1.1
Kontrasepsi
Injeksi/Suntikan
1.1.1
Sejarah
Kontrasepsi Suntikan
Kontrasepsi suntikan adalah cara
untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan yang mengandung
suatu cairan berisi zat berupa hormon estrogen dan progesteron atau pun hanya
progesteronnya saja untuk jangka waktu tertentu.
Suntikan progestin pertama di temukan
pada awal tahun 1950 an, yang pada mulanya digunakan untuk pengobatan
endometriosis dan kanker endometrium (carcinoma endometrii). Baru pada awal
tahun 1960, uji klinis penggunaan suntikan progestin untuk keperluan
kontrasepsi dilakukan.Terdapat dua jenis suntikan progestin yang dipakai, yakni
depo medroksiprogesteron asetat dan depo noretisteron enantat. Sedangkan untuk
suntikan depo estrogen-progesteron (Cyclofem) ditemukan pada tahun 1960 an.
Penambahan estrogen pada obat kontrasepsi progesteron ternyata dapat
memperbaiki siklus haid.
1.1.2
Suntikan
Kombinasi (Hormon Estrogen dan Hormon Progesteron)
Jenis suntikan
kombinasi adalah 25 mg Depo Medrosiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol
Sipionat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg
Noretrindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M.
1.1.2.1
Cara
kerja
1.
Menekan
ovulasi.
2.
Mengentalkan
lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
3.
Menjadikan
selaput lendr rahim tipis dan atrofi.
4.
Menghambat
transfortasi gamet oleh tuba
1.1.2.2
Efektivitas
Sangat efektif (0,1 – 0,4
kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan.
1.1.2.3
Keuntungan
Kontrasepsi
1.
Risiko
terhadap kesehatan kecil.
2.
Tidak
berpengaruh pada hubungan suami istri.
3.
Tidak
diperlukan pemeriksaan dalam.
4.
Jangka
panjang.
5.
Efek
samping sangat kecil.
6.
Klien
tidak perlu menyimpan obat suntik
1.1.2.4
Keuntungan
Nonkontrasespsi
1.
Mengurangi
jumlah perdarahan.
2.
Mengurangi
nyeri saat haid.
3.
Mencegah
anemia.
4.
Khasiat
pencegahan pada kanker ovarium dan kanker endometrium.
5.
Mengurangi
penyakit kanker payudara jinak dan kista ovarium.
6.
Mencegah
kehamilan ektopik.
7.
Melindungi
klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul.
8.
Pada
keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia perimenoupuse.
1.1.2.5
Kerugian
1.
Terjadi
perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan, bercak atau
spotting.
2.
Mual,
sakit kepala, pnyeri payudara ringan, dan keluhan seperti akan hilang setelah
suntikan kedua atau ketiga.
3.
Klien
sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
suntikan).
4.
Efektifitasnya
berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat untuk epilepsi (fenitoin dan
barbiburat) atau obat tuberculosis (rifampisin).
5.
Permasalahan
berat badan merupakan efek samping tersering.
6.
Tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B
virus, atau infeksi virus HIV.
7.
Terlambatnya
kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
1.1.2.6
Yang
boleh menggunakan suntikan kombinasi
1.
Usia
reproduksi
2.
Nulipara
dan telah memiliki anak
3.
Menghendaki
kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.
4.
Menyusui
ASI pasca persalinan > 6 bulan.
5.
Setelah
melahirkan dan tidak menyusui .
6.
Anemia.
7.
Nyeri haid hebat.
8.
Haid
teratur.
9.
Riwayat
kehamilan ektopik.
10.
Sering
lupa mengunakan pil kontrasepsi.
1.1.2.7
Yang
tidak boleh menggunakan suntikan kombinasi
1.
Hamil
atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran).
2.
Menyusui
dibawah 6 minggu pasca persalinan.
3.
Perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
4.
Penyakit
hati akut (virus hepatitis).
5.
Usia
> 35 tahun yang merokok.
6.
Riwayat
penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg).
7.
Tidak
dapat menerima terjadinya ganguan haid, terutama amenorea
8.
Menderita
kanker payudara atau riwayat kanker payudara
9.
Diabetes
meilitus disertai komplikasi > 20 tahun.
1.1.2.8
Waktu mulai menggunakan
suntikan kombinasi
1.
Suntikan
pertama dapat dimulai dari hari pertama sampai hari ke- 7 siklus haid. Tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan.
2.
Bila
suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual dan menggunakan metode
kontrasepsi lain jika ingin melakukan hubungan seksual.
3.
Bila
klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja
dipastikan ibu tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual 7 hari
lamanya. Menggunakan metode kontrasepsi lain selama masa 7 hari.
4.
Bila
klien pasca persalinan 6 bulan, menyusui serta belum haid, suntikan pertama
dapat diberikan, asal saja dipastikan tidak hamil.
5.
Bila
pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta dapat mendapat haid, maka suntikan
pertama diberikan pada siklus haid hari ke 1-7.
6.
Bila
pasca persalinan < 6 bulan, dan menyusui, jangan diberikan suntik kombinasi.
7.
Bila
pasca persalinan 3 minggu, dan tidak menyusui suntikan kombinasi dapat
diberikan.
8.
Pasca
keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari.
9.
Ibu
yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi hormonanl kombinasi. Bila ibu telah mengunakan kontrasepsi hormonal
sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat
segera diberikan dan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
10.
Bila
ibu sedang mengunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya
dengan jenis kontrasepsi suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi dapat
diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya. Tidak
diperlukan metode kontrasepsi lain.
11.
Ibu
yang mengunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan
kontrasepsi kombinasi, maka suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan
diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik
pada hari ke1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila
sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi.
Suntikan pertama dapat diberikan pada saat hari pertama sampai hari ke 7 siklus
haid, cabut segera AKDR.
1.1.2.9
Cara
Penggunaan
1.
Suntikan
kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan IM dalam. Klien diminta datang
setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan
kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari
dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.
Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan
metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.
Tabel
6.6: Keadaan yang Memerlukan Perhatian Khusus
Keadaan
|
Anjuran
|
Tekanan darah tinggi
|
< 180/110 mmHg dapat
diberikan, tetapi perlu pengawasan.
|
Kencing manis
|
Dapat diberikan pada
kasus tanpa komplikasi dan kencing manisnya terjadi < 20 tahun. Perlu
diawasi.
|
Migrain
|
Bila tidak ada gejala
neurologik yang berhubungan dengan sakit kepala, boleh diberikan.
|
Menggunakan obat
tuberkulosis/obat epilepsy
|
Berikan pil
kontrasepsi kombinasi dengan 50 µg etinilestradiol atau cari metode
kontrasepsi lain.
|
Mempunyai penyakit
anemia bulan saban sabit (sickle cell)
|
Sebaiknya jangan
menggunakan suntikan kombinasi.
|
Tabel 6.7 : Penggunaan Efek Samping yang
Sering Terjadi
Efek samping
|
Penanganan
|
Amenorea
|
Singkirkan
kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan, dan tidak perlu diberi pengobatan.
Anjurkan klien untuk kembali ke klinik bila tidak datangnya haid masih
menjadi masalah. Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan
penyuntikan, dan jelaskan bahwa hormone progestin dan estrogen sedikit sekali
pengaruhnya pada janin.
|
Mual/pusing/muntah
|
Pastikan tidak ada
kehamilan. Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini
adalah hal biasa dan akan hilang pada waktu dekat.
|
Pedarahan/perdarahan bercak (spotting)
|
Bila hamil, rujuk. Bila
tidak hamil cari penyebab perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa perdarahan
yang terjadi merupakan hal yang biasa. Bila perdarahan berlanjut dan
mengkhawatirkan klien, metode kontrasepsi lain perlu dicari.
|
1.1.2.10
Intruksi untuk klien
1.
Klien
harus kembali ke dokter/klinik untuk mendeapatkan suntikan kembali setiap 4
minggu.
2.
Bila
tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke dokter/klinik untuk
memastikan hamil atau tidak.
3.
Jelaskan
efek samping tersering yang didapat pada penyuntikan dan apa yang harus
dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila klien mengeluh mual, sakit kepala,
nyeri payudara serta perdarahan, informasikan kalau keluhan tersebut sering
ditemukan, dan biasanya akan hilang pada suntikan ke-2 atau ke-3.
4.
Apabila
klien sedang menggunakan obat-obatan tuberkulosis atau obat epilepsi obat-obat
tersebut dapat mengganggu efektifitas kontrasepsi yang sedang digunakan.
1.1.2.11
Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada penggunaan
suntikan kombinasi
1.
Nyeri
dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan darah di paru atau
serangan jantung.
2.
Sakit
kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke,
hipertensi, atau migraine.
3.
Nyeri
tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada tungkai.
4.
Tidak
terjadi perdarahan atau spotting
selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.
Tabel 6.8 : Contoh Daftar
Tilik Penapisan Klien Suntik Kombinasi
Observasi petugas kesehatan
|
Intruksi petugas kesehatan
|
||
Perhatikan keadaan dibawah ini
1.
Apakah tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg atau apakah diastoliknya >110 mmHg
2.
Apakah nadi lebih
dari 100/menit atau jauh diatas normal?
3.
Apakah pucat atau
sianosis?
4.
Apakah sesak napas?
5.
Apakah bagian putih
mata berwarna kuning?
6.
Apakah ada
pembengkakkan hati?
7.
Apakah terdapat
varises, rasa sakit, dan kaki bengkak?
8.
Apakah kakinya sangat
bengkak dan mengandung cairan?
9.
Apakah terdapat
benjolan yang mencurigakan di payudara ? benjolan yang biasanya lembut,
jelas, sering terdapat dikedua payudara pada tempat yang sama dan dapat
bergerak bebas. Benjolan tersebut dapat juga membengkak setiap bulan sebelum
haid.
10. Apakah
calon peserta hamil ?
|
Ya
|
Tidak
|
Jika jawaban pada kolom YA, ikuti intruksi dibawah ini
1.
Perhatikan dengan
seksama. Metode kontrasepsi nonhormonal mungkin merupakan pilihan yang lebih
baik. Meskipun tidak ada kecenderungan yang berarti pada pemakai kontrasepsi
suntik, beberpa pemakai kontrasepsi pil dilaporkan cenderung mengalami
kenaikkan tekanan darah.
2.
Pertanyaan 2 - 4
Jika salah satu
jawaban dari 3 pertanyaan adalah YA, calon peserta KB kemungkinan mempunyai
penyakit serangan jantung serius. Rujuk ke dokter spesialis. Bantu calon
peserta untuk memilih kontrasepsi nonhormonal.
5.
Pertanyaaan 5 – 6
Jika salah satu jawaban
dari pertanyaan ini YA, mungkin indikasi adanya penyakit hati. Rujuk ke
spesialis. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi nonhormonal.
7.Mungkin ada indikasi
risiko tinggi penggumpalan darah. Rujuk ke spesialis. Bantu calon peserta
memilih metode kontrasepsi nonhormonal.
8.
Mungkin ada indikasi
penyakit hati. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi nonhormonal.
9.
Benjolan yang
dicurigai sebagai kanker biasanya tidak sensitive, unilateral, tidak biasa
bentuknya dengan decreased mobility. Rujuk ke spesialis untuk dievaluasi.
Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi nonhormonal.
10. Bila
kemungkinan hamil, jangan berikan suntikan. Lakuakan tes kehamilan (tes urin,
jika ada). Calon peserta diminta menggunakan salah satu metode pencegahan dan
kembali bila sudah haid.
|
1.1.3
Kontrasepsi
Suntikan Progestin
1.1.3.1
Profil
1.
Sangat efektif
2.
Aman
3.
Dapat dipakai oleh semua
perempuan dalam usia reproduksi.
4.
Kembalinya kesuburan lebih
lambat, rata – rata 4 bulan.
5.
Cocok untuk masa laktasi karena
tidak menekan produksi ASI.
1.1.3.2
Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi
suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:
1.
Depo
Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA, yang
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intra muscular (di daerah
bokong), disimpan dalam suhu 20OC – 25OC.
2.
Depo
Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200mg Noretrindron
Enantat, diberikan setiap 2 bulan sekali atau setiap 2 bulan untuk 6 bulan
pertama (=3 kali suntikan pertama),
kemudian selanjutnya satu kali suntikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuscular.
1.1.3.3
Cara kerja
1.
Mencegahovulasi.
2.
Mengentalkan
lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
3.
Menjadikan
lendir rahim tipis dan atrofi sehinga kurng baik untuk implantasi ovum yang
telah dibuahi.
4.
Menghambat
transportasi gamet oleh tuba.
1.1.3.4
Efektivitas
Keduan kontraspsi suntik tersebut
memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per
tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
1.1.3.5
Keuntungan Kontrasepsi
1.
Sangat
efektif.
2.
Pencegah
kehamilan jangka panjang.
3.
Tidak
mengganggu hubungan suami-istri.
4.
Tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung,
dan gangguan pembekuan darah.
5.
Tidak
mempengaruhi ASI.
6.
Sedikit
efek samping.
7.
Klien
tidak perlu menyimpan obat suntik.
8.
Dapat
digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause.
9.
Membantu
mencegah kanker endometriun dan kehamilan ektopik.
10.
Menurunkan
kejadian penyakit jinak payudara.
11.
Mencegah
beberapa penyebab penyakit radang panggul.
12.
Menurunkan
krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
1.1.3.6
Keterbatasan
1.
Sering
ditemukan gangguan haid, seperti :
1)
Siklus
haid yang memendek atau memanjang,
2)
Perdarahan
yang banyak atau sedikit,
3)
Perdarahan
tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
4)
Tidak
haid sama sekali.
2.
Klien
sangan bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
suntikan).
3.
Tidak
dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
4.
Permasalahan
berat badan merupakan efek samping tersering.
5.
Tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, titis B
virus, atau infeksi virus HIV.
6.
Terlambatnya
kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
7.
Terlambatnya
kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ
genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dai deponya
(tempat suntikan).
8.
Terjadi
perubahn pada lipid serum pada penggunaan janga panjang.
9.
Pada
pengguanan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas).
10.
Pada
penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan
libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, neuvositas, jerawat.
1.1.3.7
Yang Dapat Menggunakan
Kontrasepsi Suntikan Progestin
1.
Usia
reproduksi.
2.
Nulipara
dan yang telah memiliki anak.
3.
Menghendaki
kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.
4.
Menyusui
dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5.
Setelah
melahirkan dan tidak menyusui.
6.
Setelah
abortus atau keguguran.
7.
Telah
banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
8.
Perokok.
9.
Mempunyai
tekanan darah < 180/119 mmHg dengan masalah gangguan pembekuan darah atau
anemia bulan sabit.
10.
Menggunakan
obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis
(rifampisin).
11.
Tidak
dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
12.
Sering
lupa menggunakan pil kontrasepsi.
13.
Anemia
defisiensi besi.
14.
Mendekati
usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi
kombinasi.
1.1.3.8
Yang tidak Boleh Menggunakan
Kontrasepsi Suntikan Progestin
1.
Hamil
atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran).
2.
Perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3.
Tidak
dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
4.
Menderita
kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5.
Diabetes
mellitus disertai kompliksi.
1.1.3.9
Waktu mulai menggunakan
kontrasepsi suntik progestin
1.
Setiap
saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
2.
Mulai
hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3.
Pada
ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja
ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
4.
Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain
dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan
kontraepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil,
suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid
berikutnya datang.
5.
Bila
ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya
dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi yang akan
diberikan dimuali pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
6.
Ibu
yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi
hormonal, suntikan pertama kontasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera
diberikan, asal ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu
haid berikutnya datang. Bila bu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut
selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
7.
Ibu
ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat
diberikapada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, tau dapat diberikan
setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak
hamil.
8.
Ibu
tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal
saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
1.1.3.10
Cara penggunaan kontrasepsi suntikan
1.
Cara
pemberian kontrasepsi suntikan dapat dilihat pada gambar 1.
2.
Kontrasepsi
suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular dalam
didaerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dngkal, penyerapan
kontrasepsi suntika akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan
diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3
injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai sengan injeksi kelima diberikan
setiap 12 minggu.
3.
Bersihkan
kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol yang dibasahi oleh etil/isopropil
alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik, lalu disuntik.
4.
Kocok
dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembng-gelembung udara. Kontrasepsi
suntik tida perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul,
upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya.
1.1.3.11
Informasi Lain yang Perlu
Disampaikan
1.
Pemberian
kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorea). Gangguan haid
ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan.
2.
Dapat
terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala, dan nyeri
payudara. Efek – efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat hilang.
3.
Karena
terhambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu usia muda
yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang merencanakan kehamilan
berikutnya dalam waktu dekat.
4.
Setelah
suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang kembali pada
umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi
kehamilan. Bila 3 – 6 bulan tidak juga haid, klien harus kembali ke dokter atau
tempat pelayanan kesehatan untuk di cari penyebab tidak haid tersebut.
5.
Bila
klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah di tentukan, suntikan dapat di
berikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan di berikan 2 minggu
setelah jadwal yang di tetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode
kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila perlu dapat juga menggunakan
kontrasepsi darurat.
6.
Bila
klien, misalnya, sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan
kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain,
sebaiknya jangan di lakukan. Andaikata, terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi
yang akan dibeikan tersebut di injeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari
kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.
7.
Bila
klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja di
yakini ibu tersebut tidak hamil.
1.1.3.12
Peringatan Bagi Pemakai
Kontrasepsi Suntikan Progestin
1.
Setiap
terhambat haid harus di pikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
2.
Nyeri
abdomen bawah yang berat kemungkinan geajala kehamilan ektopik terganggu (KET).
3.
Timbulnya
abses atau perdarahan tempat injeksi.
4.
Sakit
kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya penglihatan.
5.
Perdarahan
berat yang dua kali lebih panjang dari masa haid atau dua kali lebih banyak dalam satu periode masa
haid.
1.1.3.13
Penanganan Gangguan Haid
1.
Amenorea
1)
Tidak
perlu di lakukan tindakan apapun. Cukup konseling saja.
2)
Bila
klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan jangan di
lanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi lain.
2.
Perdarahan
1)
Perdarahan
ringan atau spotting sering dijumpai,
tetapi tidak berbahaya.
2)
Bila
perdarahan/ spotting terus berlanjut
atau setelah tidak haid, namun kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari
penyebab perdarah tersebut. Obati penyebab perdarahan tersebut dengan cara yang
sesuai. Bila tidak ditemukan penyebab terjadinya perdarahan, tanyakan apakah
klien masih ingin melanjutkan
suntikan, dan bila tidak, suntikan
jangan dilanjutkan lagi, dan carikan kontrasepsi jenis lain.
3)
Bila
ditemukan penyakit radang panggul dan penyakit akibat hubungan seksual, klien
perlu diberi pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat terus dilanjutkan.
4)
Bila
perdarahan banyak atau memanjang (> 8 hari) atau dua kali lebih banyak dari
perdarahan yang biasanya di alami pada siklus haid normal, jelaskan bahwa hal
tersebut biasa terjadi pada bulan pertama suntikan.
5)
Bila
gangguan tersebut menetap, perlu di cari penyebabnya dan bila di temukan
kelainan ginekologik, klien perlu di obati atau di rujuk.
6)
Bila
perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien tidak dapat
menerima hal tersebut, suntikan jangan dilanjutkan lagi. Pilihkan jenis
kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia perlu di beri preparat besi dan
anjurkan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi.
Tabel 6.9: Keadaan yang Memerlukan
Perhatian Khusus
Keadaan
|
Anjuran
|
Penyakit hati akut
(virus)
Penyakit Jantung
Stroke
|
Sebaiknya jangan
menggunakan kontrasepsi suntikan.
Sebaiknya jangan
menggunakan kontrasepsi suntikan.
Sebaiknya jangan
menggunakan kontrasepsi suntikan
|
1.1.3.14
Intruksi Bagi Klien
Klien harus kembali ke tempat
pelayanan kesehatan atau klinik untuk mendapatkan suntikan kembali setiap 12
minggu untuk DMPA atau setiap 8 minggu untuk Noristerat.
Tabel 6.10:
Penangan Efek Samping yang Sering Dijumpai
Efek samping
|
Penanganan
|
1.
Amenorea (tidak
terjadi perdarahan/ spotting).
2.
Perdarahan/
perdarahan bercak (spotting).
3.
Meningkatnya/
menurunnya berat badan.
|
a.
Bila tidak hamil,
pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan, bahwa darah haid tidak terkumpul
dalam rahim. Nasehati untuk kembali ke klinik.
b.
Bila telah terjadi
kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyuntikan.
c.
Bila terjadi
kehamilan ektopik, rujuk klien segera.
d.
Jangan berikan terapi
hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3 –
6 bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.
a.
Informasikan bahwa
perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukan lah masalah serius,
biasanya tidak memrlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima
perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat di sarankan 2
pilihan pengobatan.
b.
1 siklus pil
kontrasepsi kombinasi (30 – 35 mg etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800 mg,
3x/ hari untuk 5 hari), atau obat jenis lain. Jelaskan bahwa selesai
pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi
perdarahan banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2
tablet pil kontrasepsi kombinasi/ hari selama 3 – 7 hari dilanjutkan dengan 1
siklus pil kontrasepsi hormonal, atau di beri 50 mg etinilestradiol atau 1,25
mg estrogen equin konjugasi untuk 14 – 21 hari.
a.
Infomasikan bahwa
kenaikan/ penurunan berat badan
sebanyak 1 – 2 kg dapat terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat
badan terlalu mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan
anjurkan metode kontrasepsi lain.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar