1.1
Kontrasepsi
Untuk Perempuan Berusia Lebih Dari 35 Tahun
Perempuan
berusia > 35 tahun memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif karena
kelompok ini akan mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas jika mereka
hamil.
Bukti
– bukti terakhir menunjukkan bahwa baik pil kombinasi maupun suntikan kombinasi
dapat digunakan dengan aman oleh klien berusia > 35 tahun sampai masa
menoupause, jika tidak terdapat faktor risiko lain. Kekhawatiran tentang risiko
kanker mammae pada pemakaian kontrasepsi hormonal sesudah usia 35 tahun,
menurut penelitian terakhir tidak terbukti. Disamping terbukti turunnya tingkat
prevalensi kanker payudara di antara perempuan usia > 35 tahun, juga
ternyata risiko kanker endometrium dan kanker ovarium juga turun. Namun,
perempuan usia > 35 tahun yang merokok sebaiknya tidak menggunakan pil
kombinasi ataupun suntikan kombinasi. Pemakaian pil kombinasi pada perempuan
usia di atas 35 tahun menunjukkan bahwa risiko penyakit kardiovaskular
meningkat pada perokok dan penderita dengan faktor predisposisi penyakit
jantung, hipertensi, DM, riwayat penyakit jantung, stroke. Sedangkan pada bukan
perokok tidak ada pengaruh dan tidak ada batasan usia pemakaian pil kombinasi,
justru memiliki sejumlah manfaat kesehatan. Kontrasepsi oral memberikan kontrol
sirkulasi yang baik dan mengurangi risiko kanker endometrium paling tidak 50%
dengan lebih dari 12 bulan penggunaan, perlindungan dari kanker ovarium, adanya
peningkatan insiden dysplasia dan carcinoma pada servik yang dapat dipengaruhi
oleh faktor lain seperti jumlah partner sex.
Tabel 10.1 berbagai cara kontrasepsi
pada perempuan berusia > 35 tahun.
Metode Kontrsepsi
|
Catatan
|
Pil kombinasi/
suntikan kombinasi
|
1.
Sebaiknya tidak
digunakan oleh perempuan > 35 tahun yang perokok.
2.
Perokok berat (>
20 batang/ hari) jangan menggunakan pil/ suntikan kombinasi.
Catatan 1,
2: Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga risiko
stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat.
3.
Pil kombinasi dosis
rendah dapat berfungsi sebagai Terapi Sulih Hormon pada masa perimenopause
(keuntungan non kontrasepsi).
|
Kontrasepsi Progestin
(Implan, Kontrasepsi Suntikan Progestin, Kontrasepsi Pil Progestin)
|
1.
Dapat digunakan pada
masa perimenopause (usia 40 – 50 tahun).
2.
Dapat digunakan oleh
perempuan berusia > 35 tahun dan perokok.
3.
Implan dapat
digunakan pada perempuan > 35 tahun yang mengingnkan kontrasepsi jangka
panjang, tetapi belum siap untuk kontrasepsi mantap.
|
AKDR
|
1.
Dapat digunakan oleh
perempuan > 35 tahun yang tidak terpapar pada Infeksi Saluran Reproduksi
dan IMS.
2.
AKDR Cu dan progestin:
sangat efektif, tidak perlu tindak lanjut, efek jangka panjang (Cu T-380A
efektif sampai 10 tahun).
|
Kondom
|
1.
Satu – satunya metode
kontrasepsi yang dapat mencegah Infeksi Saluran Reproduksi dan IMS (HBV, HIV/
AIDS).
2.
Perlu motivasi tinggi
bagi pasangan untuk mencegah kehamilan.
|
Kontrasepsi Mantap
|
1.
Sangat tepat untuk
pasangan yang benar – benar tidak ingin tambahan anak lagi.
|
Tabel 10.2: Klasifikasi
persyaratan medis dalam penapisan klien
Kontrasepsi
|
Kondisi
|
|||||
M = Mulai, L = Lanjut
|
||||||
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
|
||||||
Merokok (≥ 35 tahun)
|
Nyeri kepala
|
|||||
< 15 batang/ hari
|
≥ 15 batang/ hari
|
Tanpa aura (≥ 35 tahun)
|
Dengan aura (semua usia)
|
|||
M
|
L
|
M
|
L
|
|||
Pil Kombinasi
|
3
|
4
|
3
|
4
|
4
|
4
|
Suntikan
Kombinasi
|
2
|
3
|
3
|
4
|
4
|
4
|
Pil progestin
|
1
|
1
|
1
|
2
|
2
|
3
|
DMPA NET-EN
|
1
|
1
|
2
|
2
|
2
|
3
|
Implan
|
1
|
1
|
2
|
2
|
2
|
3
|
AKDR Cu
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
AKDR Progestin
|
1
|
1
|
2
|
2
|
2
|
3
|
Tubektomi
|
A
|
A
|
A
|
A
|
A
|
A
|
Keterangan:
Berdasarkan WHO, 2004
1: Kondisi dimana tidak ada
pembatasan apapun dalam penggunaan metode kontrasepsi.
2: Penggunaan kontrasepsi lebih
besar manfaatnya dibandingkan dengan risiko yang diperkirakan akan terjadi.
3: Risiko yang diperkirakan lebih
besar daripada manfaat penggunaan kontrasepsi.
4: Risiko akan terjadi bila metode
kontrasepsi tersebut digunakan
Berdasarkan klasifikasi lain
A: Tidak ada alasan medis yang
merupakan kontraindikasi dilakukannya kontrasepsi mantap.
B: Tindakan kontrasepsi mantap yang
dilakukan, tetapi dengan persiapan dan kewaspadaan khusus.
C: Sebaiknya tindakan kontrasepsi
mantap sampai kondisi medis diperbaiki. Sementara itu diberikan metode
kontrasepsi lain.
D: Tindakan kontrasepsi mantap
hanya dilakukan oleh tenaga yang sangat berpengalaman, dan perlengkapan
aneistesi tersedia. Demikian pula fasilitas lainnya. Diperlukan pula kemampuan
untuk menunjukkan prosedur klinik serta aneistesi yang tepat.
Pada premenopause semua macam kontrasepsi
menjadi lebih efektif. Pilihan kontrasepsi mana yang dipakai pada masa ini
tergantung pada tiap-tiap individu. Urutan pemilihan kontrasepsi pada wanita
premenopause, sebagai berikut:
1.
Pilihan pertama yang dianjurkan
adalah mengggunakan kontrasepsi mantap. Ligasi tuba dan elektro koagulen dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi uterus dan ovarium sehingga menyebabkan
perdarahan menstruasi yang lebih banyak.
2.
Pilihan lain yang dianjurkan
berdasarkan efektifitas adalah IUD, karena pada masa premenopause lanjut, pregnancy
rate, expulsi, perforasi, kemungkinan terjadinya infeksi rendah. Pemakaian
IUD yang mengandung cuprum dapat lebih lama dari batas yang ditentukan pada
masa premenopause karena infertilitas menurun. Penggunaan IUD yang mengandung
levonogestrel atau 3 keto desogestrel, suatu generasi terbaru dari IUD bentuk
T, gangguan menstruasi dan pregnancy rate rendah. Progestin akan
mempengaruhi cervical mucous, mencegah infeksi. Penggunaan levonogestrel
releasing (LNG-IUD) untuk perempuan pada masa premenopause akan mengurnagi
terjadinya perdarahan ireguler. Dianjurkan untuk mengangkat IUD jika terdapat
perdarahan dan nyeri pada perempuan di atas 35 tahun. Hal ini mencegah
terjadinya anemia dan infeksi serta keterlambatan diagnostik adanya kesalahan
organik.
3.
Pilihan berikutnya norplant,
implant dan suntikan. Norplant dan implant kurang disukai karena harus dipasang
dan dilepas secara khusus oleh tenaga terlatih. Manfaatnya yaitu rendahnya
insiden dari perdarahan yang tidak teratur, biasanya tidak begitu berat, dan
untuk perempuan premenopause ini hanya merupakan masalah awal menorrhagia,
penggunaan norplant dapat mengurangi volume darah yang hilang dan melindungi
dari anemia. Suntikan seperti Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) dan
norethisterone ananthate ( Net-EN) sangat efektif dan reversibel. DMPA
disuntikkan tiap tiga bulan, Net-EN tiap dua bulan pada empat suntikan pertama
yang dilanjutkan tiga bulan sekali. Keluhan Net-EN lebih sedikit dibandingkan
DMPA Cyclofem (MPA 25 mg + EC 5 mg) diberikan tiap bulan, cukup efektif dan
efek samping seperti gangguan menstruasi sedikit. Namun tidak mendapatkan
manfaat dari perlindungan dari osteoporosis karena tidak mengandung hormone
estrogen.
4.
Pilihan berikutnya adalah
mini-pil (pil progestin) yang cukup efisien dan efek sampingnya rendah.
Mekanisme kerjanya terutama mempengaruhi cervical mucous dan mempunyai
efek langsung pada axis ovarial hipotalamik hingga sering menyebabkan
perdarahan ireguler.
5.
Pil kontrasepsi kombinasi
mempunyai efek utama yaitu supresi ovulasi selain mempunyai efek menurunkan
produksi FSH dan LH. Pil kombinasi menyebabkan endometrium lebih tipis dan
kemampuan sekresi rendah. Keuntungan pemakaian pil kombinasi pada masa premenopause
adalah perlindungan osteoporosis, keluhan vasomotor berkurang, keluhan somatik
(insomnia, kelelahan, mudah tersinggung) berkurang, keluhan urogenital
berkurang, lubrikan vaginal bertambah, disfungisonal menorrhagia berkurang. Hal
ini mengurangi penggunaan danazol, norethindrome yang menyebabkan perubahan
profil lipid. Pil ini dapat digunakan sampai beberapa tahun setelah menopause
asal memperhatikan kontraindikasinya.
6.
Metode barrier meskipun
efektifitasnya rendah, pada masa premenopause lanjut cukup efektif karena
frekuensi koitus berkurang dan fertilitas menurun. Suatu keuntungan yang
menonjol dari pemakaian kondom adalah risiko yang rendah terjadinya sexually
transmitted diseases. Kerugiannya adalah alergi terhadap spermisida atau
lubrikan yang dipakai dan problem psikologis.
1.2
Kontrasepsi
Pascapersalinan
KB pascapersalinan adalah suatu
program yang dimaksudkan untuk mengatur kelahiran, menjaga jarak kehamilan dan
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, agar dapat mengatur kehamilan
melalui penggunaan alat/ obat kontrasepsi setelah melahirkan. Klien
pascapersalinan dianjurkan:
1. Memberi
ASI eksklusif (hanya memberi ASI saja)
kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Sesudah bayi berusia 6
bulan diberikan makanan pendamping ASI, dengan pemberian ASI diteruskan sampai
anak berusia 2 tahun.
2. Tidak
menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.
3. Metode
kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau
kesehatan bayi.
Klien pascapersalinan yang tidak
menyusui, masa infertilitas rata-rata berlangsung sekitar 6 minggu sedangkan
klien pascapersalinan yang menyusui, masa infertilitas lebih lama. Namun,
kembalinya kesuburan tidak dapatdiperkirakan.
Menyusui secara eklusif merupakan
suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum
mendapat haid dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektifitas
dapat mencapai 98%. Efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi
mendapat cukup asupan perlaktasi.
Waktu mulai kontrasepsi
pascapersalinan tergantung dari status menyusu. Metode yang langsung dapat
digunakan adalah: Spermisida, kondom dan koitus interuptus.
1.
Klien
Menyusui
a. Klien
menyusui tidak memerlukan kontrasepsi pada 6 minggu pascapersalinan. Pada klien
yang mengunakan MAL waktu tersebut dapat sampai 6 bulan.
b. Gambar
dibawah menunjukan waktu yang dianjurkan untuk mulai suatu metode kontrasepsi.
Jika klien menginginkan metode selain MAL, perlu didiskusikan efek samping
metode kontasepsi tersebut terhadap laktasi dan kesehatan bayi. Sebagai contoh
pil kombinasi dan suntikan kombinasi merupakan pilihan terakhir. Pil kombinasi,
meskipun dengan pil dosis rendah (30-35µg EE) akan mengurangi produksi ASI dan
secara teoritis akan berpengaruh terhadap pertumbuhan normal bayi pada 6-8
minggu pascapersalinan. Tunggulah 8-12 minggu pascapersalianan sebelum mulai
pil kombinasi atau suntikan kombinasi.
Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan
Metode
Amenorea Laktasi
|
|
||
|
AKDR
|
||
|
Kontrasepsi
Mantap
|
||
Kondom
|
|||
|
Kontrasepsi
Progestin
|
||
|
Kontrasepsi
Kombinasi
|
||
Gambar
10.1: Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui
2.
Klien Tidak Menyusui
1)
Klien tidak
menyusui umumnya akan mendapat haid kembali dalam 4-6 minggu pascapersalinan.
Kurang lebih 1/3nya berupa siklus ovulatoir. Oleh karena itu kontrasepsi harus
mulai pada waktu atau sebelum hubungan seksual pertama pascapersalian. Karena
masalah pembekuan darah masih terdapat pada 2-3 minggu pascapersalinan.
Sebaliknya kontrasepsi progestin dapat segera dimulai pascapersaliann karena
metode ini tidak meningkatkan risiko masalah pembekuan darah.
Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan
|
AKDR
|
||
|
Kontrasepsi
Mantap
|
||
Kondom
|
|||
Kontrasepsi
Progestin
|
|||
|
Kontrasepsi
Kombinasi
|
||
Gambar 10.2: Waktu yang dianjurkan untuk memulai
kontrasepsi pada wanita tidak menyusui
Tabel 10.3 Metode
kontrasepsi pascapersalianan
Metode kontrasepsi
|
Waktu pasca persalinan
|
Ciri – ciri khusus
|
Catatan
|
MAL
|
1.
Mulai
segera pascapersalinan.
2.
Efektifitas
tinggi sampai 6 bulan pascapersalian dan belum haid.
|
1.
Manfaat
kesehatan bagi ibu dan bayi.
2.
Memberikan
waktu untuk memilih metode kontrasepsi lain.
|
1.
Harus benar-benar ASI ekslusif.
2.
Efektifitas
berkurang jika mulai suplementasi.
|
Kontrasepsi
kombinasi
|
1.
Jika
menyusui:
a.
Jangan
dipakai sebelum 6-8 minggu pascapersalianan.
b.
Sebaiknya
tidak dipakai dalam waktu 6 minggu – 6 bulan pacapersalinan.
2.
Jika
pakai MAL tunda sampai 6 bulan.
3.
Jika
tidak menyusui dapat dimulai 3 minggu pascapersalian.
|
1.
Selama
6-8 minggu pacapersaliana, kontrasepsi kombinasi akan mengurangi ASI dan
mempengaruhi tumbuh kembang bayi.
2.
Selama 3
minggu pascapersalinan kontrasepsi kombinasi meningkatkan risiko masalah
pembekiaun darah.
3.
Jika
klien tidak mendapat haid dan sudah berhubungan seksual, mulailah kontasepsi kombinasi
setelah yakin klien tidak ada kehamilan.
|
1.
Kontrasepsi
kombinasi merupakan pilihan terakhir pada klien menyusui.
2.
Dapat
diberikan pada klien dengan riwayat preeklampsi atau hipertensi dalam
kehamilan.
3.
Sesudah 3
minggu pascapersalinan tidak meningkatkan risiko pembekuan darah.
|
Kontarsepsi
progestin
|
1.
Sebelum 6
minggu pascapersalianan, klien menyusui jangan menggunakan kontrasepsi
progestin.
2.
Jika
mengunakan MAL kontrasepsi preogestin dapat ditunda sampai 6 bulan.
3.
Jika
tidak menyususi, dapat segera dimulai.
4.
Jika
tidak menyusui, lebih dari 6 minggu pascapersalianan, atau sudah dapat haid,
kontrasepsi progestin dapat dimulai setelah yakin tidak ada kehamilan
|
1.
Selama 6
minggu pertama pascapersalina, progestin mempengaruhi tumbuh kembang bayi.
2.
Tidak ada
pengaruh terhadap ASI.
|
1.
Perdarahan
ireguler dapat terjadi
|
AKDR
|
1.
Dapat
dipasang langsung pascapersalianan, sewaktu seksiosesaria, atau 48 jam
pascapersalianan.
2.
Jika
tidak insersi ditunda sampai 4-6 minggu pascapersalinan.
3.
Jika
laktasi atau haid sudah dapat, insersi dilakukan sesudah yakin tidak ada
kehamilan
|
1.
Tidak ada
pengaruh terhadap ASI.
2.
Efek
samping lebih sedikit pada klien yang menyusui.
|
1.
Insesi
postplasental memerlukan petugas terlatih khusus.
2.
Konseling
perlu dilakukan sewaktu asuhan antenatal.
3.
Angka
pencabutan AKDR tahun pertama lebih tinggi pada klien menyusui.
4.
Ekspulsi
spontan lebih tinggi (6-10%) pada pemasangan pascaplasental
5.
Sesudah
4-6 minggu pascapersalianan teknik sama dengan pemasangan waktu interval.
|
Kondom/ spermisida
|
1.
Dapat
digunakan setiap saat pascapersalianan.
|
1.
Tak ada
pengaruh terhadap laktasi.
2.
Sebagai
cara sementara sambil memilih metode lain.
|
1.
Sebaiknya
pakai kondom yang diberi pelican.
|
Diagfragma
|
1.
Sebaiknya
tunggu sampai 6 minggu pascapersalian.
|
1.
Tidak ada
pengaruh terhadap laktasi.
|
1.
Perlu
pemeriuksaan dalam oleh petugas.
2.
Penggunaan
spermisids membantu mengatasi masalah keringnya vagina.
|
KB alamiah
|
1.
Tidak
dianjurkan sampai siklus haid kembali teratur.
|
1.
Tidak ada
pengaruh terhadap laktasi.
|
1.
Lendir
serviks tidak keluar seperti haid regular lagi.
2.
Suhu
basal tubuh kurang akurat jika klien sering terbangun waktu malam untuk
menyusui.
|
Koitus
interuptus atau abstinensia
|
1.
Dapat
dilakuakn dalam 48 jam pascapersalinan.
|
1.
Tidak ada
pengaruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang bayi.
2.
Abstinensi
100% efektif.
|
1.
Beberapa
pasangan tidak sanggup untuk abstinensia.
2.
Perlu
konseling.
|
Kontrasepsi
mantap Tubektomi
|
1.
Dapat
dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan.
2.
Jika
tidak tunggu sampai 6 minggu pasca persalinan.
|
1.
Tidak ada
pengaruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang bayi.
2.
Minilaparotomi
pascapersalianan paling mudah dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan
|
1.
Perlu
anestesi lokal.
2.
Konseling
sudah harus dilakukan sewaktu asuhan antenatal.
|
Vasektomi
|
1.
Dapat
dilakukan setiap saat
|
1.
Tidak
segera efektif karena perlu paling sedikit 20 ejakulasi (±3 bulan) sampai
benar-benar steril.
|
1.
Merupakan
salah satu cara KB untuk pria
|
Tabel 10.4: Klasifikasi persyaratan medis dalam penapisan klien
Kontrasepsi
|
Kondisi
|
|||||
M = Mulai, L = Lanjut
|
||||||
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
|
||||||
Pascapersalinan (tanpa laktasi)
|
Pascapersalinan (laktasi/ non laktasi) termasuk
SC
|
|||||
< 21 hari
|
≥ 21 hari
|
< 48 jam
|
≥ 48 jam - < 4 minggu
|
≥ 4 minggu
|
Sepsis puerperalis
|
|
Pil Kombinasi
|
3
|
1
|
|
|
|
|
Suntikan
Kombinasi
|
3
|
1
|
|
|
|
|
Pil prpgestin
|
1
|
1
|
|
|
|
|
DMPA NET-EN
|
1
|
1
|
|
|
|
|
Implan
|
1
|
1
|
|
|
|
|
AKDR Cu
|
|
|
2
|
3
|
1
|
4
|
AKDR Progestin
|
|
|
3
|
3
|
1a
|
4
|
Keterangan:
Berdasarkan WHO, 2004
1: Kondisi dimana tidak ada
pembatasan apapun dalam penggunaan metode kontrasepsi.
2: Penggunaan kontrasepsi lebih
besar manfaatnya dibandingkan dengan risiko yang diperkirakan akan terjadi.
3: Risiko yang diperkirakan lebih
besar daripada manfaat penggunaan kontrasepsi.
4: Risiko akan terjadi bila metode
kontrasepsi tersebut digunakan
a: Jika laktasi, kategori menjadi 3
sampai 6 minggu pascapersalinan
Tabel
10.5: Kontrasepsi mantap perempuan (Tubektomi)
Kondisi
|
Kategori
|
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
|
|
Pascapersalinan
·
- < 7 hari
-
7 - < 42 hari
-
≥ 42 hari
·
Preeklampsia/ eklampsia
-
Preeclampsia ringan
-
Preeclampsia berat/ eklampsia
·
Ketuban pecah lama
-
> 24 jam
·
Infeksi nifas
·
Perdarahan antepartum
·
Trauma berat pada daerah genitalia
·
Ruptur uterus
|
A
C A
A
C
C
C
C C
D
|
Keterangan:
Berdasarkan klasifikasi lain
A: tidak ada alasan medis yang
merupakan kontraindikasi dilakukannya kontrasepsi mantap.
B: tindakan kontrasepsi mantap yang
dilakukan, tetapi dengan persiapan dan kewaspadaan khusus.
C: sebaiknya tindakan kontrasepsi
mantap sampai kondisi medis diperbaiki. Sementara itu diberikan metode
kontrasepsi lain.
D: tindakan kontrasepsi mantap
hanya dilakukan oleh tenaga yang sangat berpengalaman, dan perlengkapan
aneistesi tersedia. Demikian pula fasilitas lainnya. Diperlukan pula kemampuan
untuk menunjukkan prosedur klinik serta aneistesi yang tepat.
Pada pascapersalinan
dan pasca SC, penggunaan kontrasepsinya tidak ada perbedaan dan terklasifikasi
kedalam kategori yang sama berdasarkan WHO (2004) dan klasifikasi lainnya.
1.3
Kontrasepsi Pascakeguguran
KB pascakeguguran adalah suatu
program yang dimaksudkan untuk mengatur kelahiran, menjaga jarak kehamilan dan
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, agar dapat mengatur kehamilan
melalui penggunaan alat/ obat kontrasepsi setelah keguguran.
1.
Keterkaitan asuhan pascakeguguran dengan keluarga berencana
Pelayanan kontrasepsi pasca keguguran
mencakup :
a.
Konseling
tentang kontrasepsi.
b.
Jaminan
tersedianya pasokan kontrasepsi.
c.
Akses
terhadap asuhan lanjutan.
d.
Informasi
tentang perlindungan terhadap IMS.
e.
Hal-hal
khusus berkenaan dengan pribadi klien, kondisi klinis, dan kemampuan fasilitas
kesehatan setempat.
2.
Waktu mulai
Kontrasepsi pascakeguguran perlu dimulai
segera karena ovulasi dapat terjadi 11 hari sesudah terapi keguguran/ abortus.
Sekurang-kurangnya klien perlu mendapat konseling dan informasi agar mereka
mengerti bahwa :
a.
Klien dapat
hamil lagi sebelum haid berikutnya datang.
b.
Ada
kontrasepsi yang aman untuk menunda atau mencegah kehamilan.
c.
Dimana dan
bagaimana klien dapat memperoleh pelayanan.
3.
Jenis kontrasepsi yang dapat dipakai
a.
Kontrasepsi
yang dianjurkan sesudah keguguran trimester 1, sama dengan yang dianjurkan pada
masa interval.
b.
Kontrasepsi
yang dianjurkan sesudah keguguran trimester 2 sama dengan yang dianjurkan pada
masa pasca persalinan, yaitu:
1)
Memberi ASI eksklusif
(hanya member ASI saja) kepada bayi sejak
lahir sampai berusia 6 bulan. Sesudah bayi berusia 6 bulan diberikan makanan
pendamping ASI, dengan pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.
2)
Tidak menghentikan ASI
untuk mulai suatu metode kontrasepsi.
3)
Metode kontrasepsi pada
klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi.
Tabel 10.6: Metode
kontrasepsi pasca keguguran
Metode kontrasepsi
|
Waktu mulai penggunaan
|
Ciri – ciri khusus
|
Catatan
|
Pil kombinasi
Kontrasepsi
progestin
Suntikan
kombinasi
Implan
|
Segera mulai.
|
1.
Dapat
segera dimulai walaupun terdapat infeksi.
2.
Sangat
efektif.
3.
Langsung
efektif.
4.
Mengurangi
kehilangan darah/anemia.
|
1.
Jika
konseling dan informasi belum cukup, tunda suntikan pertama atau pemasangan
implant. Berikan metode sementara.
2.
Untuk
implant, perlu tenaga terlatih.
|
Metode kontrasepsi
|
Waktu mulai penggunaan
|
Ciri – ciri khusus
|
Catatan
|
AKDR
|
Trimester I
1.
AKDR
dapat langsung dipasang jika tidak ada infeksi.
2.
Tunda
pemasangan sampai luka atau infeksi sembuh, perdarahan diatasi, dan anemia
diperbaiki.
Trimester
II
1.
Tunda
pemasangan 4-6 minggu pasca kuguguran kecuali jika tenaga terlatih dan
peralatan untuk insersi pasca keguguran tersedia.
2.
Yakinkan
tidak ada infeksi. Jika ternyata ada infeksi, tunda pemasangan sampai infeksi
teratasi 3 bulan.
|
|
1.
Jika
konseling dan informasi belum cukup, tuda pemasangan.
2.
Perlu
tenaga terlatih untuk pemasangan AKDR.
1.
Pada
trimester II kemungkinan risiko perforasi sewaktu pemasangan lebih besar.
|
Kondom/
spermisida
|
1.
Mulai
segera sewaktu mulai hubungan seksual.
|
1.
Metode
sementara sambil menunggu metode lain.
|
|
KB alamiah
|
1.
Tidak
dianjurkan.
|
|
1.
Waktu
ovulasi pertama pasca keguguran sulit diperkirakan.
|
Tubektomi
|
1.
Secara
teknis, tubektomi dapat langsung dikerjakan sewaktu terapi keguguran kecuali
jika ada perdarahan banyak atau infeksi.
|
1.
Minilaparotomi
sesudah keguguran trimester I sama dengan waktu interval.
2.
Setelah
keguguran trimester II sama dengan prosedur pasca persalinan.
|
1.
Perlu
konseling dan informasi yang cukup.
|
Tabel 10.7: Panduan
metode kontrasepsi pada beberapa kondisi klinis
Kondisi klinis
|
Perlu hati-hati
|
Rekomendasi
|
Infeksi
1.
Tanda-tanda
infeksi.
2.
Tanda-tanda
aborsi tidak aman.
3.
Tidak
dapat menyingkirkan infeksi.
|
1.
AKDR:
jangan dipasang sampai infeksi teratasi (3 bulan).
2.
Tubektomi:
jangan dilakukan sampai infeksi teratasi (3 bulan).
|
1.
Kontrasepsi
kombinasi: dapat segera diberikan .
2.
Kontrasepsi
progestin: dapat segera diberikan.
3.
Barier:
dapat digunakan.
|
Perlukaan jalan lahir
1.
Perforasi
uterus.
2.
Perlukaan
vagina atau serviks.
|
1.
AKDR:
jangan dipasang sampai perlukaan sembuh.
2.
Diagfragma:
jangan dipasang sampai perlukaan sembuh.
3.
Spermisida:
jangan dipasang sampai perlukaan sembuh.
4.
Tubektomi:
jangan dipasang sampai perlukaan sembuh.
|
1.
Kontrasepsi
kombinasi: dapat segera diberikan .
2.
Kontrasepsi
progestin: dapat segera diberikan.
3.
Barier:
dapat digunakan.
|
Perdarahan banyak
(Hb <8
gr%).
|
1.
Implan:
tunda sampai anemia diatasi.
2.
Kontrasepsi
suntik: tunda sampai anemia diatasi.
3.
Kontrasepsi
progestin: hati-hati.
4.
AKDR:
tunda sampai anemia diatasi.
5.
Tubektomi:
tunda sampai anemia diatasi.
|
1.
Kontrasepsi
kombinasi: dapat segera diberikan.
2.
AKDR:
dapat digunakan.
3.
Spermisida:
dapat digunakan.
|
Tabel 10.8: Klasifikasi Persyaratan Medis dalam
Penapisan Klien
Kontrasepsi
|
Kondisi
|
|||
M = Mulai, L = Lanjut
|
||||
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
|
||||
Pascakeguguran
|
Pascakehamilan Ektopik
|
|||
Trimester 1
|
Trimester 2
|
Pascaabortus Septik
|
||
Pil Kombinasi
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Suntikan
Kombinasi
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Pil progestin
|
1
|
1
|
1
|
2
|
DMPA NET-EN
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Implan
|
1
|
1
|
1
|
1
|
AKDR Cu
|
1
|
2
|
4
|
1
|
AKDR Progestin
|
1
|
2
|
4
|
1
|
Keterangan:
Berdasarkan WHO, 2004
1: Kondisi dimana tidak ada
pembatasan apapun dalam penggunaan metode kontrasepsi.
2: penggunaan kontrasepsi lebih
besar manfaatnya dibandingkan dengan risiko yang diperkirakan akan terjadi.
3: risiko yang diperkirakan lebih
besar daripada manfaat penggunaan kontrasepsi.
4: risiko akan terjadi bila metode
kontrasepsi tersebut digunakan
Penggunaan kontrasepsi pascakeguguran pada
trimester 1 dan trimester 2 hanya berbeda pada penggunaan kontrasepsi AKDR Cu
dan kontrasepsi AKDR Progestin. Penggunaan kontrasepsi pascakehamilan ektopik
juga diperbolehkan dan masih aman dalam penggunaannya.
Tabel
10.9: Kontrasepsi mantap perempuan (Tubektomi)
Kondisi
|
Kategori
|
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
|
|
Pascaabortus
-
Tanpa komplikasi
-
Sepsis pascakeguguran
-
Perdarahan pascakeguguran
-
Trauma alat genital/ serviks/ vagina saat pengguguran
-
Perforasi uterus
-
Hematometra
|
A
C
C C D C |
Keterangan:
Berdasarkan klasifikasi lain
A: tidak ada alasan medis yang
merupakan kontraindikasi dilakukannya kontrasepsi mantap.
B: tindakan kontrasepsi mantap yang
dilakukan, tetapi dengan persiapan dan kewaspadaan khusus.
C: sebaiknya tindakan kontrasepsi
mantap sampai kondisi medis diperbaiki. Sementara itu diberikan metode
kontrasepsi lain.
D: tindakan kontrasepsi mantap
hanya dilakukan oleh tenaga yang sangat berpengalaman, dan perlengkapan
aneistesi tersedia. Demikian pula fasilitas lainnya. Diperlukan pula kemampuan
untuk menunjukkan prosedur klinik serta aneistesi yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar