1. Faktor Fisik
1.
Status
Kesehatan
Kondisi
kesehatan sangat penting dalam kehamilan, baik kondisi kesehatan sebelum atau
selama kehamilan. Kehamilan dapat lebih berbahaya lagi jika wanita tersebut
sedang sakit.
Serangan
penyakit sebelum dan selama kehamilan yang dapat membahayakan janin terbagi
atas dua kategori utama yaitu penyakit umum seperti diabetes, anemia berat,
penyakit ginjal kronik. Dan Penyakit menular antara lain rubella dan sipilis.
Jika
seorang wanita hamil memiliki status kesehatan yang tidak baik atau sedang
menderita suatu penyakit maka ia perlu mendaptkan pertolongan medis untuk
merencanakan apa saja yang diperlukan dan memutuskan apakah ia sebaiknya
melahirkan di RS atau tidak.
Dan
jika seorang wanita yang sedang hamil pernah sebelumnya menderita suatu
penyakit seperti Hepatitis, Infeksi kandung kemih, penyakit ginjal, TBC dan
lain-lain, maka bidan perlu mengkaji kembali kondisi wanita tersebut untuk
mengetahui apakah ia masih menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit
tersebut. Hal ini sangat penting karena beberapa penyakit yang dibawa ibu dapat
berdampak pada bayi yang dikandungnya seperti sipilis atau campak Jerman yang
dapat menyebabkan cacat bawaan.
2.
Status
Gizi
Kualitas
hidup sangat terkait tidak hanya dengan perawatan prenatal secara umum tetapi
juga dengan nutrisi selama masa prenatal dan pascanatal, dan khususnya dengan
pengaruh lingkungan. Jika nutrisi selama prenatal tidak adekuat, maka perhatian
pada nutrisi selama pascanatal lebih ditekankan pada penyelamatan zat-zat yang
masih dapat dipertahankan.
Nutrisi
merupakan perhatian utama dalam perawatan prenatal. Selama masa kehamilan ibu
merupakan sumber nutrisi bagi bayi yang dikandungnya. Apa yang ibu makan akan
mempengaruhi kondisi bayi. Apabila wanita hamil memiliki status gizi kurang
selama kehamilannya maka ia berisiko memiliki bayi dengan kondisi kesehatan
yang buruk, sedangkan wanita dengan status gizi baik akan melahirkan bayi yang
sehat.
Wanita
hamil dengan status gizi kurang memiliki kategori risiko tinggi keguguran,
kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi baru lahir, cacat dan Berat Lahir
Rendah. Selain itu umumnya pada ibu dengan status gizi kurang tersebut dapat
terjadi 2 komplikasi yang cukup berat selama kehamilan yaitu anemia (kekurangan
sel darah merah) dan pre eklampsia/eklampsia.
Untuk
menilai status gizi pada ibu hamil umumnya dilakukan pada awal asuhan prenatal,
diikuti tindak lanjut yang kontinu selama masa kehamilan. Pengkajian yang dilakukan untuk menilai
status gizi ibu dapat dilakukan melalui wawancara meliputi kebiasaan atau pola
makan, asupan makanan yang dikonsumsi, masalah yang berkaitan dengan makanan
yang dikonsumsi termasuk adanya pantangan terhadap makanan tertentu atau
mengidam makanan tertentu.
Pengkajian
status gizi ini dapat pula dilakukan melalui pemeriksaan fisik yaitu
penimbangan berat badan untuk mengetahui peningkatan berat badan selama
kehamilan, uji laboratorium seperti menentukan Hemoglobin dan hematokrit karena
biasanya data laboratorium ini dapat memeberikan informasi dasar yang vital
untuk mengkaji status gizi ibu pada awal kehamiln dan memantau status gizinya
selama kehamian.
Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10
– 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II
sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga
sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan
untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK),
sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah
menderita anemai gizi.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar
pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan
bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa
pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
3.
Gaya
Hidup
a.
Kebiasaan minum jamu
merupakan salah satu kebiasaan yang beresiko bagi wanita hamil, karena efek
minum jamu dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti menimbulkan
kecacatan, abortus, BBLR, partus prematurus, kelainan ginjal dan jantung janin,
asfiksia neonatorum, kematian janin dalam kandungan, dan malformasi organ
janin. Efek tersebut dapat terjadi akibat kandungan zat-zat tertentu pada jamu
baik berupa bahan herbal maupun bahan lain yang mungkin tidak aman bagi ibu.
Menurut standar konsep tradisional sebenarnya diperbolehkan dan dibenarkan
dengan persyaratan bahwa zat-zat atau bahan yang dipergunakan dalam pengobatan
tradisional tersebut sudah terbukti efektif dan bermanfaat dan tidak
membahayakan kehamilan.
b.
Mitos, takhayul atau
kepercayaan tertentu. Hal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya
dan adat istiadat tertentu. Cotoh ada mitos yang menyatakan bahwa ibu hamil
tidak boleh makan makanan yang berbau amis, tidak boleh mempersiapkan untuk
persalinan dan bayi, minum air kelapa muda, tidak boleh memotong rambut. Mitos
yang mendukung asuhan tentunya diperbolehkan, sedangkan yang membahayakan dalam
asuhan kehamilan semestinya kita cegah dengan memberikan konseling dan
pendidikan kesehatan yang tepat pada ibu hamil.
c.
Aktivitas seksual.
Berdasarkan konse evidence bahwa ibu hamil tidak harus menghentikan aktivitas
seksual ataupun secara khusus mengurangi aktivitas seksual. Aktivitas seksual
jarang sekali diklarifikasi ataupun didiskusikan dengan ibu hamil. Bahkan ada
sebagian kalangan yang menganggap bahwa hal ini tabu untuk dibicarakan.
d.
Pekerjaan atau
aktivitas sehari-hari. Tidak ada rekomendasi dalam asuhan kehamilan dimana ibu
hamil sama sekali tidak boleh melakkan aktivitas pekerjaan rumah ataupun
bekerja di luar rumah, yang penting diperhatikan adalah keseimbangan dan
toleran dalam pekerjaan. Hal-hal yang ahrus diperthatikan dalam pekerjaan dan
aktivitas ibu hamil adlah apakah aktivitasnya beresiko pada kehamilan. Contoh
aktivitas yang beresiko bagi ibu hamil adlah aktivitas yang meningkatkan
stress, berdiri lama sepanjang hari, mengangkat sesuatu yang berat, paparan
terhadap suhu atau kelembaban yang ekstrim tinggi atau rendah, pekerjaan denagn
paparan radiasi.
e.
Exercise atau senam
hamil. Senam hamil memberi keuntungan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan fisik ibu hamil, memeperlancar peredaran darah, mengurangi keluhan
kram atau pegal-pegal, dan mempersiapkan pernapasan, aktivitas otot dan panggul
untuk menghadapi proses persalinan. Perhatikan mengenai kontraindikasi untuk
melaksanakan senam hamil, misalnya dengan abortus berulang, dengan penyakit
hipertensi atau kehamilan dengan penyakit tertentu sehingga menimbulkan resiko
bagi kehamilannya.
4.
Substance
Abuse
Substance
abuse merupakan perilaku yang merugikan atau membahayakan bagi ibu hamil
termasuk penyalahgunaan atau penggunaan obat atau zat-zat tertentu yang
membahayakan ibu hamil.
Rokok, minuman beralkohol dan
obat-obatan adalah hal yang sangat berbahaya bagi ibu dan bayinya. Semua benda tersebut
dapat terserap dalam darah ibu kemudian terserap dalam darah bayi melalui
sistem sirkulasi plasenta selama kehamilan.
Sangat
dianjurkan pada ibu hamil terutama selama trimester I untuk menghindari rokok,
minuman beralkohol dan obat-obatan yang tidak dianjurkan oleh dokter atau
bidan.
a. Penggunaan obat-obat
selama hamil
Pengaruh obat terhadap janin selama hamil tidak
hanya tergantung dari macam obat, akan tetapi juga tergantung dari saat obat
tersebut diberikan.
Obat-obat
yang diberikan pada ibu hamil dapat menimbulkan efek pada janin seperti :
1)
Kelainan bentuk anatomic
atau kecacatan pada janin, terutama penggunaan obat pada trimester pertama.
2)
Kelainan faal alat
tubuh.
3)
Gangguan pertukaran zat
dalam tubuh.
Kadang-kadang pengaruh obat yang
diberikan pada waktu hamil baru akan terlihat pada bayi yang dilahirkan ketika
sudah menginjak usia remaja atau dewasa. Sebagai contoh pemberian estrogen pada
ibu hamil dapat menyebabkan tumor alat kandungan bila bayi telah berusia remaja
atau dewasa. Hampir semua obat yang diberikan pada wanita hamil dapat
mengganggu pekembangan janin.
Obat-obat yang dibeli bebas tanpa
rekomendasi dari dokter atau petugas kesehatan lainnya seperti aspirin yang
dipakai untuk penyembuhan terhadap penyakit juga memberi efek samping yang
berbahaya terhadap janin. Efek samping
obat-obatan pada ibu hamil tergantung dari faktor genetik, keturunan dan
lingkungan. Paling sering ditemukan adalah terjadinya cacat badan janin akibat
konsumsi obat-obatan tersebut.
b. Merokok
Berdasarkan konsep evidence menunjukkan bahwa
merokok menimbulkan efek yang sangat berbahaya bagi janin. Ibu hamil perokok
akan beresiko menurunkan berat bayi lahir. Efek merokok terhadap kejadian pre
eklampsia, kelainan perinatal tidak cukup terbukti. Hasil riset menunjukkan
satu atau lima diantara wanita hamil dilaporkan merokok.
Hingga
seperempat wanita hamil yang merokok, berhenti pada pemeriksaan kunjungan
antenatal yang pertama. Kebiasaan merokok sering terjadi pada kelompok sosial
ekonomi rendah, paritas tinggi, status unmarital,
penghasilan rendah, atau ibu dengan problem psikologis seperti depresi, stress,
pekerja berat, dan lain-lain.
Jika wanita hamil merokok selama
kehamilan maka ia sudah terpapar tiga zat yang dapat memebahayakan janinnya
yaitu karbon monoksida, sianida dan
nikotin. Karbon monoksida yang
bercampur dengan haemoglobin dalam darah dapat mengakibatkan jumlah oksigen
yang tersedia bagi bayi berkurang. Sianida
adalah zat beracun, dan jika bercampur dengan makanan bisa mengurangi jumlah
gizi bagi janin. Untuk melepaskan
sianida, tubuh membutuhkan banyak vitamin B-12. Nikotin mengurangi gerakan pernafasan fetus dan juga menyebabkan
kontraksi pembuluh arteri pada plasenta dan tali pusat sehingga mengurangi
jumlah oksigen yang sampai ke janin. Kekurangan oksigen dan nutrisi inilah yang
menyebabkan cacat, Apnea (lumpuhnya pernafasan), BBLR sampai kematian pada
bayi. Wanita perokok juga dapat mengalami komplikasi kehamilan seperti
perdarahan pervaginam, keguguran, tertanamnya plasenta pada tempat yang tidak
normal, pecah ketuban dini persalinan prematur.
Disamping
itu, rokok bukan hanya berbahaya bagi ibu hamil yang merokok aktif. Ibu hamil
yang merupakan perokok pasif juga dapat membahyakan kehamilannya. Sehingga
dianjurkan pada ibu hamil menjauhi ruangan atau lingkungan yang dipenuhi asap
rokok.
Para bidan, dokter, spesialis kebidanan harus
mendukung upaya untukmenghentikan merokok melalui kegiatan antenatal care,
kelas antenatal bagi perokok, mengurangi periklanan tentang rokok, area bebas
merokok, dan mengembangkan serta mendukung kebijaksanaan tentang upaya
mengurangi merokok di institusi atau tempat kerja masing-masing.
c. Alkohol dan Kafein
Munculnya efek ketidaknormalan pada ibu hamil dengan
konsumsi alkohol minimal 28,5 ml perhari dan terutama konsumsi alkohol pada
trimester pertama. Kecemasan dan depresi ibu hamildan merokok sering
meningkatkan konsumsi alkoho. Konsumsi kafein yang berlebihan mangakibatkan
bayi lahir mati, abortus, dan persalinan prematur.
Bila seorang wanita merupakan peminum berat terutama
saat hamil (5-6 gelas sehari), maka besar kemungkinan akan mengalami yang
disebut Sindrom Alkohol pada janin (FAS). Dimana bayi lahir dengan mental
terbelakang dan kelainan bentuk tubuh (terutama pada kepala, wajah, tangan dan
kaki, jantung dan susunan saraf pusat). Bayi semacam ini bisa mengalami
kesulitan pernafasan, kontrol suhu tubuh yang buruk, daya tahan tubuh melawan
infeksi rendah dan kurangnya nafsu makan. Wanita hamil yang mengkonsumsi
alkohol juga tidak dapat makan dengan baik sehingga dapat beresiko mengalami
keguguran, lahir prematur atau lahir mati.
Sampai saat ini memang tidak ada batas aman alkohol bagi kandungan, jadi
dianjurkan bagi ibu hamil sebaiknya menghindari alkohol selama kehamilan. Bila
tidak memungkinkan cukupkan 2 atau 3 gelas seminggu dan diimbangi dengan
makanan yang sehat.
d. Hamil Dengan
Ketergantungan Obat/NAPZA
Pemakaian obat-obatan pada wanita hamil sangat
mempengaruhi ibu maupun janinnya, terutama pada masa konsemsi dan trimester I
kehamilan, karena tahap ini merupakan tahp organogenesis atau pembentukan
organ.
Jika wanita hamil pernah atau masih menggunakan
obat-obat bius seperti opium, heroin, kokain, jenis obat tidur atau penenang
dan berbagai obat-obatan yang dijual bebas tanpa melalui resep dokter dengan
dosis yang berlebihan dapat membahayakan kehamilannya. Bayi yang dilahirkan
wanita pengguna obat-obatan dapat menunjukkan gejala kecanduan obat bius dan
sangat menderita setelah kelahirannya atau bayi dapat lahir mati atau cacat.
Ibu hamil dengan ketergantungan obat umumnya takut melahirkan bayi cacat,
merasa gelisah, bingung dan takut akibat yang akan dialami oleh bayinya dengan
minum obat-obatan tersebut.
e. Sinar Rontgen atau
Radiasi
Pengaruh sinar rontgen atau radiasi terhadap
kehamilan terutama adalah pada kehamilan trimester I (umur 4-9 minggu dari hari
pertama haid terakhir). Pada kehamilan
trimester I merupakan tahap dasar pembentukan organ termasuk organ vital otak,
sumsum tulang belakang, jantung, ginjal dan pernapasan, sehingga paparan sinar
X-ray pada umur kehamilan ini akan menimbulkan resiko kecacatan janin,
malformasi janin, retradasi mental pada janin, abortus dan persalinan
prematurus. Efek radiasi terhadap janin tergantung dari umur kehamilan berapa
saat paparan radiasi berlangsung dan seberapa besar jumlah radiasi yang
diterima.
f.
Terpapar
zat kimia berbahaya
Diketahui bahwa beberapa zat cukup
berbahaya bagi wanita hamil. Zat tersebut sering berkaitan dengan kerusakan
pada janin. Golongan zat tersebut antara lain
zat fisik misalnya radiasi, vibrasi, pana dan kebisingan. Zat kimia
seperti toluene ( bahan perekat) dan timah. Untuk itu ibu
hamil perlu melindungi dirinya dan bayinya dari zat berbahaya dengan
menghindari lingkungan kerja yang terpapar polusi ataupun tidak menggunakan
bahan kimiawi berbahaya di rumah.
2. Faktor Psikologis
Kehamilan
merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam
kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahan status
yang radikal ini dipertimbangkan sebagi suatu krisis disertai periode tertentu
untuk menjalani proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada selama
kehamilan dan mengalami puncaknya pada saat bayi lahir.
1.
Stressor
Internal dan Eksternal
Faktor
psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan dapat berasal dari dalam diri ibu
hamil (internal) dan dapat juga berasal dari faktor luar diri ibu hamil.
Faktor
prikologis yang mempengaruhi kehamilan berasal dari dalam diri ibu dapat berupa
latar belakang kepribadian ibu dan pengaruh perubahan hormonal yang terjadi
selama kehamilan. Wanita hamil memiliki kondisi yang sangat rapuh. Mereka
sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya.
Ibu
hamil yang memiliki kepribadian immature
(kurang matang) biasanya dijumpai pada calon ibu dengan usia yang masih sangat
muda, introvert (tidak mau berbagi
dengan orang lain) atau tidak seimbang antara prilaku dan perasaannya,
cenderung menunjukkan emosi yang tidak stabil dalam menghadapi kehamilannya
dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki kepribadian yang mantap dan dewasa.
Ibu hamil dengan kepribadian seperti ini biasanya menunjukkan kecemasan dan
ketakutan yang berlebihan terhadap dirinya dan bayi yang dikandungnya selama
kehamilan. Sehingga ibu tersebut lebih mudah mengalami depresi selama
kehamilannya. Ia merasa kehamilannya merupakan beban yang sangat berat dan
tidak menyenangkan.
Demikian
pula dengan pengaruh perubahan hormon yang berlangsung selama kehamilan juga
berperan dalam perubahan emosi, membuat perasaan jadi tidak menentu, kosentrasi
berkurang dan sering pusing. Hal ini menyebabkan ibu merasa tidak nyaman selama
kehamilan dan memicu timbulnya stess yang ditandai ibu sering murung.
Sedangkan
faktor psikologis yang berasal dari luar diri ibu dapat berupa pengalaman ibu
misalnya ibu mengalami masa anak-anak yang bahagia dan mendapatkan cukup cinta
kasih, berasal dari keluarga yang bahagia sehingga mempunyai anak dianggap
sesuatu yang diinginkan dan menyenangkan maka ia pun akan terdorong secara
psikologis untuk mampu memberikan kasih sayang kepada anaknya. Selain itu
pengalaman ibu yang buruk tentang proses kehamilan atau persalinan yang
meninggalkan trauma berat bagi ibu dapat juga menimbulkan gangguan emosi yang
mempengaruhi kehamilannya.
Gangguan
emosi baik berupa stress atau depresi yang dialami pada trimester pertama kehamilan akan
berpengaruh pada janin, karena pada saat itu janin sedang dalam masa
pembentukan. Akan mengakibatkan pertumbuhan bayi terhambat atau BBLR.
Bukan
hanya itu, pada pertumbuhan anaknya nanti anak dapat mengalami kesulitan
belajar, sering ketakutan bahkan tidak jarang hiperaktif karena bila dalam
kehamilan ibu merasa gelisah maka terjadi perubahan neurotransmiter diotaknya
dan mempengaruhi sistem neorotransmiter janin melalui plasenta. Selain itu dapat
meningkatkan produksi neural adrenalin, serotonin dan gotamin yang bisa masuk
ke peredaran darah janin sehingga memengaruhi sistem sarafnya.
Untuk
itu dalam membeikan asuhan antenatal, bidan harus mampu memberikan pendidikan parent education sejak kehamilan
trimester I sehingga orang tua mendapat banyak pengetahuan terutama
tentang perubahan yang tejadi selama
kehamilan dan diharapkan bisa beradaptasi pada perubahan-perubahan psikologis
tersebut. Selain itu bidan harus memberi dapat memberikan saran yang selaras
dengan usaha ibu hamil untuk mencari sumber pendukung baru dan arahan dalam
membayangkan hal-hal yang dibutuhkan untuk menjalani peran baru, perubahan
dalam kehidupan yang tidak jelas dan tidak dipahami, dan makna dari semua ini.
2.
Dukungan
Keluarga
Ibu merupakan salah satu anggota
keluarga yang sangat berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada
ibu akan memengaruhi keadaan keluarga.
Bagi psangan baru, kehamilan merupakan
kondisi dari masa anak menjadi orang tua sehingga kehamilan dianggap suatu
krisis bagi kehidupan berkeluarga yang dapat diikuti oleh stress dan kecemasan.
Jika krisis tersebut tidak dapat dipecahkan maka mengkibatkan timbulnya tingkah
laku maladatif dalam anggota keluarga dan kemungkinan terjadi perpecahan antara
anggota keluarga. Kemampuan untuk memecahkan krisis dengan sukses adalah
kekuatan bagi keluarga untuk menciptakan
hubungan yang baik.
Tugas keluarga yang saling melengkapi
sehingga dapat menghindari konflik yang diakibatkan oleh kehamilan dapat
ditempuh dengan jalan :
a.
Merencanakan dan
memepersiapkan kehadiran anak.
b.
Mengumpulkan dan
memberikan informasi bagaimana merawat dan menjadi ibu atau ayah bagi bayi.
Sedangkan dukungan keluarga yang dapat
diberikan agar kehamilan dapat berjalan lancar antara lain :
a.
Memberikan dukungan
pada ibu untuk menerima kehamilannya.
b.
Memberi dukungan pada
ibu untuk menerima dan memersiapkan peran sebagai ibu.
c.
Memberi dukungan pada
ibu untuk menghilangkan ras takut dan cemas terhadap persalinan.
d.
Memberi dukungan pada
ibu utuk menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak yang dikandungnya
melalui perawatan kehamilan dan persalinan yang baik.
e.
Menyiapkan keluarga
lainnya untuk menerima kehadiran anggota
keluarga baru.
3.
Partner
Abuse
Orang yang paling penting bagi seorang
wanita hamil adalah suaminya. Banyak bukti yang ditunjukan bahwa wanita yang
diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan akan menunjukkan
lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri
selama kehmilan dan sedikit resiko komplikasi persalinan. Hal ini diyakini
karena ada dua kebutuhan utama yang ditunjukan wanita selama hamil yaitu
menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan
penerimaan pasangannya terhadap anaknya.
Ada empat jenis dukungan yang dapat
diberikan suami sebagai calon ayah bagi anaknya antar lain :
a.
Dukungan emosi yaitu
suami sepenuhnya memberi dukungan secara psikologis kepada istrinya dengan
menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada kehamilannya serta peka terhadap
kebutuhan dan perubahan emosi ibu hamil.
b.
Dukungan instrumental
yaitu dukungan suami yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil
dengan bantuan keluarga lainnya.
c.
Dukungan informasi
yaitu dukungan suami dalam memberikan informasi yang diperolehnya mengenai
kehamilan.
d.
Dukungan penilaian
yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan kehamilan istrinya.
3. Faktor Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Ekonomi
yang Mempengaruhi Kehamilan
Banyak alasan mengapa ibu
mengalami kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu hamil, beberapa
alasan antara lain karena kemiskinan, kurangnya pelayanan medik, kurang
pendidikan dan pengetahuan, termasuk
pengaruh sosial budaya berupa kepercayaan yang merugikan atau
membahayakan.
Seorang bidan biasanya mencoba
bekerja memberikan asuhan kepada ibu hamil secara pribadi untuk menyelesaikan
masalah-masalahnya. Namun seringkali masalah-masalah tersebut merupakan masalah
yang terdapat pada masyarakat yang tidak mudah dipecahkan. Sehingga bidan perlu
melibatkan keluarga dan masyarakat agar
memperhatikan kebutuhan dan kesehamatan ibu hamil.
1.
Kebiasaan/
Adat Istiadat
Bidan
harus dapat mengkaji apakah ibu hamil
menganut atau mempunyai kepercayaan atau adat kebiasaan tabu setempat
yang berpengaruh terhadap kehamilan. Kemudian menilai apakah hal tersebut
bermanfaat, netral (tidak berpengaruh pada keamanan atau kesehatan), tidak
jelas (efek tidak diketahui/tidak dipahami) atau membahayakan. Terutama bila
faktor budaya tersebut dapat menghambat pemberian asuhan yng optimal bgi ibu
hamil. Bidan harus mampu mencari jalan untuk menolongnya atau meyakinkan ibu
untuk merubah kebiasaannya dengan memberikan penjelasan yang benar. Tentu saja
hal ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak yang berperan dalam keluarga
dan masyarakat.
Berikut
contoh dari kebiasaan yang ditemukan dalam masyarakat :
No
|
KEBIASAAN
|
Bermanfaat
|
Netral
|
Tidak jelas
|
Berbahaya
|
1.
|
Menghindari makan telur dan ikan laut.
|
|
|
|
√
|
2.
|
Menghindari makan makanan sisa kemarin.
|
√
|
|
|
|
3.
|
Duduk dengan kaki bersila.
|
|
√
|
|
|
4.
|
Minum jamu-jamuan untuk mengontrol
perdarahan,mengobati dan mencegah demam dan kondisi lainnya.
|
|
|
√
|
|
5.
|
Memasukkan ramuan tradisional ke dalam vagina.
|
|
|
|
√
|
2.
Fasilitas
Kesehatan
Fasilitas
kesehatan berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan pelayanan kesehatan untuk
memeriksakan kehamilannya sampai ibu dapat melahirkan dengan aman. Tersedianya
fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak yang mudah terjangkau akan
memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk sering memeriksakan kehmilannya dan
untuk mendapatkan penanganan dalam keadaan darurat.
Bidan
dapat memeberikan imformasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga tentang
pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM dan
fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting dan aman bagi kehamilan dan
persalinannya.
3.
Sosial
Ekonomi
Keadaan
ekonomi sangat memengaruhi kehamilan ibu karena berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan antara lain makanan sehat, bahan
persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan dan transportasi/sarana
angkutan.
Masalah
keuangan sering timbul didalam kehidupan keluarga. Memang dalam hal ini bidan
tidak bertanggung jawab atas pemecahan masalah keluarga tetapi hendaknya
menunjukan empatinya serta mencoba memberikan pemahaman akan manfaat financial
yang tersedia untuk kepentingan ibu dan bayi. Sehingga bidan harus dapat
memeperoleh informasi mengenai kondisi ekonomi klien apakah ibu dan keluarga
tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya selama kehamilan.
4.
Hamil
di Luar Nikah dan Kehamilan yang Tidak Diharapkan
Dibeberapa golongan masyarakat ada
orang-orang yang tidak menghargai ibu-ibu yang tidak bersuami atau hamil diluar
nikah. Sehingga akan mempengaruhi kejiwaan ibu tersebut selama kehamilan dan
menyebabkan ibu tidak mengharapkan kehadiran bayinya dan menolak kehamilannya.
Pada kehamilan yang tidak diharapkan
dengan berbagai alasan dapat menimbulkan berbagai masalah klinis yang dapat
memberatkan kehamilan. Misalnya “morning
sickness” berlebihan yang dapat menjadi hiperemisis gravidarum yang
memerlukan perawatan khusus hingga melahirkan bayi BBLR. Selain itu usaha untuk
menggugurkan kandungannya akan membahayakan diri dan dapat menyebabkan infeksi,
cacat yang akhirnya justru akan menjadi beban keluarga.
Sebagai seorang
bidan harus percaya bahwa ibu dan anak berhak mendapat perhatian dan dihormati
siapapun juga. Bahkan mereka yang termasuk dalam kondisi seperti ini harus
lebih banyak memerlukan hak-hak tersebut. Seorang bidan tidak berhak
menyalahkan atau menghakimi kondisi tersebut atau membuat wanita tersebut
merasa bersalah dan malu. Sebaliknya bidan dapat memberikan dukungan, motivasi
dan perhatian atas kehamilannya sehingga keselamatan ibu dan bayinya dapat terjamin.
Rangkuman :
Faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi kehamilan diantaranya adalah status kesehatam, status gizi, gaya hidup, dan substance abuse. Faktor-faktor tersebut tentunya dapat diidentifikasi dengan dilakukannya perawatan/pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) di tempat pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
Faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi kehamilan diantaranya adalah status kesehatam, status gizi, gaya hidup, dan substance abuse. Faktor-faktor tersebut tentunya dapat diidentifikasi dengan dilakukannya perawatan/pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) di tempat pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
Pemeriksaan kehamilan tersebut bertujuan untuk : memantau kemajuan kehamilan, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, deteksi dini adanya ketidaknormalan yang terjadi, mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat, mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal, dan mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi.
Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan
Seorang wanita hamil akan lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi pengalaman dengan orang lain. Untuk itu dukungan dari semua pihak yang berada di sekeliling nya termasuk suami, keluarga, bahkan bidannya sendiri sangat berperan untuk mendukung ibu dalam menjalani kehamilannya.
Faktor lingkungan
sosial, budaya, dan ekonomi yang dapat mempengaruhi kehamilan diantaranya
adalah kebiasaan/adat istiadat, fasilitas kesehatan, sosial ekonomi, dan
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
Ekonomi
selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga
dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin,
merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya
dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat
tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan
baik.
Yang
patut diperhatikan adalah bahwa kehamilan bukanlah suatu keadaan patologis yang
berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita
usia subur yang telah berhubungan seksual. Dengan demikian kehamilan harus
disambut dan dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat dilalui dengan aman.
Referensi :
Eisenberg, Arlene.
2000. Kehamilan Apa yang Anda Hadapi Bulan Perbulan. Jakarta. Penerbit
ARCAN.
Elizabeth, Fenwick. 1999. 101 Tips
Terpenting Kehamilan . PT D&R
Kusmiyati, Yuni, dkk. 2008. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil).
Yogyakarta : Penerbit Fitramaya.
Varney, Helen.
2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4
Voulme 1. Jakarta :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar