ke dalam rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit tembaga, dan bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umum dan mungkin banyak dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral. Spiral tersebut dimasukkan ke dalam rahim oleh tenaga kesehatan (dokter/bidan terlatih). Sebelum spiral dipasang, kesehatan ibu harus diperiksa dahulu untuk memastikan kecocokannya. Sebaiknya IUD ini dipasang pada saat haid atau segera 40 hari setelah melahirkan (Subrata, 2003).
3.      IUD/AKDR adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani, 2010:141)
4.      IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang seluk - beluk alat kontrasepsi ini (Manuaba , 2010).
1.1.2.2  Jenis AKDR
1.      AKDR Non-Hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4, karena itu berpuluh – puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat maupun tidak.
1)      Menurut Bentuknya AKDR
a)      Bentuk terbuka (oven device), misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7, Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
b)      Bentuk tertutup (closed device), misalnya : Ota-Ring, Atigon dan Graten Berg Ring.
2)      Menurut Tambahan atau Metal
a)      Medicated IUD, misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 200m². Cara insersinya withdrawal.
b)      Un Medibated IUD, misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon. Cara insersi lippes loop : Push Out.
c)      Copper-T: AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
d)     Copper-7: AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan  pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
e)      Multi Load: AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
f)       Lippes Loop: AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic ( Erfandi, 2008). Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan atau persoalan bagi akseptornya.
1.1.2.3  AKDR Hormonal
1)      Progestasert-T = Alza T
a)      Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
b)      Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesteron per hari.
c)      Tabung insersinya berbentuk lengkung
d)     Daya kerja : 18 bulan
e)      Teknik insersi : plunging (modified withdrawal)
2)      LNG-20
a)      Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari.
b)      Sedang ditelit di Firlandia.
c)      Angka kegagalan / kehamilan angka terendah : <0,5 per 100 wanita per tahun.
d)     Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau pendarahan haid yang sangat sedikit.

1.1.2.4  AKDR CuT-380A
AKDR CuT-380A adalah alat kontrasepsi dalam rahim yang kecil dengan kerangka terbuat dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T terselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
1.      Profil
1)      Sangat efektif, reversibel, dan jangka panjang (dapat sampai 10 tahun : Cu-308A).
2)      Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
3)      Pemasangan dan pencabutan membutuhkan pelatihan.
4)      Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.
5)      Tidak boleh dipakai oleh semua perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual (IMS).



2.      Cara Kerja
1)      Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii karena adanya Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa .
2)      Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3)      AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4)      Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus karena terjadinya pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan blastoksis mungkin dirusak oleh makrofag dan blastoksis.
3.      Keuntungan
1)      Aman.
2)      Sebagai kontrasepsi, efektifitas tinggi. Sangat efektif > 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
3)      AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
4)      Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
5)      Sangat efektif karena tidak perlu mengingat – ingat lagi.
6)      Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
7)      Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak takut perlu takut untuk hamil.
8)      Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).
9)      Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
10)   Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi efek samping).
11)  Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
12)  Tidak ada interaksi antara obat-obatan.
13)  Membantu mencegah kehamilan ektopik.
14)  Dapat diterima masyarakat dengan baik.
15)  Kontrol medis yang ringan.
4.      Kerugian
1)      Efek samping yang umum terjadi.
2)      Komplikasi lain.
3)      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4)      Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.
5)      Penyakit radang panggul sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
6)      Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
7)      Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang 1-2 hari.
8)      Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR.
9)      Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadiapabila AKDR dipasang sesudah melahirkan).
10)  Tidak mencegah atau memeriksa terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah persalinan normal.
11)  Perempuan hatus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukan jarinya ke dalam vagina, sebagian peremuan tidak mau melakukan ini.
12)  Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu hubungan seksual.
5.      Persyaratan Pemakaian
1)      Yang Dapat Menggunakan
(1)   Usia reproduktif.
(2)   Keadaan nullipara.
(3)   Menginginkan kontrasepsi jangka panjang.
(4)   Menyusui dan menginginkan kontrasepsi.
(5)   Setelah melahirkan dan tidak ingin menyusui bayinya.
(6)   Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
(7)   Risiko rendah dari IMS.
(8)   Tidak menghendaki metode hormonal.
(9)   Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
(10)   Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama (lihat kontrasepsi darurat).
(11)   Perokok.
(12)   Pascakeguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi.
(13)   Sedang memakai antibiotik atau antikejang.
(14)   Gemuk ataupun kurus.
(15)   Sedang menyusui.
(16)   Penderita tumor jinak payudara.
(17)   Penderita kanker payudara.
(18)   Pusing-pusing, sakit kepala.
(19)   Tekanan darah tinggi.
(20)   Varises pada tungkai atau di vulva.
(21)   Penderita penyakit jantung (termasuk jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan AKDR ).
(22)   Pernah menderita stroke.
(23)   Penderita diabeten melitus.
(24)   Penderita penyakit hati atau ampedu.
(25)   Malaria.
(26)   Skistosomiasis (tanpa anemia).
(27)   Penyakit tiroid.
(28)   Epilepsi.
(29)   Nonpelvik TBC.
(30)   Setelah kehamilan ektopik.
(31)                       Setelah pembedahan pelvik.
2)      Yang Tidak Boleh Menggunakan
(1)   Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
(2)   Pendarahan vaginayang tidak diketaui (sampai dapat dievakuasi).
(3)   Sedang menderita infeksi alat genital.
(4)   Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik.
(5)   Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.penyakit trofoblas yang ganas.
(6)   Diketahui menderita TBC pelvik.
(7)   Kanker alat genital.
(8)   Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
Catatan: Semua keadaan yang dapat dan tidak dapat menggunakan AKDR Cu tersebut sesuai dengan kriteria WHO, WHO eligibility Criteria category 1 – 4.

1.1.2.5  AKDR Post – Plasental
Kita pernah mengenal program insersi AKDR (IUD) postpartumdimana pasien mendapat insersi AKDR pascapersalinan.program tersebut tidak pernah dikembangkan lagi. Dengan adanya cara yang relatif baru yaitu insersi AKDR post-plasenta mungkin mempunyai harapan dan kesempatan bagi banyak ibu yang tidak ingin hamil lagi. Teknik ini cukup aman. Hanya sebagian kecil (3-8%) maka teknologi ini perlu ditawarkan. Pasien hendaknya mendapatkan konseling sebelum persalinan. Pemasangan AKDR dapat dilakukan juga pada saat seksio sesarea. Peningkatan penggunaan AKDR akan mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan dimasa depan, sehingga akan mengurangi angka kematian ibu di Indonesia.

1.      Efektifitas
AKDR post-plasenta telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi, dan perdarahan. Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi (6-10%) dan ini harus disadari oleh pasien, bila mau akan dipasang lagi. Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat memperkecil risiko ekspulasi. Oleh karena itu diperlukan pelatihan. Kontra indikasi pemasangan post-plasental ialah : ketuban pecah lama, infeksi intra partum, perdarahan postpartum.
2.      Teknologi
AKDR umumnya jenis CuT dimasukkan ke dalam fundus uteri selama 10 menit setelah plasenta lahir. Penolong telah menjepit AKDR di ujung jari tengah dan telunjuk yang selanjutnya menyusuri sampai ke fundus. Pastikan bahwa AKDR diletakkan dengan benar di fundus. Dengan tangan kiri penolong memegang fundus dan menekan kebawah. Jangan lupa memotong benang AKDR sepanjang 6 cm sebelum insersi.
3.      Pemantauan
Klien hendaknya diberikan pendidikan mengenai manfaat dan risiko AKDR. Bila terjadi ekspulsi AKDR dapat dipasang kembali. Pemeriksaan AKDR dapat dilakukan setiap tahun atau bila terdapat keluhan (nyeri, perdarahan, demam, dll).

Tabel 6.16: Penanganan Efek Samping yang Umum dan Permasalahan yang Lain
Efek samping/ masalah
Penanganan
Amenorea
a.        Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenore apabila dikehendaki. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan < 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan > 13 minggu, AKDR jangan dilepaskan. Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR, jelaskan adanya risiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih di amati dan diperhatikan.
Kejang
b.        Pastikan dan tegaskan adanya penyakit radang panggul dan penyebab lain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya pabila ditemukan. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesic untuk sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.
Perdarahan vagina yang tidak teratur dan hebat
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3 x/ hari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan talet besi (1 tablet/ hari selama 1 – 3 bulan). AKDR memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR selama > 3 bulan dan diketahui menderita anemia (Hb < 7 gr%) anjurkan nuntukmelepas AKDR dan bantulah memilih metode lain yang sesuai.
Benang yang hilang
Pastikan adanya kehamilan atau tidak, tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom. Periksa talinya didalam saluran endoserviks dan kavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan rujuklah kedokter, lakukan X-ray atau periksa USG. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menetukan metode lain.
Cairan vagina/ dugaan penyakit radang pangul (PRP)
Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorea atau indikasi infeksi klamidial, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR dikeluarkan, beri metode lain sampai masalahnya teratasi.

6.      Waktu Penggunaan
1)      Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
2)      Hari pertama sampai ke 7 siklus haid.
3)      Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan : setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). Perlu diingat, angka ekspulsi lebih tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pascapersalinan.
4)      Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
5)      Sela 1 sampai 5 hari setelah senggama tidak terlindungi.
7.      Petunjuk Bagi Klien
1)      Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu pemasangan AKDR.
2)      Selama bulan pertama mempergunakan AKDR , periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid.
3)      Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami :
(1)   Kram/kejang diperut bagian bawah.
(2)   Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama.
(3)   Nyeri setelah senggama atau apabila pemasangan mengalami tidak nyaman nselama melakukan hubungan seksual.
4)      Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan.
5)      Kembali ke klinik apabila :
(1)   Tidak dapat meraba benang AKDR.
(2)   Merasakan bagian yang keras dari AKDR.
(3)   AKDR terlepas.
(4)   Siklus terganggu dan meleset.
(5)   Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan.
(6)   Adanya infeksi.
8.      Informasi Umum
1)      AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan.
2)      AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama.
3)      Kemungkinan terjadi perdarahan atau spotting beberapa hari setelah pemasangan.
4)      Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak.
5)      AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien.
6)      Jelaskan pada klien jenis AKDR apa yang digunaklan, kapan akan dilepas, dan berikan kartu tentang semua informasi ini.
7)      AKDRtidak terlindungi diri terhadap IMS termasuk virus AIDS. Apabila pasangannnya berisiko, mereka harus menggunakan kondom seperti halnya AKDR.

1.1.2.6  AKDR dengan Progestin
Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah Prigestase yang mengandung Progesteron dari Minera yang menandung Levonorgestrel.
1.      Cara Kerja
1)      Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi.
2)      Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma.
3)      Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopii.
4)      Menginaktif sperma.
2.      Efektivitas
Sangat efektif, yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun pertama penggunaan.
3.      Keuntungan Kontrasepsi
1)      Efektif dengan proteksi jangka panjang (1 tahun).
2)      Tidak mengganggu hubungan suami istri.
3)      Tidak berpengaruh terhadap ASI.
4)      Kesuburan segera kembali sesudah AKDR di angkat.
5)      Efek sampingnya sangat kecil.
6)      Memiliki efek sistemik yang sangat kecil.
4.      Keuntungan Nonkontrasepsi
1)      Mengurangi nyeri haid.
2)      Mengurangi jumlah darah haid.
3)      Dapat diberikan pada usia perimenopause bersamaan dengan pemberian estrogen, untuk pencegahan hiperplasia endometrium.
4)       Sebagai pengobatan alternatif pengganti operasi pada perdarahan uterus disfungsional dan adenomiosis.
5)      Merupakan kontrasepsi pilihan utama pada wanita perimenopause.
6)      Tidak mengurangi kerja obat tuberculosis ataupun obat epilepsy, karena AKDR yang mengandung progestin kerja utamanya pada lokal endometrium.
5.      Keterbatasan
1)      Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genitalia sebelum pemasangan AKDR.
2)      Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR.
3)      Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat, sehingga sangat tergantung kepada tenaga kesehatan.
4)      Pada penggunaan jangka anjang dapat terjadi amenorea.
5)      Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi (< 1/ 1000 kasus).
6)      Kehamilan ektopik relatif tinggi.
7)      Bertambahnya risiko mendapat penyakit radang panggul sehingga dapat menyebabkan infertilitas.
8)      Mahal.
9)      Progestin sedikit meningkatkan risiko thrombosis sehingga perlu hati – hati pada perempuan perimenopause. Risiko ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pil kombimasi.
10)  Progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol pada pemberian jangka panjang sehingga perlu hati – hati pada perempuan dengan penyakit kardiovaskular.
11)  Memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara.
12)  Progestin dapat mempengaruhi jenis – jenis tertentu hiperlipidemia.
13)  Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uteri.
6.      Yang Boleh dan Yang Tidak Boleh Menggunakan AKDR dengan progestin (Berdasarkan Klasifikasi Persyaratan Medis Dalam Penapisan Klien Menurut WHO, 2004)
1)      Kategori 1
Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan metode kontrasepsi. Dilihat dari klasifikasinya, klien yang masuk dalam kategori ini yaitu:
(1)   Paritas multipara.
(2)   Pascapersalinan (laktasi/ nonlaktasi) termasuk pasca SC ≥ 4 minggu.
(3)   Pasca keguguan TM I.
(4)   Pasca Kehamilan Ektopik
(5)   Riwayat operasi pelvis (termasuk SC).
(6)   Perokok aktif.
(7)   Obesitas (> 30 kg/m2  BMI).
(8)   Hipertensi terkontrol.
(9)   TD meningkat  (sistolik 140-160atau diastolik 90-100).
(10)    Riwayat hipertensi dalam kehamilan.
(11)    Riwayat keluarga dengan trombosis vena dalam / emboli paru.
(12)    Bedah mayor tanpa imobilisasi lama.
(13)    Bedah minor tanpa imobilisasi.
(14)    Trombosis vena permukaan (varises dan tromboflebitis).
(15)    Penyakit katup jantung tanpa komplikasi.
(16)    Nyeri kepala (non migrain).
(17)    Epilepsi.
(18)    Depresi.
(19)    Perdarahan pervaginam ireguler (M & L).
(20)    Perdarahan pervaginam banyak/ lama (M)
(21)    Endometriosis.
(22)    Tumor ovarium jinak.
(23)    Dismenorea berat.
(24)    Ektrofion serviks.
(25)    Penyakit mammae jinak.
(26)    Riwayat kanker dalam keluarga.
(27)    Kanker endometrium.
(28)    Kanker ovarium.
(29)    Fibroma uteri (tanpa gangguan  kavum uteri).
(30)    Penyakit radang panggul dengan kehamilan (M & L).
(31)    Skistosomiasis (tanpa komplikasi dan fibrosis hati).
(32)    Tuberkulosis (non pelvis).
(33)    Malaria.
(34)    Diabetes (riwayat gestasional).
(35)    Penyakit tiroid (goiter, hipertiroid, hipotiroid).
(36)    Riwayat kolestatis (berhubungan dengan kehamilan).
(37)    Hepatitis virus  (carier).
(38)    Talasemia.
(39)    Penyakit bulan sabit.
(40)    Anemia defisiensi Fe.
(41)    Obat yang mempengaruhi enzim – enzim hati (rifampisin dan antikonvulsan tetentu).
(42)    Antibiotik.
2)      Kategori 2
Penggunaan  kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan risiko yang diperkirakan akan terjadi. Dilihat dari klasifikasinya, klien yang masuk dalam kategori ini yaitu:
(1)   Paritas nullipara.
(2)   Pascakeguguran TM II.
(3)   Faktor risiko multipel penyakit kardiovaskuler (usia tua, merokok, DM, hipertensi).
(4)   Hipertensi (riwayat hipertensi yang tidak dapat dievaluasi temasuk hipertensi dalam kehamilan).
(5)   TD meningkat (sistolik > 160 atau diastolik > 100).
(6)   Penyakit vaskular.
(7)   Riwayat trombosit vena dalam / emboli paru
(8)   Bedah mayor (imobilisasi lama).
(9)   Riwayat penyakit jantung iskemik (M).
(10)       Stroke (riwayat cardiovascular accident).
(11)       Hiperlipidemia.
(12)       Penyakit katup jantung dengan komplikasi (hipertensi pulmonal, fibrilasi atrial, endokarditis bacterial subakut).
(13)       Migrain tanpa aura (M & L)
(14)       Migrain dengan aura (M).
(15)       Perdarahan pervaginam banyak / lama (L).
(16)       Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya  sebelum penilaian (L).
(17)       NIS (Neoplasia Intra Serviks).
(18)       Kanker serviks (L).
(19)       Penyakit mammae (massa benjolan tidak terdiagnosis).
(20)       Kanker endometrium (L).
(21)       Kanker ovarium (L).
(22)       Kelainan anatomis tidak mengganggu kavum uteri.
(23)       Riwayat penyakit radang panggul dengan kehamilan (M & L).
(24)       Riwayat penyakit radang panggul saat ini (L).
(25)       IMS servisitis purulen atau infeksi klamidia atau gonorea (L).
(26)       IMS lainnya kecuali HIV dan Hepatitis dan Vaginitis termasuktrikomonas vaginitis dan vaginosis bakterial (M & L).
(27)       Risiko IMS meningkat (L).
(28)       Risiko tinggi HIV dan terinfeksi HIV (M & L).
(29)       AIDS (L).
(30)       DM dengan (non-insulin dependent, insulin dependent, nepropati/retinopati/neuropati, dan penyakit vaskuler lain/ DM > 20 tahun).
(31)       Penyakit kandung empedu (simptomatik dan asimptomatik).
(32)       Riwayat kolestasis (berhubungan dengan kontrasepsi).
(33)       Sirosis ringan.
(34)       Terapi antiretroviral (L).
3)      Kategori 3
Resiko yang diperkirakan lebih besar dari pada manfaat kontrasepsi. Dilihat dari klasifikasinya, klien yang masuk dalam kategori ini yaitu:
(1)   Pascapersalinan (laktasi/ non laktasi) termasuk pasca SC < 48 jam dan ≥ 48 jam - < 4 minggu.
(2)   Trombosis vena dalam atau emboli paru (TVD/EP saat ini).
(3)   Riwayat penyakit jantung iskemik (L).
(4)   Nyeri kepala dengan aura (L).
(5)   Penyakit trofoblas jinak.
(6)   Penyakit mamae ( riwayat lampau, tidak kambuh dalam 5 tahun).
(7)   Kanker ovarium (M).
(8)   Tuberkulosis pelvis (L).
(9)   Hepatitis virus (aktif).
(10)  Sirosis (berat).
(11)  Tumor hati: jinak (adenoma), malignan  (hepatoma).
(12)  Terapi antiretroviral (M).
4)      Kategori 4
Risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan pada klien. Dilihat dari klasifikasinya, klien yang masuk dalam kategori ini yaitu:
(1)   Pascapersalinan (laktasi/ non laktasi) termasuk pasca SC sepsis puerperalis.
(2)   Pascaabortus septik.
(3)   Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya sebelum penilaian (M).
(4)   Penyakit trofoblas ganas.
(5)   Kanker servik (M).
(6)   Kanker mammae saat ini.
(7)   Kanker endometrium (M).
(8)   Fibroma uteri mengganggu kavum uteri.
(9)   Penyakit radang panggul sat ini (M).
(10)  IMS servisistis purulen atau infeksi klamidia atau gonorea dan risiko IMS meningkat (M).
(11)  Tuberkulosis pelvis (M).

7.      Waktu AKDR Progestin Dipasang
1)      Setiap saat selama siklus haid, jika ibu tersebut dipastiakn tidak hamil.
2)      Sesudah melahirkan, dalam waktu 48 jam pertama pascapersalinan, 6 – 8 minggu, atau pun lebih sesudah melahirkan.
3)      Segera sesudah induksi haid, pascakeguguran spontan, atau keguguran buatan, dengan syarat tidak terdapat bukti – bukti adanya infeksi.
Tabel 6.19: Keadaan yang memerlukan perhatian khusus.
Keadaan
Anjuran
Nyeri haid hebat



Riwayat kehamilan ektopik

Gejala penyakit katup jantung

Menderita nyeri kepala atau migraine



Penyakit hati akut (virus hepatitis).

Penyakit jantung



Stroke/ riwayat stroke, penyakit jantung.

Tumor jinak atau ganas pada hati.
Dapat disebabkan oleh AKDR, klien perlu dirujuk. Umumnya terjadi pada permulaan pemakaian. Pada dasarnya progestin mengurang haid.

Jelaskan kepada klien tanda – tanda kehamilan ektopik dan bila ada segera mencari pertolongan dirumah sakit.

Berikan antibiotic saat insersi AKDR. Bila anemia (Hb < 90g/dl), ganti dengan metode kontrasepsi lain.

Paling sering ditemukan pada AKDR yang mengandung progestin. Bila sakitnya berat, rujuk klien dan cabut AKDR. Pada keluhan ringan cukup berikan analgetik (jangan berikan aspirin).

Sebaiknya jangan diberikan AKDR yang mengandung progestin.

Sebaiknya jangan diberikan AKDR yang mengandung progestin, karena progestin mempengaruhi lipid dan vasokonstriksi.

Sebaiknya jangan menggunakan AKDR yang mengandung progestin.

Progestin dapat memicu pertumbuhan tumor, jadi sebaiknya jangan menggunakan AKDR yang mengandung progestin.



8.      Instruksi Untuk Klien
Dalam keadaan normal, klien kembali kontrol rutin sesudah menstruasi pertama kali pascapemasangan  (4 – 6 minggu) tetapi jangan sampai melewati 3 bulan sesudah pemasangan AKDR. Cek benar AKDR dan jika terjadi salah satu keadaan berikut ini, klien harus kembali ke klinik. Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah:
1)      Timbul kram diperut bagian bawah.
2)      Adanya perdarahan bercak anatara haid atau sesudah melakukan senggama.
3)      Nyeri sesudah melakukan senggama atau jika suaminya mengalami perasaan kurang enak sewaktu melakukan senggama.
4)      AKDR perlu diangkat setelah satu tahun atau pun lebih awal jika dikehendaki.
5)      Bila terjadi ekspulsi AKDR atau keluar cairan yang berlebihan dari kemaluan, lihat terjadi infeksi atau tidak.
6)      Muncul keluhan sakit kepala atau sakit kepala makin parah.

9.      Informasi Lain Yang Perlu Disampaikan
1)      AKDR yang diguankan tersebut segera efektif.
2)      Pada bulan pertama pemakaian dapat terjadi ekspulsi AKDR.
3)      Pada pemakaian jangkapanjang dapat terjadi amnorea.
4)      AKDR dapat saja dicabut setiap saat sesuai dengan keinginan klien.
5)      AKDR tidak dapat melindungi klien terhadap penyakit hubungan seksual dan HIV/ AIDS.

10.  Jadwal Kunjungan Kembali ke Klinik
Normalnya klien harus kembali kontrol pertama sesudah datang haid pertama setelah AKDR dipasang (4 – 6 minggu), tetapi jangan lebih dari 3 bulan. ditanyakan masalah – masalah yang muncul selama pemakaian AKDR.
Peringatan khusus bagi pengguna IUD
a.       a. Tidak datang haid disertai dengan keluhan mual dan nyeri payudara perlu dicurigai terjadinya kehamilan.
b.      b. Nyeri perut bagian bawah perlu dicurigai kemungkinan terjadi kehamilan ektopik.
c.       c. Kram/ nyeri perut bagian bawah, terutama bila disertai dengan tida enak badan, demam/ menggigil perlu dicurigai kemungkinan terjadi infeksi panggul.
d.      d. AKDR progestin tidak melindun gi diri dari penyakit hubungan seksual dan AIDS/ HIV.
Catatan: Hubungi dokter atau klinik bila mendapatkan gejala – gejala di atas.

Tabel 6.19 Penanganan Efek Samping atau Masalah yang Sering Ditemukan
Efek samping/ masalah
Penanganan
Amenorea
c.        Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, AKDR tidak perlu dicabut, cukup konseling saja. Salah satu efek samping menggunakan AKDR yang mengandung hormone adalah amenorea (20 – 50%). Bila klien tetap saja menganggap emonera yang terjadi sebagai masalah, maka rujuk klien. Jika terjadi kehamilan < 13 minggu dan benang AKDR terlihat, cabut AKDR. Nasehatkan agar kembali keklinik jika terjadi perdarahan, kram, cairan berbau, atau dengan. Jangan mencabut AKDR jika benang tidak kelihatan dan kehamilannya > 13 minggu. Jika klien hamil dan ingin meneruskan kehamilannya tanpa mencabut AKDDRnya, jelaskan kepadanya tentang meningkatnya resiko keguguran, kehamilan preterm, infeksi, dan kehamilannya harus diawasi ketat.
Kram
d.        Kram kemungkinan besar timbul segera setelah pemasangan dan menetap dalam waktu yang berbeda – beda. Kram dapat dikurangi dengan pemberian obat anti – inflamasi nonsteroid sekitar 1 jam sebelum pemasangan.
e.        Pikirkan kemungkianna terjadi infeksi dan berikan pengobatan yang sesuai. Jika kramnya tidak parah dan tidak ditemukan penyebabnya, cukup diberikan analgetik saja. Jika penyebabnya tidak dapat ditanyakan dan menderita kram berat, cabut AKDR, kemudian ganti dengan AKDR baru atau cari metode kontrasepsi lain.
Perdarahan yang tidak teratur dan banyak
Sering ditemukan terutama pada 3 – 6 bulan pertama. Singkirkan infeksi panggul atau kehamilan ektopik, rujuk klien bila dianggap perlu. Bila ditemukan kelainan patologik dan perdarahan masih terjadi, dapat diberi ibuprofen 3 x 800 mg untuk 1 minggu, atau pil kombinasi 1 siklus saja. Bila perdarahan banyak beri 2 tablet pil kombinasi 1 siklus saja. Bila perdarahan banyak beri 2 tablet pil kombinasi untuk 3 – 7 hari saja, atau boleh juga diberi 1,25mg estrogen equin konjugasi selama 14 – 21 hari. Bila perdarahan terus berlanjut sampai klien anemia, cabut AKDR dan bantu klien memilih metode kontrasepsi lain.
Benang hilang
Periksa apakah klien hamil. Bila tidak hamil dan AKDR masih ditempat tidak ada tindakan yang perlu dilakukan. Bila tidak yakin AKDR masih di dalam rahim dan klien tidak hamil, maka klien dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan rontgen atau USG. Bila tidak ditemukan, pasang kembali AKDR sewaktu datang haid. Jika ditemukan kehamilan dan benang AKDR tidak kelihatan, lihat penanganan “amenorea”.
Cairan vagina/ dugaan penyakit radang pangul (PRP)
Bila penyebabnya kuman gonokokus atau klamidia, cabut AKDR dan berikan pengobatan yang sesuai penyakit radang panggul yang lain cukup diobati dan AKDR tidak perlu dicabut. Bila klien dengan penyakit radang panggul dan tidak memakai AKDR lagi, berikan antibiotik selama 2 hari dan baru kemudian AKDR dicabut dan bantu klien untuk memilih kontrasepsi metode lain.


11.  AKDR yang Cocok Untuk Klien Secara Medis
Jika klien anda menjawab “Ya” untuk setiap butir pertanyaan berikut, AKDR mungkin bukan metode terbaik baginya. Dalam hal ini hendaklah seorang dokter/ bidan yang berpengalaman dalam hal AKDR menilainya atau membantunya untuk memilih kontrasepsi lain.
           
Tabel 6.20 yang Cocok
Pertanyaan
Ya
Tidak
1.        Apakah anda masih menanti anak yang pertama ?
2.        Apakah anda pikir bahwa anda mungkin hamil (apakah haid anda terakhir terlambat atau tidak datang haid lagi belakangan ini ?)
3.        Apakah anda sekarang atau baru saja mengaami infeksi dipelvis (dengan demam, menggigil, nyeri didaerah uterus atau cairan yang abnormal) atau peradangan disevik uteri ?
4.        Apakah anda dulu pernah menderita infeksi di pelvis ?
5.        Apakah ada seseorang pernah mengatakan anda ini sangat anemia / pucat ?
6.        Dalam waktu > 3 bulan belakangan ini, apakah anda mengalami haid yang sangat luar biasa, perdarahan antara haid atau perdarahan sesudah senggama? (keadaan ini merupakan indikasi masalah kesehatan yang serius yang sebaiknya harus di cek sebelum AKDR dipasang).
7.        Apakah anda pernah mengalami kehamilan diluar rahim (kehamilan ektopik), misalnya di salah satu tuba falopii ?
8.        Apakah anda atau suami anda mempunyai pasangan seksual lain ? jika klien menjawab “Ya”, maka klien mungkin mempunyai risiko untuk mendapat penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. AKDR tidak akan melindunginya terhadap ISR dan IMS lainnya. Klien sebaiknya diberikan konseling lebih lanjut dan diperiksa oleh seorang dokter. 


           
            Tabel 6.21 Riwayat Penyakit
Pertanyaan oleh petugas KB

Instruksi untuk petugas KB
Tanyakan kepada klien hal-hal berikut
Ya
Tidak
Jika jawaban Ya, ikuti instruksi dibawah ini
1.        Apakah anda (klien) menderita penyakit diabetes, AIDS atau gangguan immunologik lain? apakah anda sedang makan obat atau sedang dalam pengobatan untuk jenis-jenis kelainan tersebut. (terapi immunesupresif, terapi koagulan, terapi radiasi).
2.        Pernahkah dokter menceritakan kepada anda bahwa anda menderita penyakit katup jantung atau penyakit jantung rematik ?


1.        Orang-orang dengan AIDS atau gangguan immunologik lainnya termasuk yang mendapat pengobatan dengan kortikosteroiddosis tinggi dan obat immunosupresif mempunyai risiko tinggi untuk mendapat infeksi.


2.        Gejala penyakit katup/rematik jantung, (misalnya endokarditis bacterial) akan lebih diperberat oleh adanya infeksi bakteri yang memasuki aliran darah dari sumber infeksi dimana pun. Sewaktu pemsangan AKDR, ada kemungkinan bakteri akan memasuki aliran darah. (pemberian antibiotic sebagai profilaksis sewaktu pemasangan AKDR dianjurkan).

Tabel 6.21: Riwayat Reproduksi
Pertanyaan oleh petugas KB


Instruksi oleh petugas KB
Tanyakan kepada klien hal-hal berikut
Ya
Tidak
Jika jawaban ya, ikuti instruksi dibawah ini.
1.        Apakah kehamilan cukup bulan yang terakhir lahir < 6-8 minggu yang lalu ?








2.        Apakah pernah mengalami abortus atau keguguran dalam waktu 3 bulan terakhir ini, kalau ada, apakah terjadi infeksi ?
3.        Apakah ada kemungkinan hamil, haid terlambat, atau tidak mendapat haid pada periode ini? apakah ada peasaan mual ?





4.        Apakah pernah menderita infeksi pelvis yang parah (adanya demam, menggigil, nyeri di uterus dan adanya keputihan yang abnormal) dalam waktu 3 bulan terakhir ini ?




5.        Apakah pernah mengalami infeksi pelvis yang berulang-ulang pada tahun lalu atau sebelumnya ?
6.        Selama 3 bulan lalu, apakah mendapat haid yang sangat banyak atau perdarahan antara dua haid atau sesudah koitus (senggama) ?


1.        Perlu dinasehatkan kepada klien supaya jangan memasang AKDR sesudah minggu pertama atau hingga 6 – 8 minggu pascapersalinan. Dalam selang waktu ini risiko terjadinya perforasi uterus bertambah besar karena demikian cepatnya pengecilan uterus.
2.        Perempuan yang baru saja mengalami keguguran boleh saja dipasang AKDR jika tidak ada tanda – tanda infeksi pada pemeriksaan pelvis.
3.        Jika ada kemungkinan bahwa klien hamil, jangan pasang AKDR. Lakukan tes kehamilan jika hasil pemeriksaan dalam meragukan, sebagai alternatif hendaklah klien memakai metode barier dan kembali ke klinik dalam waktu 4 minggun atau ketika haidnya datang.
4.        Jangan pasang AKDR, sebab pemakai AKDR yang mempunyai banyak masalah dengan infeksi dan infertilitas. Bantu klien untuk mempertimbangkan metode kontrasepsi lain. Anjurkan klien agar mempergunakan kondom, untuk melindungi klien terhadap ISR dan IMS lain.
5.        Obati klien dan suaminya dengan semestinya, evaluasi kembali 3 b ulan sesudah berhasilnya pengobatan PRP ini.
6.        Gejala – gejala ini dapat sebagai petunjuk adanya masalah kesehatan serius, seperti sersivitis, polip serviks, ataupun adanya kanker (walaupun jarang). Berikan perhatian khusus sewaktu melakukan pemeriksaan dalam.


Tabel 6.22 Pemeriksaan fisik (Umum)
Observasi oleh petugas KB
Ya
Tidak
Instruksi utk petugas KB
Perhatikan keadaan dibawah ini
Jika jawaban pada kolom YA, ikuti instruksi dibawah ini
1.        1. Pada pemeriksaan umum apakah dijumpai selaput lendir atau konjungtiva klien sangat pucat, yang member kesan adanya anemia berat.


1.        1. Jika jawabannya “Ya”, beri klien preparat besi (ferrosus sulfat 200 mg: sekali sehari selama 3 bulan). Waktu konseling pertimbangkan kepada klien metode kontrasepsi lain. Jika klien tetap meminta agar AKDR dipasang, boleh dipasang, tetapi lakukan evaluasi sesudah 3 bulan.
2.        2. Apakah terdapat perasaan nyeri diabdomen bawah atau nyeri tekan ?


2.        Temuan ini dapat memberikan kesan kemungkinan adanya PRP. Beri perhatian khusus sewaktu melakukan pemeriksaan dalam AKDR jangan  dipasang kalau kuat sangkaan adanya PRP.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar