Senin, 03 November 2014

13. Kontrasepsi pada Keadaan Khusus


1.1              Kontrasepsi Untuk Perempuan Berusia Lebih Dari 35 Tahun
Perempuan berusia > 35 tahun memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif karena kelompok ini akan mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas jika mereka hamil.
Bukti – bukti terakhir menunjukkan bahwa baik pil kombinasi maupun suntikan kombinasi dapat digunakan dengan aman oleh klien berusia > 35 tahun sampai masa menoupause, jika tidak terdapat faktor risiko lain. Kekhawatiran tentang risiko kanker mammae pada pemakaian kontrasepsi hormonal sesudah usia 35 tahun, menurut penelitian terakhir tidak terbukti. Disamping terbukti turunnya tingkat prevalensi kanker payudara di antara perempuan usia > 35 tahun, juga ternyata risiko kanker endometrium dan kanker ovarium juga turun. Namun, perempuan usia > 35 tahun yang merokok sebaiknya tidak menggunakan pil kombinasi ataupun suntikan kombinasi. Pemakaian pil kombinasi pada perempuan usia di atas 35 tahun menunjukkan bahwa risiko penyakit kardiovaskular meningkat pada perokok dan penderita dengan faktor predisposisi penyakit jantung, hipertensi, DM, riwayat penyakit jantung, stroke. Sedangkan pada bukan perokok tidak ada pengaruh dan tidak ada batasan usia pemakaian pil kombinasi, justru memiliki sejumlah manfaat kesehatan. Kontrasepsi oral memberikan kontrol sirkulasi yang baik dan mengurangi risiko kanker endometrium paling tidak 50% dengan lebih dari 12 bulan penggunaan, perlindungan dari kanker ovarium, adanya peningkatan insiden dysplasia dan carcinoma pada servik yang dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti jumlah partner sex.

Tabel 10.1 berbagai cara kontrasepsi pada perempuan berusia > 35 tahun.
Metode Kontrsepsi
Catatan
Pil kombinasi/ suntikan kombinasi
1.        Sebaiknya tidak digunakan oleh perempuan > 35 tahun yang perokok.
2.        Perokok berat (> 20 batang/ hari) jangan menggunakan pil/ suntikan kombinasi.
Catatan 1, 2: Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga risiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat.
3.        Pil kombinasi dosis rendah dapat berfungsi sebagai Terapi Sulih Hormon pada masa perimenopause (keuntungan non kontrasepsi).
Kontrasepsi Progestin (Implan, Kontrasepsi Suntikan Progestin, Kontrasepsi Pil Progestin)
1.        Dapat digunakan pada masa perimenopause (usia 40 – 50 tahun).
2.        Dapat digunakan oleh perempuan berusia > 35 tahun dan perokok.
3.        Implan dapat digunakan pada perempuan > 35 tahun yang mengingnkan kontrasepsi jangka panjang, tetapi belum siap untuk kontrasepsi mantap.
AKDR
1.        Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun yang tidak terpapar pada Infeksi Saluran Reproduksi dan IMS.
2.        AKDR Cu dan progestin: sangat efektif, tidak perlu tindak lanjut, efek jangka panjang (Cu T-380A efektif sampai 10 tahun).
Kondom
1.        Satu – satunya metode kontrasepsi yang dapat mencegah Infeksi Saluran Reproduksi dan IMS (HBV, HIV/ AIDS).
2.        Perlu motivasi tinggi bagi pasangan untuk mencegah kehamilan.
Kontrasepsi Mantap
1.        Sangat tepat untuk pasangan yang benar – benar tidak ingin tambahan anak lagi.
   

Tabel 10.2: Klasifikasi persyaratan medis dalam penapisan klien
Kontrasepsi
Kondisi
M = Mulai, L = Lanjut
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
Merokok (≥ 35 tahun)
Nyeri kepala
< 15 batang/ hari
≥ 15 batang/ hari
Tanpa aura (≥ 35 tahun)
Dengan aura (semua usia)
M
L
M
L
Pil Kombinasi
3
4
3
4
4
4
Suntikan Kombinasi
2
3
3
4
4
4
Pil progestin
1
1
1
2
2
3
DMPA NET-EN
1
1
2
2
2
3
Implan
1
1
2
2
2
3
AKDR Cu
1
1
1
1
1
1
AKDR Progestin
1
1
2
2
2
3
Tubektomi
A
A
A
A
A
A
Keterangan:
Berdasarkan WHO, 2004
1: Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan metode kontrasepsi.
2: Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan risiko yang diperkirakan akan terjadi.
3: Risiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat penggunaan kontrasepsi.
4: Risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan

Berdasarkan klasifikasi lain
A: Tidak ada alasan medis yang merupakan kontraindikasi dilakukannya kontrasepsi mantap.
B: Tindakan kontrasepsi mantap yang dilakukan, tetapi dengan persiapan dan kewaspadaan khusus.
C: Sebaiknya tindakan kontrasepsi mantap sampai kondisi medis diperbaiki. Sementara itu diberikan metode kontrasepsi lain.
D: Tindakan kontrasepsi mantap hanya dilakukan oleh tenaga yang sangat berpengalaman, dan perlengkapan aneistesi tersedia. Demikian pula fasilitas lainnya. Diperlukan pula kemampuan untuk menunjukkan prosedur klinik serta aneistesi yang tepat.

Pada premenopause semua macam kontrasepsi menjadi lebih efektif. Pilihan kontrasepsi mana yang dipakai pada masa ini tergantung pada tiap-tiap individu. Urutan pemilihan kontrasepsi pada wanita premenopause, sebagai berikut:
1.      Pilihan pertama yang dianjurkan adalah mengggunakan kontrasepsi mantap. Ligasi tuba dan elektro koagulen dapat menyebabkan gangguan sirkulasi uterus dan ovarium sehingga menyebabkan perdarahan menstruasi yang lebih banyak.
2.      Pilihan lain yang dianjurkan berdasarkan efektifitas adalah IUD, karena pada masa premenopause lanjut, pregnancy rate, expulsi, perforasi, kemungkinan terjadinya infeksi rendah. Pemakaian IUD yang mengandung cuprum dapat lebih lama dari batas yang ditentukan pada masa premenopause karena infertilitas menurun. Penggunaan IUD yang mengandung levonogestrel atau 3 keto desogestrel, suatu generasi terbaru dari IUD bentuk T, gangguan menstruasi dan pregnancy rate rendah. Progestin akan mempengaruhi cervical mucous, mencegah infeksi. Penggunaan levonogestrel releasing (LNG-IUD) untuk perempuan pada masa premenopause akan mengurnagi terjadinya perdarahan ireguler. Dianjurkan untuk mengangkat IUD jika terdapat perdarahan dan nyeri pada perempuan di atas 35 tahun. Hal ini mencegah terjadinya anemia dan infeksi serta keterlambatan diagnostik adanya kesalahan organik.
3.      Pilihan berikutnya norplant, implant dan suntikan. Norplant dan implant kurang disukai karena harus dipasang dan dilepas secara khusus oleh tenaga terlatih. Manfaatnya yaitu rendahnya insiden dari perdarahan yang tidak teratur, biasanya tidak begitu berat, dan untuk perempuan premenopause ini hanya merupakan masalah awal menorrhagia, penggunaan norplant dapat mengurangi volume darah yang hilang dan melindungi dari anemia. Suntikan seperti Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) dan norethisterone ananthate ( Net-EN) sangat efektif dan reversibel. DMPA disuntikkan tiap tiga bulan, Net-EN tiap dua bulan pada empat suntikan pertama yang dilanjutkan tiga bulan sekali. Keluhan Net-EN lebih sedikit dibandingkan DMPA Cyclofem (MPA 25 mg + EC 5 mg) diberikan tiap bulan, cukup efektif dan efek samping seperti gangguan menstruasi sedikit. Namun tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan dari osteoporosis karena tidak mengandung hormone estrogen.
4.      Pilihan berikutnya adalah mini-pil (pil progestin) yang cukup efisien dan efek sampingnya rendah. Mekanisme kerjanya terutama mempengaruhi cervical mucous dan mempunyai efek langsung pada axis ovarial hipotalamik hingga sering menyebabkan perdarahan ireguler.
5.      Pil kontrasepsi kombinasi mempunyai efek utama yaitu supresi ovulasi selain mempunyai efek menurunkan produksi FSH dan LH. Pil kombinasi menyebabkan endometrium lebih tipis dan kemampuan sekresi rendah. Keuntungan pemakaian pil kombinasi pada masa premenopause adalah perlindungan osteoporosis, keluhan vasomotor berkurang, keluhan somatik (insomnia, kelelahan, mudah tersinggung) berkurang, keluhan urogenital berkurang, lubrikan vaginal bertambah, disfungisonal menorrhagia berkurang. Hal ini mengurangi penggunaan danazol, norethindrome yang menyebabkan perubahan profil lipid. Pil ini dapat digunakan sampai beberapa tahun setelah menopause asal memperhatikan kontraindikasinya.
6.      Metode barrier meskipun efektifitasnya rendah, pada masa premenopause lanjut cukup efektif karena frekuensi koitus berkurang dan fertilitas menurun. Suatu keuntungan yang menonjol dari pemakaian kondom adalah risiko yang rendah terjadinya sexually transmitted diseases. Kerugiannya adalah alergi terhadap spermisida atau lubrikan yang dipakai dan problem psikologis.

1.2              Kontrasepsi Pascapersalinan
KB pascapersalinan adalah suatu program yang dimaksudkan untuk mengatur kelahiran, menjaga jarak kehamilan dan menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, agar dapat mengatur kehamilan melalui penggunaan alat/ obat kontrasepsi setelah melahirkan. Klien pascapersalinan dianjurkan:
1.      Memberi ASI eksklusif (hanya memberi ASI saja)  kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Sesudah bayi berusia 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI, dengan pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.
2.      Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.
3.      Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi.
Klien pascapersalinan yang tidak menyusui, masa infertilitas rata-rata berlangsung sekitar 6 minggu sedangkan klien pascapersalinan yang menyusui, masa infertilitas lebih lama. Namun, kembalinya kesuburan tidak dapatdiperkirakan.
Menyusui secara eklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektifitas dapat mencapai 98%. Efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan perlaktasi.
Waktu mulai kontrasepsi pascapersalinan tergantung dari status menyusu. Metode yang langsung dapat digunakan adalah: Spermisida, kondom dan koitus interuptus.
1.      Klien Menyusui
a.       Klien menyusui tidak memerlukan kontrasepsi pada 6 minggu pascapersalinan. Pada klien yang mengunakan MAL waktu tersebut dapat sampai 6 bulan.
b.      Gambar dibawah menunjukan waktu yang dianjurkan untuk mulai suatu metode kontrasepsi. Jika klien menginginkan metode selain MAL, perlu didiskusikan efek samping metode kontasepsi tersebut terhadap laktasi dan kesehatan bayi. Sebagai contoh pil kombinasi dan suntikan kombinasi merupakan pilihan terakhir. Pil kombinasi, meskipun dengan pil dosis rendah (30-35µg EE) akan mengurangi produksi ASI dan secara teoritis akan berpengaruh terhadap pertumbuhan normal bayi pada 6-8 minggu pascapersalinan. Tunggulah 8-12 minggu pascapersalianan sebelum mulai pil kombinasi atau suntikan kombinasi.




Persalinan                3 minggu              6 minggu               6 bulan
Metode Amenorea Laktasi


AKDR

Kontrasepsi Mantap
Kondom

Kontrasepsi Progestin

Kontrasepsi Kombinasi

Gambar 10.1: Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui

2.      Klien Tidak Menyusui
1)      Klien tidak menyusui umumnya akan mendapat haid kembali dalam 4-6 minggu pascapersalinan. Kurang lebih 1/3nya berupa siklus ovulatoir. Oleh karena itu kontrasepsi harus mulai pada waktu atau sebelum hubungan seksual pertama pascapersalian. Karena masalah pembekuan darah masih terdapat pada 2-3 minggu pascapersalinan. Sebaliknya kontrasepsi progestin dapat segera dimulai pascapersaliann karena metode ini tidak meningkatkan risiko masalah pembekuan darah.

Persalinan              3 minggu                    6 minggu            6 bulan

AKDR

Kontrasepsi Mantap
Kondom
Kontrasepsi Progestin

Kontrasepsi Kombinasi

Gambar 10.2: Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita tidak menyusui




Tabel 10.3 Metode kontrasepsi pascapersalianan
Metode kontrasepsi
Waktu pasca persalinan
Ciri – ciri khusus
Catatan
MAL
1.        Mulai segera pascapersalinan.
2.        Efektifitas tinggi sampai 6 bulan pascapersalian dan belum haid.
1.        Manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi.

2.        Memberikan waktu untuk memilih metode kontrasepsi lain.
1.        Harus  benar-benar ASI ekslusif.


2.        Efektifitas berkurang jika mulai suplementasi.
Kontrasepsi kombinasi
1.        Jika menyusui:
a.        Jangan dipakai sebelum 6-8 minggu pascapersalianan.



b.        Sebaiknya tidak dipakai dalam waktu 6 minggu – 6 bulan pacapersalinan.

2.        Jika pakai MAL tunda sampai 6 bulan.
3.        Jika tidak menyusui dapat dimulai 3 minggu pascapersalian.
1.        Selama 6-8 minggu pacapersaliana, kontrasepsi kombinasi akan mengurangi ASI dan mempengaruhi tumbuh kembang bayi.

2.        Selama 3 minggu pascapersalinan kontrasepsi kombinasi meningkatkan risiko masalah pembekiaun darah.

3.        Jika klien tidak mendapat haid dan sudah berhubungan seksual, mulailah kontasepsi kombinasi setelah yakin klien tidak ada kehamilan.
1.        Kontrasepsi kombinasi merupakan pilihan terakhir pada klien menyusui.





2.        Dapat diberikan pada klien dengan riwayat preeklampsi atau hipertensi dalam kehamilan.




3.        Sesudah 3 minggu pascapersalinan tidak meningkatkan risiko pembekuan darah.
Kontarsepsi progestin
1.        Sebelum 6 minggu pascapersalianan, klien menyusui jangan menggunakan kontrasepsi progestin.

2.        Jika mengunakan MAL kontrasepsi preogestin dapat ditunda sampai 6 bulan.

3.        Jika tidak menyususi, dapat segera dimulai.

4.        Jika tidak menyusui, lebih dari 6 minggu pascapersalianan, atau sudah dapat haid, kontrasepsi progestin dapat dimulai setelah yakin tidak ada kehamilan
1.        Selama 6 minggu pertama pascapersalina, progestin mempengaruhi tumbuh kembang bayi.



2.        Tidak ada pengaruh terhadap ASI.
1.        Perdarahan ireguler dapat terjadi
AKDR
1.        Dapat dipasang langsung pascapersalianan, sewaktu seksiosesaria, atau 48 jam pascapersalianan.

2.        Jika tidak insersi ditunda sampai 4-6 minggu pascapersalinan.

3.        Jika laktasi atau haid sudah dapat, insersi dilakukan sesudah yakin tidak ada kehamilan
1.        Tidak ada pengaruh terhadap ASI.









2.        Efek samping lebih sedikit pada klien yang menyusui.
1.        Insesi postplasental memerlukan petugas terlatih khusus.







2.        Konseling perlu dilakukan sewaktu asuhan antenatal.




3.        Angka pencabutan AKDR tahun pertama lebih tinggi pada klien menyusui.
4.        Ekspulsi spontan lebih tinggi (6-10%) pada pemasangan pascaplasental
5.        Sesudah 4-6 minggu pascapersalianan teknik sama dengan pemasangan waktu interval.
Kondom/ spermisida
1.        Dapat digunakan setiap saat pascapersalianan.
1.        Tak ada pengaruh terhadap laktasi.
2.        Sebagai cara sementara sambil memilih metode lain.
1.        Sebaiknya pakai kondom yang diberi pelican.
Diagfragma
1.        Sebaiknya tunggu sampai 6 minggu pascapersalian.
1.        Tidak ada pengaruh terhadap laktasi.
1.        Perlu pemeriuksaan dalam oleh petugas.
2.        Penggunaan spermisids membantu mengatasi masalah keringnya vagina.
KB alamiah
1.        Tidak dianjurkan sampai siklus haid kembali teratur. 
1.        Tidak ada pengaruh terhadap laktasi.
1.        Lendir serviks tidak keluar seperti haid regular lagi.

2.        Suhu basal tubuh kurang akurat jika klien sering terbangun waktu malam untuk menyusui.
Koitus interuptus atau abstinensia
1.        Dapat dilakuakn dalam 48 jam pascapersalinan.

1.        Tidak ada pengaruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang bayi.

2.        Abstinensi 100% efektif.
1.        Beberapa pasangan tidak sanggup untuk abstinensia.


2.        Perlu konseling.
Kontrasepsi mantap Tubektomi
1.        Dapat dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan.
2.        Jika tidak tunggu sampai 6 minggu pasca persalinan.
1.        Tidak ada pengaruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang bayi.

2.        Minilaparotomi pascapersalianan paling mudah dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan
1.        Perlu anestesi lokal.




2.        Konseling sudah harus dilakukan sewaktu asuhan antenatal.
Vasektomi
1.        Dapat dilakukan setiap saat
1.        Tidak segera efektif karena perlu paling sedikit 20 ejakulasi (±3 bulan) sampai benar-benar steril.
1.        Merupakan salah satu cara KB untuk pria

Tabel 10.4: Klasifikasi persyaratan medis dalam penapisan klien
Kontrasepsi
Kondisi
M = Mulai, L = Lanjut
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
Pascapersalinan (tanpa laktasi)
Pascapersalinan (laktasi/ non laktasi) termasuk SC
< 21 hari
≥ 21 hari
< 48 jam
≥ 48 jam - < 4 minggu
≥ 4 minggu
Sepsis puerperalis
Pil Kombinasi
3
1




Suntikan Kombinasi
3
1




Pil prpgestin
1
1




DMPA NET-EN
1
1




Implan
1
1




AKDR Cu


2
3
1
4
AKDR Progestin


3
3
1a
4
Keterangan:
Berdasarkan WHO, 2004
1: Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan metode kontrasepsi.
2: Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan risiko yang diperkirakan akan terjadi.
3: Risiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat penggunaan kontrasepsi.
4: Risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan
a: Jika laktasi, kategori menjadi 3 sampai 6 minggu pascapersalinan

Tabel 10.5: Kontrasepsi mantap perempuan (Tubektomi)
Kondisi
Kategori
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
Pascapersalinan
·          -    < 7 hari
-          7 - < 42 hari
-          ≥ 42 hari
·         Preeklampsia/ eklampsia
-          Preeclampsia ringan
-          Preeclampsia berat/ eklampsia
·         Ketuban pecah lama
-          > 24 jam
·         Infeksi nifas
·         Perdarahan antepartum
·         Trauma berat pada daerah genitalia
·         Ruptur uterus

A
C
A

A
C

C
C
C
C
D

Keterangan:
Berdasarkan klasifikasi lain
A: tidak ada alasan medis yang merupakan kontraindikasi dilakukannya kontrasepsi mantap.
B: tindakan kontrasepsi mantap yang dilakukan, tetapi dengan persiapan dan kewaspadaan khusus.
C: sebaiknya tindakan kontrasepsi mantap sampai kondisi medis diperbaiki. Sementara itu diberikan metode kontrasepsi lain.
D: tindakan kontrasepsi mantap hanya dilakukan oleh tenaga yang sangat berpengalaman, dan perlengkapan aneistesi tersedia. Demikian pula fasilitas lainnya. Diperlukan pula kemampuan untuk menunjukkan prosedur klinik serta aneistesi yang tepat.

Pada pascapersalinan dan pasca SC, penggunaan kontrasepsinya tidak ada perbedaan dan terklasifikasi kedalam kategori yang sama berdasarkan WHO (2004) dan klasifikasi lainnya.

1.3              Kontrasepsi Pascakeguguran
KB pascakeguguran adalah suatu program yang dimaksudkan untuk mengatur kelahiran, menjaga jarak kehamilan dan menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, agar dapat mengatur kehamilan melalui penggunaan alat/ obat kontrasepsi setelah keguguran.
1.      Keterkaitan asuhan pascakeguguran dengan keluarga berencana
Pelayanan kontrasepsi pasca keguguran mencakup :
a.       Konseling tentang kontrasepsi.
b.      Jaminan tersedianya pasokan kontrasepsi.
c.       Akses terhadap asuhan lanjutan.
d.      Informasi tentang perlindungan terhadap IMS.
e.       Hal-hal khusus berkenaan dengan pribadi klien, kondisi klinis, dan kemampuan fasilitas kesehatan setempat.


2.      Waktu mulai
Kontrasepsi pascakeguguran perlu dimulai segera karena ovulasi dapat terjadi 11 hari sesudah terapi keguguran/ abortus. Sekurang-kurangnya klien perlu mendapat konseling dan informasi agar mereka mengerti bahwa :
a.       Klien dapat hamil lagi sebelum haid berikutnya datang.
b.      Ada kontrasepsi yang aman untuk menunda atau mencegah kehamilan.
c.       Dimana dan bagaimana klien dapat memperoleh pelayanan.
3.      Jenis kontrasepsi yang dapat dipakai
a.       Kontrasepsi yang dianjurkan sesudah keguguran trimester 1, sama dengan yang dianjurkan pada masa interval.
b.      Kontrasepsi yang dianjurkan sesudah keguguran trimester 2 sama dengan yang dianjurkan pada masa pasca persalinan, yaitu:
1)      Memberi ASI eksklusif (hanya member ASI saja)  kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Sesudah bayi berusia 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI, dengan pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.
2)      Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.
3)      Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi.




Tabel 10.6: Metode kontrasepsi pasca keguguran
Metode kontrasepsi
Waktu mulai penggunaan
Ciri – ciri khusus
Catatan
Pil kombinasi



Kontrasepsi progestin

Suntikan kombinasi

Implan
Segera mulai.
1.        Dapat segera dimulai walaupun terdapat infeksi.
2.        Sangat efektif.

3.        Langsung efektif.

4.        Mengurangi kehilangan darah/anemia.
1.        Jika konseling dan informasi belum cukup, tunda suntikan pertama atau pemasangan implant. Berikan metode sementara.




2.        Untuk implant, perlu tenaga terlatih.
Metode kontrasepsi
Waktu mulai penggunaan
Ciri – ciri khusus
Catatan
AKDR
Trimester I
1.        AKDR dapat langsung dipasang jika tidak ada infeksi.

2.        Tunda pemasangan sampai luka atau infeksi sembuh, perdarahan diatasi, dan anemia diperbaiki.

Trimester II
1.        Tunda pemasangan 4-6 minggu pasca kuguguran kecuali jika tenaga terlatih dan peralatan untuk insersi pasca keguguran tersedia.
2.        Yakinkan tidak ada infeksi. Jika ternyata ada infeksi, tunda pemasangan sampai infeksi teratasi 3 bulan.


1.        Jika konseling dan informasi belum cukup, tuda pemasangan.


2.        Perlu tenaga terlatih untuk pemasangan AKDR.








1.        Pada trimester II kemungkinan risiko perforasi sewaktu pemasangan lebih besar.
Kondom/ spermisida
1.        Mulai segera sewaktu mulai hubungan seksual.
1.        Metode sementara sambil menunggu metode lain.

KB alamiah
1.        Tidak dianjurkan.

1.        Waktu ovulasi pertama pasca keguguran sulit diperkirakan.
Tubektomi
1.        Secara teknis, tubektomi dapat langsung dikerjakan sewaktu terapi keguguran kecuali jika ada perdarahan banyak atau infeksi.
1.        Minilaparotomi sesudah keguguran trimester I sama dengan waktu interval.

2.        Setelah keguguran trimester II sama dengan prosedur pasca persalinan.
1.        Perlu konseling dan informasi yang cukup.

Tabel 10.7: Panduan metode kontrasepsi pada beberapa kondisi klinis
Kondisi klinis
Perlu hati-hati
Rekomendasi
Infeksi
1.        Tanda-tanda infeksi.



2.        Tanda-tanda aborsi tidak aman.


3.        Tidak dapat menyingkirkan infeksi.

1.        AKDR: jangan dipasang sampai infeksi teratasi (3 bulan).

2.        Tubektomi: jangan dilakukan sampai infeksi teratasi (3 bulan).

1.        Kontrasepsi kombinasi: dapat segera diberikan .


2.        Kontrasepsi progestin: dapat segera diberikan.


3.        Barier: dapat digunakan.
Perlukaan jalan lahir
1.        Perforasi uterus.



2.        Perlukaan vagina atau serviks.


1.        AKDR: jangan dipasang sampai perlukaan sembuh.

2.        Diagfragma: jangan dipasang sampai perlukaan sembuh.

3.        Spermisida: jangan dipasang sampai perlukaan sembuh.

4.        Tubektomi: jangan dipasang sampai perlukaan sembuh.


1.        Kontrasepsi kombinasi: dapat segera diberikan .

2.        Kontrasepsi progestin: dapat segera diberikan.

3.        Barier: dapat digunakan.
Perdarahan banyak
(Hb <8 gr%).


1.        Implan: tunda sampai anemia diatasi.


2.        Kontrasepsi suntik: tunda sampai anemia diatasi.

3.        Kontrasepsi progestin: hati-hati.

4.        AKDR: tunda sampai anemia diatasi.

5.        Tubektomi: tunda sampai anemia diatasi.


1.        Kontrasepsi kombinasi: dapat segera diberikan.

2.        AKDR: dapat digunakan.


3.        Spermisida: dapat digunakan.

Tabel 10.8: Klasifikasi Persyaratan Medis dalam Penapisan Klien
Kontrasepsi
Kondisi
M = Mulai, L = Lanjut
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
Pascakeguguran
Pascakehamilan Ektopik
Trimester 1
Trimester 2
Pascaabortus Septik
Pil Kombinasi
1
1
1
1
Suntikan Kombinasi
1
1
1
1
Pil progestin
1
1
1
2
DMPA NET-EN
1
1
1
1
Implan
1
1
1
1
AKDR Cu
1
2
4
1
AKDR Progestin
1
2
4
1
Keterangan:
Berdasarkan WHO, 2004
1: Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan metode kontrasepsi.
2: penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan risiko yang diperkirakan akan terjadi.
3: risiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat penggunaan kontrasepsi.
4: risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan

Penggunaan kontrasepsi pascakeguguran pada trimester 1 dan trimester 2 hanya berbeda pada penggunaan kontrasepsi AKDR Cu dan kontrasepsi AKDR Progestin.  Penggunaan kontrasepsi pascakehamilan ektopik juga diperbolehkan dan masih aman dalam penggunaannya.



Tabel 10.9: Kontrasepsi mantap perempuan (Tubektomi)
Kondisi
Kategori
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
Pascaabortus
-          Tanpa komplikasi
-          Sepsis pascakeguguran
-          Perdarahan pascakeguguran
-          Trauma alat genital/ serviks/ vagina saat pengguguran
-          Perforasi uterus
-          Hematometra

A
C
C
C
D
C

Keterangan:
Berdasarkan klasifikasi lain
A: tidak ada alasan medis yang merupakan kontraindikasi dilakukannya kontrasepsi mantap.
B: tindakan kontrasepsi mantap yang dilakukan, tetapi dengan persiapan dan kewaspadaan khusus.
C: sebaiknya tindakan kontrasepsi mantap sampai kondisi medis diperbaiki. Sementara itu diberikan metode kontrasepsi lain.

D: tindakan kontrasepsi mantap hanya dilakukan oleh tenaga yang sangat berpengalaman, dan perlengkapan aneistesi tersedia. Demikian pula fasilitas lainnya. Diperlukan pula kemampuan untuk menunjukkan prosedur klinik serta aneistesi yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar