Senin, 03 November 2014

5. Faktor Fisik, Psikologis, Lingkungan, Sosial, Budaya dan Ekonomi Yang Mempengaruhi Kehamilan

1. Faktor Fisik
1.      Status Kesehatan
Kondisi kesehatan sangat penting dalam kehamilan, baik kondisi kesehatan sebelum atau selama kehamilan. Kehamilan dapat lebih berbahaya lagi jika wanita tersebut sedang sakit.
Serangan penyakit sebelum dan selama kehamilan yang dapat membahayakan janin terbagi atas dua kategori utama yaitu penyakit umum seperti diabetes, anemia berat, penyakit ginjal kronik. Dan Penyakit menular antara lain rubella dan sipilis.
Jika seorang wanita hamil memiliki status kesehatan yang tidak baik atau sedang menderita suatu penyakit maka ia perlu mendaptkan pertolongan medis untuk merencanakan apa saja yang diperlukan dan memutuskan apakah ia sebaiknya melahirkan di RS atau tidak.
Dan jika seorang wanita yang sedang hamil pernah sebelumnya menderita suatu penyakit seperti Hepatitis, Infeksi kandung kemih, penyakit ginjal, TBC dan lain-lain, maka bidan perlu mengkaji kembali kondisi wanita tersebut untuk mengetahui apakah ia masih menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit tersebut. Hal ini sangat penting karena beberapa penyakit yang dibawa ibu dapat berdampak pada bayi yang dikandungnya seperti sipilis atau campak Jerman yang dapat menyebabkan cacat bawaan.

2.      Status Gizi
Kualitas hidup sangat terkait tidak hanya dengan perawatan prenatal secara umum tetapi juga dengan nutrisi selama masa prenatal dan pascanatal, dan khususnya dengan pengaruh lingkungan. Jika nutrisi selama prenatal tidak adekuat, maka perhatian pada nutrisi selama pascanatal lebih ditekankan pada penyelamatan zat-zat yang masih dapat dipertahankan.
Nutrisi merupakan perhatian utama dalam perawatan prenatal. Selama masa kehamilan ibu merupakan sumber nutrisi bagi bayi yang dikandungnya. Apa yang ibu makan akan mempengaruhi kondisi bayi. Apabila wanita hamil memiliki status gizi kurang selama kehamilannya maka ia berisiko memiliki bayi dengan kondisi kesehatan yang buruk, sedangkan wanita dengan status gizi baik akan melahirkan bayi yang sehat.
Wanita hamil dengan status gizi kurang memiliki kategori risiko tinggi keguguran, kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi baru lahir, cacat dan Berat Lahir Rendah. Selain itu umumnya pada ibu dengan status gizi kurang tersebut dapat terjadi 2 komplikasi yang cukup berat selama kehamilan yaitu anemia (kekurangan sel darah merah) dan pre eklampsia/eklampsia.
Untuk menilai status gizi pada ibu hamil umumnya dilakukan pada awal asuhan prenatal, diikuti tindak lanjut yang kontinu selama masa kehamilan.  Pengkajian yang dilakukan untuk menilai status gizi ibu dapat dilakukan melalui wawancara meliputi kebiasaan atau pola makan, asupan makanan yang dikonsumsi, masalah yang berkaitan dengan makanan yang dikonsumsi termasuk adanya pantangan terhadap makanan tertentu atau mengidam makanan tertentu.
Pengkajian status gizi ini dapat pula dilakukan melalui pemeriksaan fisik yaitu penimbangan berat badan untuk mengetahui peningkatan berat badan selama kehamilan, uji laboratorium seperti menentukan Hemoglobin dan hematokrit karena biasanya data laboratorium ini dapat memeberikan informasi dasar yang vital untuk mengkaji status gizi ibu pada awal kehamiln dan memantau status gizinya selama kehamian.
Pertambahan berat badan selama  hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk  mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu  apakah menderita anemai gizi.
Gizi yang baik diperlukan  seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.  Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.

3.      Gaya Hidup
a.       Kebiasaan minum jamu merupakan salah satu kebiasaan yang beresiko bagi wanita hamil, karena efek minum jamu dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR, partus prematurus, kelainan ginjal dan jantung janin, asfiksia neonatorum, kematian janin dalam kandungan, dan malformasi organ janin. Efek tersebut dapat terjadi akibat kandungan zat-zat tertentu pada jamu baik berupa bahan herbal maupun bahan lain yang mungkin tidak aman bagi ibu. Menurut standar konsep tradisional sebenarnya diperbolehkan dan dibenarkan dengan persyaratan bahwa zat-zat atau bahan yang dipergunakan dalam pengobatan tradisional tersebut sudah terbukti efektif dan bermanfaat dan tidak membahayakan kehamilan.
b.      Mitos, takhayul atau kepercayaan tertentu. Hal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya dan adat istiadat tertentu. Cotoh ada mitos yang menyatakan bahwa ibu hamil tidak boleh makan makanan yang berbau amis, tidak boleh mempersiapkan untuk persalinan dan bayi, minum air kelapa muda, tidak boleh memotong rambut. Mitos yang mendukung asuhan tentunya diperbolehkan, sedangkan yang membahayakan dalam asuhan kehamilan semestinya kita cegah dengan memberikan konseling dan pendidikan kesehatan yang tepat pada ibu hamil.
c.       Aktivitas seksual. Berdasarkan konse evidence bahwa ibu hamil tidak harus menghentikan aktivitas seksual ataupun secara khusus mengurangi aktivitas seksual. Aktivitas seksual jarang sekali diklarifikasi ataupun didiskusikan dengan ibu hamil. Bahkan ada sebagian kalangan yang menganggap bahwa hal ini tabu untuk dibicarakan.
d.      Pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Tidak ada rekomendasi dalam asuhan kehamilan dimana ibu hamil sama sekali tidak boleh melakkan aktivitas pekerjaan rumah ataupun bekerja di luar rumah, yang penting diperhatikan adalah keseimbangan dan toleran dalam pekerjaan. Hal-hal yang ahrus diperthatikan dalam pekerjaan dan aktivitas ibu hamil adlah apakah aktivitasnya beresiko pada kehamilan. Contoh aktivitas yang beresiko bagi ibu hamil adlah aktivitas yang meningkatkan stress, berdiri lama sepanjang hari, mengangkat sesuatu yang berat, paparan terhadap suhu atau kelembaban yang ekstrim tinggi atau rendah, pekerjaan denagn paparan radiasi.
e.       Exercise atau senam hamil. Senam hamil memberi keuntungan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil, memeperlancar peredaran darah, mengurangi keluhan kram atau pegal-pegal, dan mempersiapkan pernapasan, aktivitas otot dan panggul untuk menghadapi proses persalinan. Perhatikan mengenai kontraindikasi untuk melaksanakan senam hamil, misalnya dengan abortus berulang, dengan penyakit hipertensi atau kehamilan dengan penyakit tertentu sehingga menimbulkan resiko bagi kehamilannya.

4.      Substance Abuse
Substance abuse merupakan perilaku yang merugikan atau membahayakan bagi ibu hamil termasuk penyalahgunaan atau penggunaan obat atau zat-zat tertentu yang membahayakan ibu hamil.
Rokok, minuman beralkohol dan obat-obatan adalah hal yang sangat berbahaya bagi ibu dan bayinya. Semua benda tersebut dapat terserap dalam darah ibu kemudian terserap dalam darah bayi melalui sistem sirkulasi plasenta selama kehamilan.
Sangat dianjurkan pada ibu hamil terutama selama trimester I untuk menghindari rokok, minuman beralkohol dan obat-obatan yang tidak dianjurkan oleh dokter atau bidan.

a.      Penggunaan obat-obat selama hamil
Pengaruh obat terhadap janin selama hamil tidak hanya tergantung dari macam obat, akan tetapi juga tergantung dari saat obat tersebut diberikan.
Obat-obat yang diberikan pada ibu hamil dapat menimbulkan efek pada janin seperti :
1)      Kelainan bentuk anatomic atau kecacatan pada janin, terutama penggunaan obat pada trimester pertama.
2)      Kelainan faal alat tubuh.
3)      Gangguan pertukaran zat dalam tubuh.
Kadang-kadang pengaruh obat yang diberikan pada waktu hamil baru akan terlihat pada bayi yang dilahirkan ketika sudah menginjak usia remaja atau dewasa. Sebagai contoh pemberian estrogen pada ibu hamil dapat menyebabkan tumor alat kandungan bila bayi telah berusia remaja atau dewasa. Hampir semua obat yang diberikan pada wanita hamil dapat mengganggu pekembangan janin.
Obat-obat yang dibeli bebas tanpa rekomendasi dari dokter atau petugas kesehatan lainnya seperti aspirin yang dipakai untuk penyembuhan terhadap penyakit juga memberi efek samping yang berbahaya  terhadap janin. Efek samping obat-obatan pada ibu hamil tergantung dari faktor genetik, keturunan dan lingkungan. Paling sering ditemukan adalah terjadinya cacat badan janin akibat konsumsi obat-obatan tersebut.

b.      Merokok
Berdasarkan konsep evidence menunjukkan bahwa merokok menimbulkan efek yang sangat berbahaya bagi janin. Ibu hamil perokok akan beresiko menurunkan berat bayi lahir. Efek merokok terhadap kejadian pre eklampsia, kelainan perinatal tidak cukup terbukti. Hasil riset menunjukkan satu atau lima diantara wanita hamil dilaporkan merokok.
Hingga seperempat wanita hamil yang merokok, berhenti pada pemeriksaan kunjungan antenatal yang pertama. Kebiasaan merokok sering terjadi pada kelompok sosial ekonomi rendah, paritas tinggi, status unmarital, penghasilan rendah, atau ibu dengan problem psikologis seperti depresi, stress, pekerja berat, dan lain-lain.
Jika wanita hamil merokok selama kehamilan maka ia sudah terpapar tiga zat yang dapat memebahayakan janinnya yaitu karbon monoksida, sianida dan nikotin. Karbon monoksida yang bercampur dengan haemoglobin dalam darah dapat mengakibatkan jumlah oksigen yang tersedia bagi bayi berkurang. Sianida adalah zat beracun, dan jika bercampur dengan makanan bisa mengurangi jumlah gizi bagi janin.  Untuk melepaskan sianida, tubuh membutuhkan banyak vitamin B-12. Nikotin mengurangi gerakan pernafasan fetus dan juga menyebabkan kontraksi pembuluh arteri pada plasenta dan tali pusat sehingga mengurangi jumlah oksigen yang sampai ke janin. Kekurangan oksigen dan nutrisi inilah yang menyebabkan cacat, Apnea (lumpuhnya pernafasan), BBLR sampai kematian pada bayi. Wanita perokok juga dapat mengalami komplikasi kehamilan seperti perdarahan pervaginam, keguguran, tertanamnya plasenta pada tempat yang tidak normal, pecah ketuban dini persalinan prematur.
Disamping itu, rokok bukan hanya berbahaya bagi ibu hamil yang merokok aktif. Ibu hamil yang merupakan perokok pasif juga dapat membahyakan kehamilannya. Sehingga dianjurkan pada ibu hamil menjauhi ruangan atau lingkungan yang dipenuhi asap rokok.
Para bidan, dokter, spesialis kebidanan harus mendukung upaya untukmenghentikan merokok melalui kegiatan antenatal care, kelas antenatal bagi perokok, mengurangi periklanan tentang rokok, area bebas merokok, dan mengembangkan serta mendukung kebijaksanaan tentang upaya mengurangi merokok di institusi atau tempat kerja masing-masing.

c.       Alkohol dan Kafein
Munculnya efek ketidaknormalan pada ibu hamil dengan konsumsi alkohol minimal 28,5 ml perhari dan terutama konsumsi alkohol pada trimester pertama. Kecemasan dan depresi ibu hamildan merokok sering meningkatkan konsumsi alkoho. Konsumsi kafein yang berlebihan mangakibatkan bayi lahir mati, abortus, dan persalinan prematur.
Bila seorang wanita merupakan peminum berat terutama saat hamil (5-6 gelas sehari), maka besar kemungkinan akan mengalami yang disebut Sindrom Alkohol pada janin (FAS). Dimana bayi lahir dengan mental terbelakang dan kelainan bentuk tubuh (terutama pada kepala, wajah, tangan dan kaki, jantung dan susunan saraf pusat). Bayi semacam ini bisa mengalami kesulitan pernafasan, kontrol suhu tubuh yang buruk, daya tahan tubuh melawan infeksi rendah dan kurangnya nafsu makan. Wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol juga tidak dapat makan dengan baik sehingga dapat beresiko mengalami keguguran, lahir prematur atau lahir mati.  Sampai saat ini memang tidak ada batas aman alkohol bagi kandungan, jadi dianjurkan bagi ibu hamil sebaiknya menghindari alkohol selama kehamilan. Bila tidak memungkinkan cukupkan 2 atau 3 gelas seminggu dan diimbangi dengan makanan yang sehat.

d.      Hamil Dengan Ketergantungan Obat/NAPZA
Pemakaian obat-obatan pada wanita hamil sangat mempengaruhi ibu maupun janinnya, terutama pada masa konsemsi dan trimester I kehamilan, karena tahap ini merupakan tahp organogenesis atau pembentukan organ.
Jika wanita hamil pernah atau masih menggunakan obat-obat bius seperti opium, heroin, kokain, jenis obat tidur atau penenang dan berbagai obat-obatan yang dijual bebas tanpa melalui resep dokter dengan dosis yang berlebihan dapat membahayakan kehamilannya. Bayi yang dilahirkan wanita pengguna obat-obatan dapat menunjukkan gejala kecanduan obat bius dan sangat menderita setelah kelahirannya atau bayi dapat lahir mati atau cacat. Ibu hamil dengan ketergantungan obat umumnya takut melahirkan bayi cacat, merasa gelisah, bingung dan takut akibat yang akan dialami oleh bayinya dengan minum obat-obatan tersebut.

e.       Sinar Rontgen atau Radiasi
Pengaruh sinar rontgen atau radiasi terhadap kehamilan terutama adalah pada kehamilan trimester I (umur 4-9 minggu dari hari pertama haid terakhir).  Pada kehamilan trimester I merupakan tahap dasar pembentukan organ termasuk organ vital otak, sumsum tulang belakang, jantung, ginjal dan pernapasan, sehingga paparan sinar X-ray pada umur kehamilan ini akan menimbulkan resiko kecacatan janin, malformasi janin, retradasi mental pada janin, abortus dan persalinan prematurus. Efek radiasi terhadap janin tergantung dari umur kehamilan berapa saat paparan radiasi berlangsung dan seberapa besar jumlah radiasi yang diterima.

f.       Terpapar zat kimia berbahaya
Diketahui bahwa beberapa zat cukup berbahaya bagi wanita hamil. Zat tersebut sering berkaitan dengan kerusakan pada janin. Golongan zat tersebut antara lain  zat fisik misalnya radiasi, vibrasi, pana dan kebisingan. Zat kimia seperti toluene  ( bahan perekat) dan timah. Untuk itu ibu hamil perlu melindungi dirinya dan bayinya dari zat berbahaya dengan menghindari lingkungan kerja yang terpapar polusi ataupun tidak menggunakan bahan kimiawi berbahaya di rumah.


2. Faktor Psikologis
Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum  memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahan status yang radikal ini dipertimbangkan sebagi suatu krisis disertai periode tertentu untuk menjalani proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada selama kehamilan dan mengalami puncaknya pada saat bayi lahir.
1.      Stressor Internal dan Eksternal
Faktor psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan dapat berasal dari dalam diri ibu hamil (internal) dan dapat juga berasal dari faktor luar diri ibu hamil.
Faktor prikologis yang mempengaruhi kehamilan berasal dari dalam diri ibu dapat berupa latar belakang kepribadian ibu dan pengaruh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Wanita hamil memiliki kondisi yang sangat rapuh. Mereka sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya.
Ibu hamil yang memiliki kepribadian immature (kurang matang) biasanya dijumpai pada calon ibu dengan usia yang masih sangat muda, introvert (tidak mau berbagi dengan orang lain) atau tidak seimbang antara prilaku dan perasaannya, cenderung menunjukkan emosi yang tidak stabil dalam menghadapi kehamilannya dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki kepribadian yang mantap dan dewasa. Ibu hamil dengan kepribadian seperti ini biasanya menunjukkan kecemasan dan ketakutan yang berlebihan terhadap dirinya dan bayi yang dikandungnya selama kehamilan. Sehingga ibu tersebut lebih mudah mengalami depresi selama kehamilannya. Ia merasa kehamilannya merupakan beban yang sangat berat dan tidak menyenangkan.
Demikian pula dengan pengaruh perubahan hormon yang berlangsung selama kehamilan juga berperan dalam perubahan emosi, membuat perasaan jadi tidak menentu, kosentrasi berkurang dan sering pusing. Hal ini menyebabkan ibu merasa tidak nyaman selama kehamilan dan memicu timbulnya stess yang ditandai ibu sering murung.
Sedangkan faktor psikologis yang berasal dari luar diri ibu dapat berupa pengalaman ibu misalnya ibu mengalami masa anak-anak yang bahagia dan mendapatkan cukup cinta kasih, berasal dari keluarga yang bahagia sehingga mempunyai anak dianggap sesuatu yang diinginkan dan menyenangkan maka ia pun akan terdorong secara psikologis untuk mampu memberikan kasih sayang kepada anaknya. Selain itu pengalaman ibu yang buruk tentang proses kehamilan atau persalinan yang meninggalkan trauma berat bagi ibu dapat juga menimbulkan gangguan emosi yang mempengaruhi kehamilannya.
Gangguan emosi baik berupa stress atau depresi yang dialami  pada trimester pertama kehamilan akan berpengaruh pada janin, karena pada saat itu janin sedang dalam masa pembentukan. Akan mengakibatkan pertumbuhan bayi terhambat atau BBLR.
Bukan hanya itu, pada pertumbuhan anaknya nanti anak dapat mengalami kesulitan belajar, sering ketakutan bahkan tidak jarang hiperaktif karena bila dalam kehamilan ibu merasa gelisah maka terjadi perubahan neurotransmiter diotaknya dan mempengaruhi sistem neorotransmiter janin melalui plasenta. Selain itu dapat meningkatkan produksi neural adrenalin, serotonin dan gotamin yang bisa masuk ke peredaran darah janin sehingga memengaruhi sistem sarafnya.
Untuk itu dalam membeikan asuhan antenatal, bidan harus mampu memberikan pendidikan parent education sejak kehamilan trimester I sehingga orang tua mendapat banyak pengetahuan terutama tentang  perubahan yang tejadi selama kehamilan dan diharapkan bisa beradaptasi pada perubahan-perubahan psikologis tersebut. Selain itu bidan harus memberi dapat memberikan saran yang selaras dengan usaha ibu hamil untuk mencari sumber pendukung baru dan arahan dalam membayangkan hal-hal yang dibutuhkan untuk menjalani peran baru, perubahan dalam kehidupan yang tidak jelas dan tidak dipahami, dan makna dari semua ini.

2.      Dukungan Keluarga
Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan memengaruhi keadaan keluarga.
Bagi psangan baru, kehamilan merupakan kondisi dari masa anak menjadi orang tua sehingga kehamilan dianggap suatu krisis bagi kehidupan berkeluarga yang dapat diikuti oleh stress dan kecemasan. Jika krisis tersebut tidak dapat dipecahkan maka mengkibatkan timbulnya tingkah laku maladatif dalam anggota keluarga dan kemungkinan terjadi perpecahan antara anggota keluarga. Kemampuan untuk memecahkan krisis dengan sukses adalah kekuatan  bagi keluarga untuk menciptakan hubungan yang baik.
Tugas keluarga yang saling melengkapi sehingga dapat menghindari konflik yang diakibatkan oleh kehamilan dapat ditempuh dengan jalan :
a.       Merencanakan dan memepersiapkan kehadiran anak.
b.      Mengumpulkan dan memberikan informasi bagaimana merawat dan menjadi ibu atau ayah bagi bayi.
Sedangkan dukungan keluarga yang dapat diberikan agar kehamilan dapat berjalan lancar antara lain :
a.       Memberikan dukungan pada ibu untuk menerima kehamilannya.
b.      Memberi dukungan pada ibu untuk menerima dan memersiapkan peran sebagai ibu.
c.       Memberi dukungan pada ibu untuk menghilangkan ras takut dan cemas terhadap persalinan.
d.      Memberi dukungan pada ibu utuk menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak yang dikandungnya melalui perawatan kehamilan dan persalinan yang baik.
e.       Menyiapkan keluarga lainnya untuk  menerima kehadiran anggota keluarga baru.

3.      Partner Abuse
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah suaminya. Banyak bukti yang ditunjukan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama kehmilan dan sedikit resiko komplikasi persalinan. Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan utama yang ditunjukan wanita selama hamil yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan penerimaan pasangannya terhadap anaknya.
Ada empat jenis dukungan yang dapat diberikan suami sebagai calon ayah bagi anaknya antar lain :
a.       Dukungan emosi yaitu suami sepenuhnya memberi dukungan secara psikologis kepada istrinya dengan menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan dan perubahan emosi ibu hamil.
b.      Dukungan instrumental yaitu dukungan suami yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan keluarga lainnya.
c.       Dukungan informasi yaitu dukungan suami dalam memberikan informasi yang diperolehnya mengenai kehamilan.
d.      Dukungan penilaian yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan kehamilan istrinya.

 3. Faktor Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Ekonomi yang Mempengaruhi Kehamilan
Banyak alasan mengapa ibu mengalami  kesulitan untuk  menjadi sehat terutama ibu hamil, beberapa alasan antara lain karena kemiskinan, kurangnya pelayanan medik, kurang pendidikan dan pengetahuan, termasuk  pengaruh sosial budaya berupa kepercayaan yang merugikan atau membahayakan.
Seorang bidan biasanya mencoba bekerja memberikan asuhan kepada ibu hamil secara pribadi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Namun seringkali masalah-masalah tersebut merupakan masalah yang terdapat pada masyarakat yang tidak mudah dipecahkan. Sehingga bidan perlu melibatkan  keluarga dan masyarakat agar memperhatikan kebutuhan dan kesehamatan ibu hamil.

1.      Kebiasaan/ Adat Istiadat
Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil  menganut atau mempunyai kepercayaan atau adat kebiasaan tabu setempat yang berpengaruh terhadap kehamilan. Kemudian menilai apakah hal tersebut bermanfaat, netral (tidak berpengaruh pada keamanan atau kesehatan), tidak jelas (efek tidak diketahui/tidak dipahami) atau membahayakan. Terutama bila faktor budaya tersebut dapat menghambat pemberian asuhan yng optimal bgi ibu hamil. Bidan harus mampu mencari jalan untuk menolongnya atau meyakinkan ibu untuk merubah kebiasaannya dengan memberikan penjelasan yang benar. Tentu saja hal ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak yang berperan dalam keluarga dan masyarakat.

Berikut contoh dari kebiasaan yang ditemukan dalam masyarakat :
No
KEBIASAAN
Bermanfaat
Netral
Tidak jelas
Berbahaya
1.
Menghindari makan telur dan ikan laut.



2.
Menghindari makan makanan sisa kemarin.



3.
Duduk dengan kaki bersila.



4.
Minum jamu-jamuan untuk mengontrol perdarahan,mengobati dan mencegah demam dan kondisi lainnya.



5.
Memasukkan ramuan tradisional ke dalam vagina.





2.      Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya sampai ibu dapat melahirkan dengan aman. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak yang mudah terjangkau akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk sering memeriksakan kehmilannya dan untuk mendapatkan penanganan dalam keadaan darurat.
Bidan dapat memeberikan imformasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga tentang pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM dan fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting dan aman bagi kehamilan dan persalinannya.

3.      Sosial Ekonomi
Keadaan ekonomi sangat memengaruhi kehamilan ibu karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan antara lain makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan dan transportasi/sarana angkutan.
Masalah keuangan sering timbul didalam kehidupan keluarga. Memang dalam hal ini bidan tidak bertanggung jawab atas pemecahan masalah keluarga tetapi hendaknya menunjukan empatinya serta mencoba memberikan pemahaman akan manfaat financial yang tersedia untuk kepentingan ibu dan bayi. Sehingga bidan harus dapat memeperoleh informasi mengenai kondisi ekonomi klien apakah ibu dan keluarga tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya selama kehamilan.

4.      Hamil di Luar Nikah dan Kehamilan yang Tidak Diharapkan
Dibeberapa golongan masyarakat ada orang-orang yang tidak menghargai ibu-ibu yang tidak bersuami atau hamil diluar nikah. Sehingga akan mempengaruhi kejiwaan ibu tersebut selama kehamilan dan menyebabkan ibu tidak mengharapkan kehadiran bayinya dan menolak kehamilannya.
Pada kehamilan yang tidak diharapkan dengan berbagai alasan dapat menimbulkan berbagai masalah klinis yang dapat memberatkan kehamilan. Misalnya “morning sickness” berlebihan yang dapat menjadi hiperemisis gravidarum yang memerlukan perawatan khusus hingga melahirkan bayi BBLR. Selain itu usaha untuk menggugurkan kandungannya akan membahayakan diri dan dapat menyebabkan infeksi, cacat yang akhirnya justru akan menjadi beban keluarga.
Sebagai seorang bidan harus percaya bahwa ibu dan anak berhak mendapat perhatian dan dihormati siapapun juga. Bahkan mereka yang termasuk dalam kondisi seperti ini harus lebih banyak memerlukan hak-hak tersebut. Seorang bidan tidak berhak menyalahkan atau menghakimi kondisi tersebut atau membuat wanita tersebut merasa bersalah dan malu. Sebaliknya bidan dapat memberikan dukungan, motivasi dan perhatian atas kehamilannya sehingga keselamatan  ibu dan bayinya dapat terjamin.

Rangkuman               :
Faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi kehamilan diantaranya adalah status kesehatam, status gizi, gaya hidup, dan substance abuse. Faktor-faktor tersebut tentunya dapat diidentifikasi dengan dilakukannya perawatan/pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) di tempat pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
Pemeriksaan kehamilan tersebut bertujuan untuk : memantau kemajuan kehamilan, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, deteksi dini adanya ketidaknormalan yang terjadi, mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat, mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal, dan mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi.
Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan

Seorang wanita hamil akan lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi pengalaman dengan orang lain. Untuk itu dukungan dari semua pihak yang berada di sekeliling nya termasuk suami, keluarga, bahkan bidannya sendiri sangat berperan untuk mendukung ibu dalam menjalani kehamilannya.
Faktor lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi yang dapat mempengaruhi kehamilan diantaranya adalah kebiasaan/adat istiadat, fasilitas kesehatan, sosial ekonomi, dan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
Ekonomi selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik.
Yang patut diperhatikan adalah bahwa kehamilan bukanlah suatu keadaan patologis yang berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita usia subur yang telah berhubungan seksual. Dengan demikian kehamilan harus disambut dan dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat dilalui dengan aman.


Referensi                    :
Eisenberg, Arlene. 2000. Kehamilan Apa yang Anda Hadapi Bulan Perbulan. Jakarta. Penerbit ARCAN.
Elizabeth, Fenwick. 1999. 101 Tips Terpenting Kehamilan . PT D&R
Kusmiyati, Yuni, dkk. 2008. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta : Penerbit Fitramaya.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Voulme 1. Jakarta : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar