1.1
Kontrasepsi
IUD (Intra Uterine Devices)
1.1.1
Sejarah
Kontrasepsi AKDR
Banyak
ahli sejarah yang setuju bahwa kemunculan IUD untuk pertama kali terjadi di
negara-negara Arab.
Semua bermula dari temuan penempelan kerikil halus pada rahim unta sebagai
pencegah kehamilan selama masa melintasi gurun. Di sini, prinsip IUD yang
dibuat adalah menciptakan infeksi
ringan pada rahim untuk mencegah fertilisasi dan implantasi zigot hasil
perkawinan sel telur dan sperma. Prinsip inilah yang kemudian menjadi bagian
dari sejarah KB diseluruh negara termasuk Indonesia. Prinsip ini
memberikan ide pembuatan IUD bagi manusia (wanita).
Seorang
ahli kandungan
dari Jerman, Grafenberg, di tahun
1920 mulai membuat IUD dari bahan kawat perak. Kemudian, di tahun 1965, muncul
IUD yang terbuat dari polietilen. Terakhir, muncul IUD yang terbuat dari
tembaga (1970-an). IUD dari bahan inilah yang kemudian dikembangkan menjadi IUD
yang dipakai hingga sekarang.
1.1.2
Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
1.1.2.1
Pengertian
1.
AKDR adalah alat kontrasepsi yang
terbuat dari plastik disertai barium sulfat (agar terlihat melalui alat sinar-X
atau sonografi) dan mengandung tembaga (Cu T 38OA ParaGard produksi Ortho),
progesteron (progeterone T progestasert system produksi ALZA corporation), atau
levonorgestrel (Mirena produksi Berlex). (Morgan, 2009).
2.
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat
kontrasepsi yang disisipkan ke dalam rahim, terbuat dari bahan semacam plastik,
ada pula yang dililit tembaga, dan bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umum
dan mungkin banyak dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral. Spiral
tersebut dimasukkan ke dalam rahim oleh tenaga kesehatan (dokter/bidan
terlatih). Sebelum spiral dipasang, kesehatan ibu harus diperiksa dahulu untuk
memastikan kecocokannya. Sebaiknya IUD ini dipasang pada saat haid atau segera
40 hari setelah melahirkan (Subrata, 2003).
3.
IUD/AKDR adalah suatu benda kecil yang
terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga
mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai
benang (Handayani, 2010:141)
4.
IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat
ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi
ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar
air susu ibu (ASI). Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh
informasi yang lengkap tentang seluk - beluk alat kontrasepsi ini (Manuaba ,
2010).
1.1.2.2 Jenis AKDR
1. AKDR Non-Hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki
generasi ke-4, karena itu berpuluh – puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai
dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi
plastik (polietilen) baik yang ditambah obat maupun tidak.
1) Menurut
Bentuknya AKDR
a) Bentuk terbuka (oven device),
misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7, Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
b) Bentuk tertutup (closed device), misalnya :
Ota-Ring, Atigon dan Graten Berg Ring.
2) Menurut Tambahan atau Metal
a) Medicated IUD, misalnya: Cu T 200
(daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3
tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun),
ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera
dibelakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya
Cu T 220 berarti tembaga adalah 200m². Cara insersinya withdrawal.
b) Un Medibated IUD, misalnya : Lippes
Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon. Cara insersi lippes loop : Push Out.
c) Copper-T: AKDR berbentuk
T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi
lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
d) Copper-7: AKDR ini
berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat
tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti
halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
e) Multi Load: AKDR ini
terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm.
Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375
mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan
mini.
f) Lippes Loop: AKDR ini
terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop
terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C
berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D.
Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari spiral
jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan
usus, sebab terbuat dari bahan plastic ( Erfandi, 2008). Lippes Loop dapat dibiarkan
in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan
atau persoalan bagi akseptornya.
1.1.2.3 AKDR Hormonal
1) Progestasert-T = Alza T
a) Panjang 36 mm,
lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
b) Mengandung 38
mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesteron per hari.
c) Tabung insersinya berbentuk lengkung
d) Daya kerja : 18 bulan
e) Teknik insersi : plunging (modified
withdrawal)
2) LNG-20
a) Mengandung
46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari.
b) Sedang ditelit di Firlandia.
c) Angka kegagalan
/ kehamilan angka terendah : <0,5 per 100 wanita per tahun.
d) Penghentian
pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi
dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau pendarahan haid
yang sangat sedikit.
1.1.2.4 AKDR
CuT-380A
AKDR CuT-380A adalah
alat kontrasepsi dalam rahim yang kecil dengan kerangka terbuat dari plastik
yang fleksibel, berbentuk huruf T terselubungi oleh kawat halus yang terbuat
dari tembaga (Cu).
1. Profil
1) Sangat
efektif, reversibel, dan jangka panjang (dapat sampai 10 tahun : Cu-308A).
2) Haid
menjadi lebih lama dan lebih banyak.
3) Pemasangan
dan pencabutan membutuhkan pelatihan.
4) Dapat
dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.
5) Tidak
boleh dipakai oleh semua perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual
(IMS).
2. Cara
Kerja
1) Menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii karena adanya Ion Cu yang
dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa .
2) Mempengaruhi
fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3) AKDR
bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma
sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk fertilisasi.
4) Memungkinkan
untuk mencegah implantasi telur dalam uterus karena terjadinya pemadatan
endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan blastoksis
mungkin dirusak oleh makrofag dan blastoksis.
3. Keuntungan
1) Aman.
2) Sebagai
kontrasepsi, efektifitas tinggi. Sangat efektif > 0,6 – 0,8 kehamilan/100
perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
3) AKDR
dapat efektif segera setelah pemasangan.
4) Metode
jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
5) Sangat
efektif karena tidak perlu mengingat – ingat lagi.
6) Tidak
mempengaruhi hubungan seksual.
7) Meningkatkan
kenyamanan seksual karena tidak takut perlu takut untuk hamil.
8) Tidak
ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).
9) Tidak
mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
10) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau
sesudah abortus (apabila tidak terjadi efek samping).
11) Dapat
digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
12) Tidak
ada interaksi antara obat-obatan.
13) Membantu
mencegah kehamilan ektopik.
14) Dapat
diterima masyarakat dengan baik.
15) Kontrol
medis yang ringan.
4. Kerugian
1) Efek
samping yang umum terjadi.
2) Komplikasi
lain.
3) Tidak
mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4) Tidak
baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan.
5) Penyakit
radang panggul sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu
infertilitas.
6) Prosedur
medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali
perempuan takut selama pemasangan.
7) Sedikit
nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang 1-2 hari.
8) Klien
tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang
harus melepaskan AKDR.
9) Mungkin
AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadiapabila AKDR dipasang
sesudah melahirkan).
10) Tidak
mencegah atau memeriksa terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah persalinan normal.
11) Perempuan
hatus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini
perempuan harus memasukan jarinya ke dalam vagina, sebagian peremuan tidak mau
melakukan ini.
12) Tali
AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu hubungan seksual.
5. Persyaratan
Pemakaian
1) Yang
Dapat Menggunakan
(1) Usia
reproduktif.
(2) Keadaan
nullipara.
(3) Menginginkan
kontrasepsi jangka panjang.
(4) Menyusui
dan menginginkan kontrasepsi.
(5) Setelah
melahirkan dan tidak ingin menyusui bayinya.
(6) Setelah
mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
(7) Risiko
rendah dari IMS.
(8) Tidak
menghendaki metode hormonal.
(9) Tidak
menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
(10)
Tidak menghendaki
kehamilan setelah 1-5 hari senggama (lihat kontrasepsi darurat).
(11)
Perokok.
(12)
Pascakeguguran atau
kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi.
(13)
Sedang memakai
antibiotik atau antikejang.
(14)
Gemuk ataupun kurus.
(15)
Sedang menyusui.
(16)
Penderita tumor jinak
payudara.
(17)
Penderita kanker
payudara.
(18)
Pusing-pusing, sakit
kepala.
(19)
Tekanan darah tinggi.
(20)
Varises pada tungkai
atau di vulva.
(21)
Penderita penyakit
jantung (termasuk jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan
AKDR ).
(22)
Pernah menderita
stroke.
(23)
Penderita diabeten
melitus.
(24)
Penderita penyakit hati
atau ampedu.
(25)
Malaria.
(26)
Skistosomiasis (tanpa
anemia).
(27)
Penyakit tiroid.
(28)
Epilepsi.
(29)
Nonpelvik TBC.
(30)
Setelah kehamilan
ektopik.
(31)
Setelah pembedahan
pelvik.
2) Yang
Tidak Boleh Menggunakan
(1) Sedang
hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
(2) Pendarahan
vaginayang tidak diketaui (sampai dapat dievakuasi).
(3) Sedang
menderita infeksi alat genital.
(4) Tiga
bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik.
(5) Kelainan
bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi
kavum uteri.penyakit trofoblas yang ganas.
(6) Diketahui
menderita TBC pelvik.
(7) Kanker
alat genital.
(8) Ukuran
rongga rahim kurang dari 5 cm.
Catatan: Semua keadaan
yang dapat dan tidak dapat menggunakan AKDR Cu tersebut sesuai dengan kriteria
WHO, WHO eligibility Criteria category 1 – 4.
1.1.2.5 AKDR
Post – Plasental
Kita pernah mengenal
program insersi AKDR (IUD) postpartumdimana pasien mendapat insersi AKDR
pascapersalinan.program tersebut tidak pernah dikembangkan lagi. Dengan adanya
cara yang relatif baru yaitu insersi AKDR post-plasenta mungkin mempunyai
harapan dan kesempatan bagi banyak ibu yang tidak ingin hamil lagi. Teknik ini
cukup aman. Hanya sebagian kecil (3-8%) maka teknologi ini perlu ditawarkan.
Pasien hendaknya mendapatkan konseling sebelum persalinan. Pemasangan AKDR
dapat dilakukan juga pada saat seksio sesarea. Peningkatan penggunaan AKDR akan
mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan dimasa depan, sehingga akan
mengurangi angka kematian ibu di Indonesia.
1. Efektifitas
AKDR post-plasenta
telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi, dan perdarahan.
Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi (6-10%) dan ini harus disadari oleh pasien,
bila mau akan dipasang lagi. Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat
memperkecil risiko ekspulasi. Oleh karena itu diperlukan pelatihan. Kontra
indikasi pemasangan post-plasental ialah : ketuban pecah lama, infeksi intra
partum, perdarahan postpartum.
2. Teknologi
AKDR umumnya jenis CuT
dimasukkan ke dalam fundus uteri selama 10 menit setelah plasenta lahir.
Penolong telah menjepit AKDR di ujung jari tengah dan telunjuk yang selanjutnya
menyusuri sampai ke fundus. Pastikan bahwa AKDR diletakkan dengan benar di
fundus. Dengan tangan kiri penolong memegang fundus dan menekan kebawah. Jangan
lupa memotong benang AKDR sepanjang 6 cm sebelum insersi.
3. Pemantauan
Klien hendaknya
diberikan pendidikan mengenai manfaat dan risiko AKDR. Bila terjadi ekspulsi
AKDR dapat dipasang kembali. Pemeriksaan AKDR dapat dilakukan setiap tahun atau
bila terdapat keluhan (nyeri, perdarahan, demam, dll).
Tabel 6.16: Penanganan Efek Samping yang
Umum dan Permasalahan yang Lain
Efek
samping/ masalah
|
Penanganan
|
Amenorea
|
a.
Periksa apakah sedang
hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki
penyebab amenore apabila dikehendaki. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan
untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan < 13 minggu.
Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan > 13 minggu, AKDR jangan
dilepaskan. Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya
tanpa melepas AKDR, jelaskan adanya risiko kemungkinan terjadinya kegagalan
kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih di amati dan
diperhatikan.
|
Kejang
|
b.
Pastikan dan tegaskan
adanya penyakit radang panggul dan penyebab lain dari kekejangan. Tanggulangi
penyebabnya pabila ditemukan. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri
analgesic untuk sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang
berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.
|
Perdarahan
vagina yang tidak teratur dan hebat
|
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan
ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta
perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3
x/ hari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan talet besi
(1 tablet/ hari selama 1 – 3 bulan). AKDR memungkinkan dilepas apabila klien
menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR selama > 3 bulan dan
diketahui menderita anemia (Hb < 7 gr%) anjurkan nuntukmelepas AKDR dan
bantulah memilih metode lain yang sesuai.
|
Benang
yang hilang
|
Pastikan adanya kehamilan atau tidak, tanyakan apakah AKDR
terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom. Periksa
talinya didalam saluran endoserviks dan kavum uteri (apabila memungkinkan
adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid berikutnya. Apabila
tidak ditemukan rujuklah kedokter, lakukan X-ray atau periksa USG. Apabila
tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau
bantulah klien menetukan metode lain.
|
Cairan
vagina/ dugaan penyakit radang pangul (PRP)
|
Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila
ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorea atau indikasi
infeksi klamidial, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas
AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR dikeluarkan, beri metode lain sampai
masalahnya teratasi.
|
6. Waktu
Penggunaan
1) Setiap
waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
2) Hari
pertama sampai ke 7 siklus haid.
3) Segera
setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan
: setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). Perlu
diingat, angka ekspulsi lebih tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam
pascapersalinan.
4) Setelah
menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala
infeksi.
5) Sela
1 sampai 5 hari setelah senggama tidak terlindungi.
7. Petunjuk
Bagi Klien
1) Kembali
memeriksakan diri setelah 4-6 minggu pemasangan AKDR.
2) Selama
bulan pertama mempergunakan AKDR , periksalah benang AKDR secara rutin terutama
setelah haid.
3) Setelah
bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid
apabila mengalami :
(1) Kram/kejang
diperut bagian bawah.
(2) Perdarahan
(spotting) diantara haid atau setelah senggama.
(3) Nyeri
setelah senggama atau apabila pemasangan mengalami tidak nyaman nselama
melakukan hubungan seksual.
4) Copper
T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih
awal apabila diinginkan.
5) Kembali
ke klinik apabila :
(1) Tidak
dapat meraba benang AKDR.
(2) Merasakan
bagian yang keras dari AKDR.
(3) AKDR
terlepas.
(4) Siklus
terganggu dan meleset.
(5) Terjadi
pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan.
(6) Adanya
infeksi.
8. Informasi
Umum
1) AKDR
bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan.
2) AKDR
dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan
pertama.
3) Kemungkinan
terjadi perdarahan atau spotting beberapa hari setelah pemasangan.
4) Perdarahan
menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak.
5) AKDR
mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien.
6) Jelaskan
pada klien jenis AKDR apa yang digunaklan, kapan akan dilepas, dan berikan
kartu tentang semua informasi ini.
7) AKDRtidak
terlindungi diri terhadap IMS termasuk virus AIDS. Apabila pasangannnya
berisiko, mereka harus menggunakan kondom seperti halnya AKDR.
1.1.2.6 AKDR
dengan Progestin
Jenis AKDR yang
mengandung hormon steroid adalah Prigestase yang mengandung Progesteron dari
Minera yang menandung Levonorgestrel.
1. Cara
Kerja
1) Endometrium
mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga mengganggu
implantasi.
2) Mencegah
terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma.
3) Mengurangi
jumlah sperma yang mencapai tuba falopii.
4) Menginaktif
sperma.
2. Efektivitas
Sangat efektif, yaitu
0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun pertama penggunaan.
3. Keuntungan
Kontrasepsi
1) Efektif
dengan proteksi jangka panjang (1 tahun).
2) Tidak
mengganggu hubungan suami istri.
3) Tidak
berpengaruh terhadap ASI.
4) Kesuburan
segera kembali sesudah AKDR di angkat.
5) Efek
sampingnya sangat kecil.
6) Memiliki
efek sistemik yang sangat kecil.
4. Keuntungan
Nonkontrasepsi
1) Mengurangi
nyeri haid.
2) Mengurangi
jumlah darah haid.
3) Dapat
diberikan pada usia perimenopause bersamaan dengan pemberian estrogen, untuk
pencegahan hiperplasia endometrium.
4) Sebagai pengobatan alternatif pengganti
operasi pada perdarahan uterus disfungsional dan adenomiosis.
5) Merupakan
kontrasepsi pilihan utama pada wanita perimenopause.
6) Tidak
mengurangi kerja obat tuberculosis ataupun obat epilepsy, karena AKDR yang
mengandung progestin kerja utamanya pada lokal endometrium.
5. Keterbatasan
1) Diperlukan
pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genitalia sebelum pemasangan AKDR.
2) Diperlukan
tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR.
3) Klien
tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat, sehingga sangat tergantung kepada
tenaga kesehatan.
4) Pada
penggunaan jangka anjang dapat terjadi amenorea.
5) Dapat
terjadi perforasi uterus pada saat insersi (< 1/ 1000 kasus).
6) Kehamilan
ektopik relatif tinggi.
7) Bertambahnya
risiko mendapat penyakit radang panggul sehingga dapat menyebabkan
infertilitas.
8) Mahal.
9) Progestin
sedikit meningkatkan risiko thrombosis sehingga perlu hati – hati pada
perempuan perimenopause. Risiko ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pil
kombimasi.
10) Progestin
dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol pada pemberian jangka panjang sehingga
perlu hati – hati pada perempuan dengan penyakit kardiovaskular.
11) Memperburuk
perjalanan penyakit kanker payudara.
12) Progestin
dapat mempengaruhi jenis – jenis tertentu hiperlipidemia.
13) Progestin
dapat memicu pertumbuhan miom uteri.
6. Yang
Boleh dan Yang Tidak Boleh Menggunakan AKDR dengan progestin (Berdasarkan
Klasifikasi Persyaratan Medis Dalam Penapisan Klien Menurut WHO, 2004)
1) Kategori
1
Kondisi dimana tidak
ada pembatasan apapun dalam penggunaan metode kontrasepsi. Dilihat dari
klasifikasinya, klien yang masuk dalam kategori ini yaitu:
(1)
Paritas multipara.
(2)
Pascapersalinan
(laktasi/ nonlaktasi) termasuk pasca SC ≥ 4 minggu.
(3)
Pasca keguguan TM I.
(4)
Pasca Kehamilan Ektopik
(5)
Riwayat operasi pelvis
(termasuk SC).
(6)
Perokok aktif.
(7)
Obesitas (> 30 kg/m2
BMI).
(8)
Hipertensi terkontrol.
(9)
TD meningkat (sistolik 140-160atau diastolik 90-100).
(10) Riwayat
hipertensi dalam kehamilan.
(11) Riwayat
keluarga dengan trombosis vena dalam / emboli paru.
(12) Bedah
mayor tanpa imobilisasi lama.
(13) Bedah
minor tanpa imobilisasi.
(14) Trombosis
vena permukaan (varises dan tromboflebitis).
(15) Penyakit
katup jantung tanpa komplikasi.
(16) Nyeri
kepala (non migrain).
(17) Epilepsi.
(18) Depresi.
(19) Perdarahan
pervaginam ireguler (M & L).
(20) Perdarahan
pervaginam banyak/ lama (M)
(21) Endometriosis.
(22) Tumor
ovarium jinak.
(23) Dismenorea
berat.
(24) Ektrofion
serviks.
(25) Penyakit
mammae jinak.
(26) Riwayat
kanker dalam keluarga.
(27) Kanker
endometrium.
(28) Kanker
ovarium.
(29) Fibroma
uteri (tanpa gangguan kavum uteri).
(30) Penyakit
radang panggul dengan kehamilan (M & L).
(31) Skistosomiasis
(tanpa komplikasi dan fibrosis hati).
(32) Tuberkulosis
(non pelvis).
(33) Malaria.
(34) Diabetes
(riwayat gestasional).
(35) Penyakit
tiroid (goiter, hipertiroid, hipotiroid).
(36) Riwayat
kolestatis (berhubungan dengan kehamilan).
(37) Hepatitis
virus (carier).
(38) Talasemia.
(39) Penyakit
bulan sabit.
(40) Anemia
defisiensi Fe.
(41) Obat
yang mempengaruhi enzim – enzim hati (rifampisin dan antikonvulsan tetentu).
(42) Antibiotik.
2) Kategori
2
Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya
dibandingkan dengan risiko yang diperkirakan akan terjadi. Dilihat dari
klasifikasinya, klien yang masuk dalam kategori ini yaitu:
(1) Paritas
nullipara.
(2) Pascakeguguran
TM II.
(3) Faktor
risiko multipel penyakit kardiovaskuler (usia tua, merokok, DM, hipertensi).
(4) Hipertensi
(riwayat hipertensi yang tidak dapat dievaluasi temasuk hipertensi dalam
kehamilan).
(5) TD
meningkat (sistolik > 160 atau diastolik > 100).
(6) Penyakit
vaskular.
(7) Riwayat
trombosit vena dalam / emboli paru
(8) Bedah
mayor (imobilisasi lama).
(9) Riwayat
penyakit jantung iskemik (M).
(10)
Stroke (riwayat
cardiovascular accident).
(11)
Hiperlipidemia.
(12)
Penyakit katup jantung
dengan komplikasi (hipertensi pulmonal, fibrilasi atrial, endokarditis
bacterial subakut).
(13)
Migrain tanpa aura (M
& L)
(14)
Migrain dengan aura
(M).
(15)
Perdarahan pervaginam
banyak / lama (L).
(16)
Perdarahan pervaginam
yang belum diketahui penyebabnya sebelum
penilaian (L).
(17)
NIS (Neoplasia Intra
Serviks).
(18)
Kanker serviks (L).
(19)
Penyakit mammae (massa
benjolan tidak terdiagnosis).
(20)
Kanker endometrium (L).
(21)
Kanker ovarium (L).
(22)
Kelainan anatomis tidak
mengganggu kavum uteri.
(23)
Riwayat penyakit radang
panggul dengan kehamilan (M & L).
(24)
Riwayat penyakit radang
panggul saat ini (L).
(25)
IMS servisitis purulen
atau infeksi klamidia atau gonorea (L).
(26)
IMS lainnya kecuali HIV
dan Hepatitis dan Vaginitis termasuktrikomonas vaginitis dan vaginosis
bakterial (M & L).
(27)
Risiko IMS meningkat
(L).
(28)
Risiko tinggi HIV dan
terinfeksi HIV (M & L).
(29)
AIDS (L).
(30)
DM dengan (non-insulin
dependent, insulin dependent, nepropati/retinopati/neuropati, dan penyakit
vaskuler lain/ DM > 20 tahun).
(31)
Penyakit kandung empedu
(simptomatik dan asimptomatik).
(32)
Riwayat kolestasis
(berhubungan dengan kontrasepsi).
(33)
Sirosis ringan.
(34)
Terapi antiretroviral
(L).
3) Kategori
3
Resiko yang
diperkirakan lebih besar dari pada manfaat kontrasepsi. Dilihat dari
klasifikasinya, klien yang masuk dalam kategori ini yaitu:
(1) Pascapersalinan
(laktasi/ non laktasi) termasuk pasca SC < 48 jam dan ≥ 48 jam - < 4
minggu.
(2) Trombosis
vena dalam atau emboli paru (TVD/EP saat ini).
(3) Riwayat
penyakit jantung iskemik (L).
(4) Nyeri
kepala dengan aura (L).
(5) Penyakit
trofoblas jinak.
(6) Penyakit
mamae ( riwayat lampau, tidak kambuh dalam 5 tahun).
(7) Kanker
ovarium (M).
(8) Tuberkulosis
pelvis (L).
(9) Hepatitis
virus (aktif).
(10)
Sirosis (berat).
(11)
Tumor hati: jinak
(adenoma), malignan (hepatoma).
(12)
Terapi antiretroviral
(M).
4) Kategori
4
Risiko akan terjadi
bila metode kontrasepsi tersebut digunakan pada klien. Dilihat dari
klasifikasinya, klien yang masuk dalam kategori ini yaitu:
(1) Pascapersalinan
(laktasi/ non laktasi) termasuk pasca SC sepsis puerperalis.
(2) Pascaabortus
septik.
(3) Perdarahan
pervaginam yang belum diketahui penyebabnya sebelum penilaian (M).
(4) Penyakit
trofoblas ganas.
(5) Kanker
servik (M).
(6) Kanker
mammae saat ini.
(7) Kanker
endometrium (M).
(8) Fibroma
uteri mengganggu kavum uteri.
(9) Penyakit
radang panggul sat ini (M).
(10)
IMS servisistis purulen
atau infeksi klamidia atau gonorea dan risiko IMS meningkat (M).
(11)
Tuberkulosis pelvis
(M).
7. Waktu
AKDR Progestin Dipasang
1) Setiap
saat selama siklus haid, jika ibu tersebut dipastiakn tidak hamil.
2) Sesudah
melahirkan, dalam waktu 48 jam pertama pascapersalinan, 6 – 8 minggu, atau pun
lebih sesudah melahirkan.
3) Segera
sesudah induksi haid, pascakeguguran spontan, atau keguguran buatan, dengan
syarat tidak terdapat bukti – bukti adanya infeksi.
Tabel 6.19:
Keadaan yang memerlukan perhatian khusus.
Keadaan
|
Anjuran
|
Nyeri haid hebat
Riwayat kehamilan ektopik
Gejala penyakit katup
jantung
Menderita nyeri kepala
atau migraine
Penyakit hati akut (virus
hepatitis).
Penyakit jantung
Stroke/ riwayat stroke,
penyakit jantung.
Tumor jinak atau ganas
pada hati.
|
Dapat
disebabkan oleh AKDR, klien perlu dirujuk. Umumnya terjadi pada permulaan
pemakaian. Pada dasarnya progestin mengurang haid.
Jelaskan
kepada klien tanda – tanda kehamilan ektopik dan bila ada segera mencari
pertolongan dirumah sakit.
Berikan
antibiotic saat insersi AKDR. Bila anemia (Hb < 90g/dl), ganti dengan
metode kontrasepsi lain.
Paling
sering ditemukan pada AKDR yang mengandung progestin. Bila sakitnya berat,
rujuk klien dan cabut AKDR. Pada keluhan ringan cukup berikan analgetik
(jangan berikan aspirin).
Sebaiknya
jangan diberikan AKDR yang mengandung progestin.
Sebaiknya
jangan diberikan AKDR yang mengandung progestin, karena progestin
mempengaruhi lipid dan vasokonstriksi.
Sebaiknya
jangan menggunakan AKDR yang mengandung progestin.
Progestin
dapat memicu pertumbuhan tumor, jadi sebaiknya jangan menggunakan AKDR yang
mengandung progestin.
|
8. Instruksi
Untuk Klien
Dalam keadaan normal,
klien kembali kontrol rutin sesudah menstruasi pertama kali
pascapemasangan (4 – 6 minggu) tetapi
jangan sampai melewati 3 bulan sesudah pemasangan AKDR. Cek benar AKDR dan jika
terjadi salah satu keadaan berikut ini, klien harus kembali ke klinik. Hal –
hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Timbul
kram diperut bagian bawah.
2) Adanya
perdarahan bercak anatara haid atau sesudah melakukan senggama.
3) Nyeri
sesudah melakukan senggama atau jika suaminya mengalami perasaan kurang enak
sewaktu melakukan senggama.
4) AKDR
perlu diangkat setelah satu tahun atau pun lebih awal jika dikehendaki.
5) Bila
terjadi ekspulsi AKDR atau keluar cairan yang berlebihan dari kemaluan, lihat
terjadi infeksi atau tidak.
6) Muncul
keluhan sakit kepala atau sakit kepala makin parah.
9. Informasi
Lain Yang Perlu Disampaikan
1) AKDR
yang diguankan tersebut segera efektif.
2) Pada
bulan pertama pemakaian dapat terjadi ekspulsi AKDR.
3) Pada
pemakaian jangkapanjang dapat terjadi amnorea.
4) AKDR
dapat saja dicabut setiap saat sesuai dengan keinginan klien.
5) AKDR
tidak dapat melindungi klien terhadap penyakit hubungan seksual dan HIV/ AIDS.
10. Jadwal
Kunjungan Kembali ke Klinik
Normalnya klien harus
kembali kontrol pertama sesudah datang haid pertama setelah AKDR dipasang (4 –
6 minggu), tetapi jangan lebih dari 3 bulan. ditanyakan masalah – masalah yang
muncul selama pemakaian AKDR.
Peringatan khusus bagi
pengguna IUD
a. a.
Tidak datang haid disertai dengan keluhan mual dan nyeri payudara perlu
dicurigai terjadinya kehamilan.
b. b.
Nyeri perut bagian bawah perlu dicurigai kemungkinan terjadi kehamilan
ektopik.
c. c.
Kram/ nyeri perut bagian bawah, terutama bila disertai dengan tida enak
badan, demam/ menggigil perlu dicurigai kemungkinan terjadi infeksi panggul.
d. d.
AKDR progestin tidak melindun gi diri dari penyakit hubungan seksual dan
AIDS/ HIV.
|
Catatan: Hubungi dokter atau klinik bila mendapatkan gejala – gejala di atas.
Tabel 6.19 Penanganan Efek Samping atau Masalah yang
Sering Ditemukan
Efek samping/ masalah
|
Penanganan
|
Amenorea
|
c.
Pastikan hamil atau
tidak, dan bila tidak hamil, AKDR tidak perlu dicabut, cukup konseling saja.
Salah satu efek samping menggunakan AKDR yang mengandung hormone adalah amenorea
(20 – 50%). Bila klien tetap saja menganggap emonera yang terjadi sebagai
masalah, maka rujuk klien. Jika terjadi kehamilan < 13 minggu dan benang
AKDR terlihat, cabut AKDR. Nasehatkan agar kembali keklinik jika terjadi
perdarahan, kram, cairan berbau, atau dengan. Jangan mencabut AKDR jika
benang tidak kelihatan dan kehamilannya > 13 minggu. Jika klien hamil dan
ingin meneruskan kehamilannya tanpa mencabut AKDDRnya, jelaskan kepadanya
tentang meningkatnya resiko keguguran, kehamilan preterm, infeksi, dan
kehamilannya harus diawasi ketat.
|
Kram
|
d.
Kram kemungkinan
besar timbul segera setelah pemasangan dan menetap dalam waktu yang berbeda –
beda. Kram dapat dikurangi dengan pemberian obat anti – inflamasi nonsteroid
sekitar 1 jam sebelum pemasangan.
e.
Pikirkan kemungkianna
terjadi infeksi dan berikan pengobatan yang sesuai. Jika kramnya tidak parah
dan tidak ditemukan penyebabnya, cukup diberikan analgetik saja. Jika
penyebabnya tidak dapat ditanyakan dan menderita kram berat, cabut AKDR,
kemudian ganti dengan AKDR baru atau cari metode kontrasepsi lain.
|
Perdarahan yang tidak teratur dan banyak
|
Sering ditemukan terutama
pada 3 – 6 bulan pertama. Singkirkan infeksi panggul atau kehamilan ektopik,
rujuk klien bila dianggap perlu. Bila ditemukan kelainan patologik dan
perdarahan masih terjadi, dapat diberi ibuprofen 3 x 800 mg untuk 1 minggu,
atau pil kombinasi 1 siklus saja. Bila perdarahan banyak beri 2 tablet pil
kombinasi 1 siklus saja. Bila perdarahan banyak beri 2 tablet pil kombinasi
untuk 3 – 7 hari saja, atau boleh juga diberi 1,25mg estrogen equin konjugasi
selama 14 – 21 hari. Bila perdarahan terus berlanjut sampai klien anemia,
cabut AKDR dan bantu klien memilih metode kontrasepsi lain.
|
Benang hilang
|
Periksa apakah klien
hamil. Bila tidak hamil dan AKDR masih ditempat tidak ada tindakan yang perlu
dilakukan. Bila tidak yakin AKDR masih di dalam rahim dan klien tidak hamil,
maka klien dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan rontgen atau USG. Bila tidak
ditemukan, pasang kembali AKDR sewaktu datang haid. Jika ditemukan kehamilan
dan benang AKDR tidak kelihatan, lihat penanganan “amenorea”.
|
Cairan vagina/ dugaan penyakit radang pangul (PRP)
|
Bila penyebabnya kuman
gonokokus atau klamidia, cabut AKDR dan berikan pengobatan yang sesuai
penyakit radang panggul yang lain cukup diobati dan AKDR tidak perlu dicabut.
Bila klien dengan penyakit radang panggul dan tidak memakai AKDR lagi,
berikan antibiotik selama 2 hari dan baru kemudian AKDR dicabut dan bantu
klien untuk memilih kontrasepsi metode lain.
|
11. AKDR
yang Cocok Untuk Klien Secara Medis
Jika klien anda
menjawab “Ya” untuk setiap butir pertanyaan berikut, AKDR mungkin bukan metode
terbaik baginya. Dalam hal ini hendaklah seorang dokter/ bidan yang
berpengalaman dalam hal AKDR menilainya atau membantunya untuk memilih
kontrasepsi lain.
Tabel 6.20 yang Cocok
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1.
Apakah anda masih
menanti anak yang pertama ?
2.
Apakah anda pikir
bahwa anda mungkin hamil (apakah haid anda terakhir terlambat atau tidak
datang haid lagi belakangan ini ?)
3.
Apakah anda sekarang
atau baru saja mengaami infeksi dipelvis (dengan demam, menggigil, nyeri
didaerah uterus atau cairan yang abnormal) atau peradangan disevik uteri ?
4.
Apakah anda dulu
pernah menderita infeksi di pelvis ?
5.
Apakah ada seseorang
pernah mengatakan anda ini sangat anemia / pucat ?
6.
Dalam waktu > 3
bulan belakangan ini, apakah anda mengalami haid yang sangat luar biasa,
perdarahan antara haid atau perdarahan sesudah senggama? (keadaan ini
merupakan indikasi masalah kesehatan yang serius yang sebaiknya harus di cek
sebelum AKDR dipasang).
7.
Apakah anda pernah
mengalami kehamilan diluar rahim (kehamilan ektopik), misalnya di salah satu
tuba falopii ?
8.
Apakah anda atau
suami anda mempunyai pasangan seksual lain ? jika klien menjawab “Ya”, maka
klien mungkin mempunyai risiko untuk mendapat penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual. AKDR tidak akan melindunginya terhadap ISR dan IMS
lainnya. Klien sebaiknya diberikan konseling lebih lanjut dan diperiksa oleh
seorang dokter.
|
|
|
Tabel 6.21
Riwayat Penyakit
Pertanyaan
oleh petugas KB
|
|
Instruksi untuk petugas
KB
|
|
Tanyakan kepada klien hal-hal
berikut
|
Ya
|
Tidak
|
Jika jawaban Ya, ikuti instruksi dibawah ini
|
1.
Apakah anda (klien)
menderita penyakit diabetes, AIDS atau gangguan immunologik lain? apakah anda
sedang makan obat atau sedang dalam pengobatan untuk jenis-jenis kelainan
tersebut. (terapi immunesupresif, terapi koagulan, terapi radiasi).
2.
Pernahkah dokter
menceritakan kepada anda bahwa anda menderita penyakit katup jantung atau
penyakit jantung rematik ?
|
|
|
1.
Orang-orang dengan
AIDS atau gangguan immunologik lainnya termasuk yang mendapat pengobatan
dengan kortikosteroiddosis tinggi dan obat immunosupresif mempunyai risiko
tinggi untuk mendapat infeksi.
2.
Gejala penyakit
katup/rematik jantung, (misalnya endokarditis bacterial) akan lebih
diperberat oleh adanya infeksi bakteri yang memasuki aliran darah dari sumber
infeksi dimana pun. Sewaktu pemsangan AKDR, ada kemungkinan bakteri akan
memasuki aliran darah. (pemberian antibiotic sebagai profilaksis sewaktu
pemasangan AKDR dianjurkan).
|
Tabel 6.21: Riwayat Reproduksi
Pertanyaan
oleh petugas KB
|
|
|
Instruksi oleh petugas
KB
|
Tanyakan kepada klien hal-hal berikut
|
Ya
|
Tidak
|
Jika jawaban ya, ikuti instruksi dibawah ini.
|
1.
Apakah kehamilan
cukup bulan yang terakhir lahir < 6-8 minggu yang lalu ?
2.
Apakah pernah
mengalami abortus atau keguguran dalam waktu 3 bulan terakhir ini, kalau ada,
apakah terjadi infeksi ?
3.
Apakah ada
kemungkinan hamil, haid terlambat, atau tidak mendapat haid pada periode ini?
apakah ada peasaan mual ?
4.
Apakah pernah
menderita infeksi pelvis yang parah (adanya demam, menggigil, nyeri di uterus
dan adanya keputihan yang abnormal) dalam waktu 3 bulan terakhir ini ?
5.
Apakah pernah
mengalami infeksi pelvis yang berulang-ulang pada tahun lalu atau sebelumnya
?
6.
Selama 3 bulan lalu,
apakah mendapat haid yang sangat banyak atau perdarahan antara dua haid atau
sesudah koitus (senggama) ?
|
|
|
1.
Perlu dinasehatkan
kepada klien supaya jangan memasang AKDR sesudah minggu pertama atau hingga 6
– 8 minggu pascapersalinan. Dalam selang waktu ini risiko terjadinya
perforasi uterus bertambah besar karena demikian cepatnya pengecilan uterus.
2.
Perempuan yang baru
saja mengalami keguguran boleh saja dipasang AKDR jika tidak ada tanda –
tanda infeksi pada pemeriksaan pelvis.
3.
Jika ada kemungkinan
bahwa klien hamil, jangan pasang AKDR. Lakukan tes kehamilan jika hasil
pemeriksaan dalam meragukan, sebagai alternatif hendaklah klien memakai
metode barier dan kembali ke klinik dalam waktu 4 minggun atau ketika haidnya
datang.
4.
Jangan pasang AKDR,
sebab pemakai AKDR yang mempunyai banyak masalah dengan infeksi dan
infertilitas. Bantu klien untuk mempertimbangkan metode kontrasepsi lain.
Anjurkan klien agar mempergunakan kondom, untuk melindungi klien terhadap ISR
dan IMS lain.
5.
Obati klien dan
suaminya dengan semestinya, evaluasi kembali 3 b ulan sesudah berhasilnya
pengobatan PRP ini.
6.
Gejala – gejala ini
dapat sebagai petunjuk adanya masalah kesehatan serius, seperti sersivitis,
polip serviks, ataupun adanya kanker (walaupun jarang). Berikan perhatian
khusus sewaktu melakukan pemeriksaan dalam.
|
Tabel 6.22 Pemeriksaan fisik (Umum)
Observasi
oleh petugas KB
|
Ya
|
Tidak
|
Instruksi utk petugas KB
|
Perhatikan
keadaan dibawah ini
|
Jika
jawaban pada kolom YA, ikuti instruksi dibawah ini
|
||
1.
1. Pada pemeriksaan
umum apakah dijumpai selaput lendir atau konjungtiva klien sangat pucat, yang
member kesan adanya anemia berat.
|
|
|
1.
1. Jika jawabannya
“Ya”, beri klien preparat besi (ferrosus sulfat 200 mg: sekali sehari selama
3 bulan). Waktu konseling pertimbangkan kepada klien metode kontrasepsi lain.
Jika klien tetap meminta agar AKDR dipasang, boleh dipasang, tetapi lakukan
evaluasi sesudah 3 bulan.
|
2.
2. Apakah terdapat
perasaan nyeri diabdomen bawah atau nyeri tekan ?
|
|
|
2.
Temuan ini dapat
memberikan kesan kemungkinan adanya PRP. Beri perhatian khusus sewaktu
melakukan pemeriksaan dalam AKDR jangan
dipasang kalau kuat sangkaan adanya PRP.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar