1.
Tujuan
Setelah membaca materi ini
mahasiswa mampu:
1) Mengerti
pengkajian data fisik dan psikososial dengan benar.
2) Mampu
riwayat kesehatan ibu dengan benar.
3) Mampu
mengkaji tanda-tanda vital, payudara, uterus, kandung kemih, genitalia,
perineum, ekstremitas bawah, pengkajian psikologis dan pengkajian ibu dengan
benar.
4) Melakukan
perumusan diagnose/masalah actual meliputi: masalah nyeri, masalah infeksi,
masalah cemas, perawatan perineum, payudara, ASI eksklusif, masalah KB, gizi,
tanda-tanda bahaya nifas, senam nifas, menyusui dengan benar.
5) Melakukan
perumusan diagnose/masalah potensial meliputi: Gangguan perkemihan, gangguan bab
& bak, gangguan hubungan seksual dengan benar.
6) Melakukan
perencanaan asuhan kebidanan: evaluasi terus menerus, gangguan rasa nyeri,
mengatasi infeksi, mengatasi cemas, menjelaskan tentang gizi, KB, tanda bahaya
nifas, hubungan seksual, senam nifas, perawatan perineum, perawatan bayi
sehari-hari, memberikan kenyamanan pada ibu, membantu ibu untuk menyusui bayi,
memfasilitasi menjadi orang tua, persiapan pasien pulang, anticipatori guidance,
deteksi dini komplikasi pada ibu nifas dengan benar.
7) Melakukan promosi kesehatan pada ibu nifas mengenai:
nutrisi, hygiene, perawatan perineum, istirahat dan tidur, dan ambbulasi dini
dengan benar.
8) Melakukan
asuhan kebidanan: tindakan mandiri, kolaborasi, tindakan pengawasan,
pendidikan/penyuluhan dengan benar.
9) Melakukan
pelaksanaaan evaluasi asuhan kebidanan, meliputi: tujuan asuhan kebidanan,
efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah, hasil asuhan dengan benar.
10)
Melakukan program tindak lanjut asuhan
nifas di rumah mel;iputi: jadwal kunjungan rumah, asuhan lanjutan masa nifas di
rumah, penyuluhan masa nifas, hubungan seks, dan tanda-tanda bahaya dengan
benar.
2.
Uraian
Isi Pelajaran
1) Pengkajiandata
fisik dan psikososial.
2) Pengkajian
riwayat kesehatan ibu.
3) Pemeriksaan
fisik tentang: tanda-tanda vital, payudara, uterus, kandung kemih, genitalia,
perineum, ekstremitas bawah, pengkajian psikologis dan pengkajian ibu.
4) Perumusan
diagnose/masalah actual meliputi: masalah nyeri, masalah infeksi, masalah
cemas, perawatan perineum, payudara, ASI eksklusif, masalah KB, gizi,
tanda-tanda bahaya nifas, senam nifas, menyusui.
5) Perumusan
diagnose/masalah potensial meliputi: Gangguan perkemihan, gangguan bab &
bak, gangguan hubungan seksual.
6) Perencaan
asuhan kebidanan: evaluasi terus menerus, gangguan rasa nyeri, mengatasi
infeksi, mengatasi cemas, menjelaskan tentang gizi, KB, tanda bahaya nifas,
hubungan seksual, senam nifas, perawatan perineum, perawatan bayi sehari-hari,
memberikan kenyamanan pada ibu, membantu ibu untuk menyusui bayi, memfasilitasi
menjadi orang tua, persiapan pasien pulang, anticipatori guidance, deteksi dini
komplikasi pada ibu nifas.
7) Promosi
kesehatan pada ibu nifas mengenai: nutrisi, hygiene, perawatan perineum,
istirahat dan tidur, dan ambbulasi dini.
8) Asuhan
kebidanan: tindakan mandiri, kolaborasi, tindakan pengawasan,
pendidikan/penyuluhan.
9) Pelaksanaaan
evaluasi asuhan kebidanan, meliputi: tujuan asuhan kebidanan, efektivitas
tindakan untuk mengatasi masalah, hasil asuhan.
10) Program
tindak lanjut asuhan nifas di rumah mel;iputi: jadwal kunjungan rumah, asuhan
lanjutan masa nifas di rumah, penyuluhan masa nifas, hubungan seks, dan
tanda-tanda bahaya
3.
Penjelasan
Teori
4.1
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui
gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan
data objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.
1)
Tujuan Pemeriksaan
Untuk
mengumpulkan data:
a. Mengidentifikasi
masalah pasien.
b. Menilai
perubahan status pasien.
c. Mengevaluasi
pelaksanaan tindakan yang telah di berikan.
2)
Prinsip Umum
a. Pemeriksaan
fisik ibu nifas disesuaikan dengan tujuan kunjungan program dan kebijaksanaan
(6 jam, 2-6 hari, 2 minggu, 6 minggu setelah persalinan).
b. Menjelaskan
pemeriksaan fisik yang akan dilakukan pada klien.
c. Pada
saat pemeriksaan fisik, biasakan pemeriksa berdiri di sebelah kanan klien.
d. Gunakan
pendekatan fisik mulai dari arah luar tubuh ke arah dalam tubuh, posisi pasien
tergantung jenis pemeriksaan dan kondisi sewaktu di periksa.
e. Gunakan
pemeriksaan fisik dengan menggunakan tekhnik pemeriksaan dari daerah yang
mengalami kelainan (abnormal) ke daerah yang tidak memgalami kelainan(normal).
f. Perhatikan
pencahayaan yang tapat, suhu, suasana ruangan yang nyaman serta privasi pasien.
3)
Teknik
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Nifas
Teknik yang dipergunakan dalam
pemeriksaan fisik ibu nifas ada empat yaitu: inspeksi, palpasi auskultasi, dan
perkusi.
4) Pengkajian Status Mental Dan Penampilan
5) Pemeriksaan
fisik dilakukan pada hari ke-2 sampai hari ke-6 dan minggu ke-2 sampai minggu
ke-6 pascapersalinan :
a. Melakukan
pemeriksaan tanda vital.
b. Melakukan
pemeriksaan payudara. Periksa apakah terdapat benjolan dan pembesaran kelenjar
atau abses, serta keadaan puting.
c. Melakukan
pemeriksaan abdomen :
a) Melihat
apakah ada luka operasi
b) Lakukan
palpasi apakah ada uterus diatas pubis atau tidak
c) Lakukan
palpasi untuk mendeteksi massa dan nyeri tekan
d) Lakukan
pemeriksaan kandung kemih
d. Melakukan
pemeriksaan kaki apakah ada varises, warna kemerahan pada betis, dan edema.
e. Melakukan
pemeriksaan genetalia, lokia, dan perineum.
6)
Komponen – komponen pengkajian
data fisik ini adalah :
a.
Kesehatan Umum
: bagaimana perasaan ibu?
b.
Tanda – tanda vital
a)
Temperatur
/ suhu
Peningkatan suhu badan mencapai 37,5ºC pada 24 jam pertama masa nifas
pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi ,yang disebabkan oleh keluarnya
cairan pada waktu melahirkan , selain itu bisa juga disebabkan karena isirahat
dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan . Tetapi pada umumnya
setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang
mencapai > 38 º C adalah mengarah ke tanda – tanda infeksi
b)
Denyut
nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60 – 80 x / menit. Denyut nadi di atas 100 x /
menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi , hal ini
salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebihan . Jika takikardi tidak disertai panas
kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis. Beberapa ibu postpartum kadang – kadang mengalami bradikardi puerperal ,
yang denyut nadinya mencapai serendah – rendahnya 40 sampai 50 x / menit ,
beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin , tetapi
belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan . Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal , yaitu sekitar 20 – 30 x
/ menit.
Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum., tetapi
keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit –
penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan .
c)
Payudara
Pada payudara terjadi proses laktasi. Dalam hal melakukan pengkajian data
fisik lakukan perabaan payudara apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar
atau abses, serta bagaimana keadaan putting
d)
Fundus
Perubahan Tinggi Fundus Uteri Selama
Masa Nifas. Segera setelah persalinan
TFU 2 cm dibawah pusat, 2 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan
menurun kira -kira 1 cm setiap hari.
e)
Uterus
Perubahan dalam uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram .
f)
Kandung Kemih
Kesulitan miksi mungkin terjadi pada 24 jam setelah melahirkan , karena
refleks penekanan aktivitas detrusor yang disebabkan oleh tekanan pada kandung
kemih selama melahirkan.Ibu mungkin merasa kurang nyaman ketika diuresis muncul
setelah melahirkan. Kehamilan
menyebabkan dilatasi dan peregangan pelvis renalis dan ureter , tetapi
akan kembali normal pada minggu keempat. Jika terjadi incontinencia urin , sehingga ibu tidak berkemih dalam 6
jam pertama , maka diperlukan kateterisasi. Relaksasi otot kandung kemih baru menghilang setelah waktu 3
minggu.
g)
Genetalia,
perineum
Setelah persalinan , vagina meregang dan membentuk lorong berdinding lunak
dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil , tapi jarang kembali ke
ukuran nullipara. Kadang
- kadang pada persalinan lama ditemukan oedema dan memar pada dinding vagina. Rugae terlihat kembali pada minggu ketiga. Himen muncul sebagai beberapa potong jaringan kecil , yang selama proses
sikatrisasi diubah menjadi carunculae mirtiformis yang merupakan ciri khas pada
wanita yang pernah melahirkan.
h)
Lokhea
Lokhea mengalami perubahan karena proses involusi yaitu Lokhea Rubra ,
serosa dan alba.
a)
Lokhea rubra
Lokhea ini muncul pada hari pertama sampai keempat masa post partum ,
warnanya merah dan mengandung darah dari perobekan / luka pada bekas implantasi
placenta dan serabut dari desidua dan chorion.
b)
Lokhea serosa
Lokhea ini warnanya kecoklatan dan muncul pada hari kelima sampai hari
kesembilan , mengandung lebih sedikit darah , dan lebih
banyak serum , juga terdiri dari leukosit dan robekan atau laserasi placenta
c)
Lokhea Alba
Muncul pada hari kesepuluh dan berkurang dalam minggu berikutnya , warnanya
lebih pucat , putih kekuningan dan mengandung leukosit , selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
d)
Ekstremitas bawah
Pada pengkajian data fisik ekstremitas bawah lakukan pemerikasaan kaki
apakah ada varises, warna kemerahan pada betis dan edema.
4.2
Pengkajian Psikologis
Wanita mengalami banyak perubahan
emosi/psikologi selama masa nifas, sementara ia menyesuaikan diri menjadi
seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah
kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum
blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami
oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi
akibat sejumlah faktor. Penyebab yang paling menonjol adalah :
1) Kekecewaan
emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita
selama kehamilan dan persalinan.
2) Rasa
sakit masa nifas awal.
3) Kelelahan
karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum di rumah sakit. Di rumah
sakit biasanya akibat kebijakan kunjungan yang kaku, kebijakan perawatan yang
tidak fleksibel, dan tidak ada ketetapan untuk berada di ruang.
4) Kecemasan
tentang kemampuannya merawat bayi setelah meninggalkan rumah sakit.
5) Ketakutan
tentang penampilan yang tidak menarik lagi bagi suaminya.
Pada
sebagian besar kasus tidak diperlukan terapi yang efektif, kecuali antisipasi,
pemahaman, dan rasa aman.
Robinson
dan stewart (1986) menekankan bahwa gangguan ringan ini hilang sendiri dan
biasanya membaik setelah 2 atau 3 hari, meskipun kadangkala menetap sampai 10
hari. Terdapat dasar fisiologis penyebab terjadinya postpartum blues, yaitu adanya perubahan hormonal yang berlangsung
cepat ketika tubuh kembali ke status tidak hamil dan adanya hormon yang
berhubungan dengan siklus laktasi.
Emosi
yang labil ditingkatkan oleh ketidaknyamanan fisik (mis : sakit setelah
melahirkan, sakit karena jahitan, dan kurang tidur). Postpartum blues umumnya terjadi sekitar hari ketiga hingga kelima
postpartum. Seorang wanita yang mengalami perasaan kehilangan fisik setelah
melahirkan dapat menimbulkan duka cita. Duka cita ini merupakan istilah yang
dibuat oleh Lindemann. Duka cita bersifat normal. Tiga tahap duka cita, yaitu :
1) Tahap
pertama
Syok yang merupakan respons awal
individual terhadap kehilangan. Manifestasi perilaku dan perasaan, antara lain
ketidakpercayaan, keputusasaan, marah, takut, kesepian, kebencian, keluhan
kehilangan berat, tidur gelisah, keletihan, kurang istirahat,dsb.
2) Tahap
kedua
Fase realitas penerimaan fakta
kehilangan.
3) Tahap
ketiga
Tahap membuat hubungan baru yang
signifikan. Selama feriode ini, orang yang berduka cita menerima kehilangan dan
individu kembali kepada keadaan normal.
4.3
Riwayat Kesehatan
Seorang bidan dalam mengkaji
riwayat kesehatan ibu, perlu mengkaji hal-hal berikut :
1) Bagaimana
perasaannya, termasuk mood (suasana hati) dan perasaannya menjadi orang tua.
2) Keluhan
atau masalah yang sekarang dirasakan.
3) Kesulitan
dalam berkemih atau defekasi.
4) Perasaannya
tentang persalinan dan kelahiran bayinya.
5) Penjelasan
tentang kelahiran : adakah komplikasi, laserasi, episiotomi.
6) Suplemen
zat besi : adakah ia mendapat tablet zat besi.
7) Pemberian
ASI : apakah berhasil, adakah kesulitan.
4.4 Merumuskan Diagnosa Atau Masalah
Aktual
1)
Masalah
Nyeri
Gangguan
rasa nyeri pada masa nifas
banyak dialami meskipun pada persalinan
normal tanpa komplikasi. Hal tersebut menimbulkan tidak nyaman pada ib, ibu
diharapkan dapat mengatasi gangguan ini dan memberi kenyamanan pada ibu.
Gangguan rasa nyeri yang dialami ibu antara lain :
1) After pains
/ keram perut. Hal ini disebabkan konktraksi dalam relaksasi yang terus menerus
pada uterus. Banyak terjadi pada multipara. Anjurkan untuk meengosongkan
kandung kemih, tidur tengkurap dengan bantal dibawah perut bila perlu beri
analgestik.
2) Pembengkakan
payudara.
3) Nyeri
perineum.
4) Konstipasi.
5) Haemoroid.
6) Diuresis.
2)
Masalah
Infeksi
Infeksi nifas
merupakan salah satu penyebab kematian ibu, infeksi yang mungkin terjadi
adalah infeksi saluran kencing, infeksi pada genitalia, infeksi payudara,
infeksi saluran pernafasan. Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi pasca persalinan.
Infeksi masa nifas
merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu. Infeksi alat genital merupakan
komplikasi masa nifas.
Infeksi yang meluas kesaluran urinaria dan pembedahan merupakan penyebab
terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat dilihat dari suhu pembengkakan
taki kardia dan malaise. Gejala lokal berupa uterus lembek, kemerahan, rasa
nyeri pada payudara atau adanya disuria. Ibu berisiko infeksi postpartum karena
adanya pelepasan plsenta, laserasi pada saluran genital termasuk episiotomi.
Penkyebab infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen.
Masalah infeksi terbagi atas beberapa
macam yaitu :
1) Infeksi
genital
2) Infeksi
saluran kemih
3) Infeksi
saluran pernapasan atas
4) Infeksi
payudara
1) Infeksi
genital
Ibu beresiko mengalami infeksi
postpartum karena adanya luka pada area pelepasan plasenta,laserasi pada
saluran genital dan episiotomi pada perineum penyebab infeksi adalah bakteri
endogen dan eksogen faktor predisposisi infeksi meliputi nutrisi yang buruk
defisiensi zat besi , persalinan
lama , ruftur membran episiotomi atau sexio sesarea.
Gejala klinis endometritis tampak
pada hari ketiga postpartum disertai suhu yang mencapai 39 c, sakit kepala ,
kadang dapat uterus yang lembek. Untuk itu , ibu harus diisolasi. Infeksi genital
dapat di cegah dengan menjaga kebersihan di daerah vulva, vagina dan perineum.
Pembalut harus diganti dengan teratur dan sering. Hal ini untuk menghindari
gesekan antara anus dan vulva ketika mengangkat pembalut karna dapat
memindahkan organisme dari anus sehingga mengontaminasi vulva dan perenium
ketika melepaskan pembalut harus dari arah depan ke belakang
2) Infeksi
saluran kemih
Dapat terjadi karena kurang menjaga
kebersihan dan lebih sering lterjadi jika terdapat retensi urine kurangnya
asupan cairan dan latihan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan vulva, tidak
menahan kencing minum lebih banyak, melakukan latihan dan menghindari
konstipasi
3) Infeksi
saluran pernafasan atas
Bidan
yang sedang flu berat seharusnya tidak dekat ibu dan bayi atau menggunakan
masker.jika berada di dekat mereka sehingga tidak terjadi infeksi silang.
Demikian juga dengan anggota keluarga yang sedang sakit.
4) Infeksi
payudara
Infeksi payudara seperti mastitis
dan abses dapat terjadi karena manajemen laktasi yang tidak benar yang dapat
menyebabkan trauma pada puting sehingga merupakan tempat masuknya kuman
pathogen. Hal ini dapat di cegah dengan manajemen laktasi yang benar dan menyusui
bayi nya on demand.
3)
Masalah
Cemas, Perawatan Perenium, Payudara, ASI Ekslusif
1) Masalah Cemas
Rasa cemas sering timbul pada ibu
masa nifas
karna perubahan fisik dan emosi masih menyesuaikan diri dengan kehadiran bayi.
Pada periode ini tersebut” masa krisis”karena memerlukan banyak perubahan
perilaku,nilai peran. Tingkat kecemasan akan berbeda antara satu dengan yang
lain. Bidan
harus bersikap empati dalam memberikan support mental pada ibu untuk mengatasi
kecemasan. Ingat ASKEB yang holistic tidak hanya berfokus pada kebutuhan fisik
saja yapi juga psikis. Bagaimanapun juga keadaan psikis akan mempengaruhi
kondisi fisik ibu. Atasi kecemasan dengan mendorong ibu untuk mengungkapkan
perasaannya,libatkan suami dan keluarga untuk member dukungan dan beri PENKES
sesuai kebutuhan sehingga dapat membangun kepercayaan diri dalam berperan
sebagai ibu.
Bidan
harus dapat menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang bagaimana mengatasi rasa
cemas selama masa nifas
antara lain:
a. Bidan
dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas nkehadiran bayinya yang
dapat member perasaan senang pada ibu.
b. Dalam
memberi dukungan bidan
dapat melibatkan suami,keluarga dan teman dalam merawat bayi-nya sehingga beban
ibu berkurang. Hal ini akan menciptakan hubungan baik antara ibu dan keluarga,
ibu dan bidan
atau bidan
dan keluarga-nya.
c. Bidan
dapat memberi informasi atau konseling memngenai kebutuhan ibu selama periode
ini. Sehingga membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu.
d. Bidan
dapat mendukung PENKES termasuk pendidikan dalam perannya sebagai ibu.
e. Bidan
dapat membantu dalam hubungan ibu dan bayinya serta menerima bayi dalam
keluarganya.
f. Bidan
juga dapat berperan sebagai teman bagi ibu dan keluarga dalam member nasihat.
g. Waspadai
gejala depresi. Tanyakan pada ibu apa yang ia rasakan serta apakah ia dapat
makan dan tidur dengan nyaman.
2) Perawatan Perineum
a. Anjurkan
ibu untuk tidak menggunakan tampon pasca partum kaerna resiko infeksi.
b. Jelaskan
perkembangan perubahan lochea dari rubra ke serosa hingga menjadi lochea alba.
c. Anjurkan
ibu untuk menyimpan dan melaporkan bekuan darah yang berlebihan serta pembalut
yang dipenuhi darah banyak.
d. Ajari
ibu cara mengganti pembalut setiap kali berkemih atau defekasi dan setelah
mandi pancuran atau rendam.
e. Ibu
dapat menggunakan kompres es segera mungkin dengan menggunakan sarung tangan
atau bungkus es untuk mencegah edema.
f. Ajari
ibu untuk menggunakan botol perineum yang diisi air hangat.
g. Ajari
penting nya membersihkan perineum dari arah depan kea rah belakang untu mencegah
kontaminasi.
h. Ajari
langkah-langkah memberikan rasa nyaman pada area hemorrhoid.
i.
Jelaskan pentingnya mengosongkan kandung
kemih secara adekuat.
j.
Identifikasi gejala ISK. Jelaskan
pentingnya asupan cairan adekuat setiap hari
3) Masalah Payudara
Pembengkakan payudara terjadi
karena adanya gangguan antara akumulasi air susu dan meningkatkan vaskularisasi
dan kongesti. Hal tersebut menyebabkan penyumbatan pada saluran limfa dan vena.
Terjadi pada hari ke 3 post partum baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui
dan berakhir kira-kira 24-28 jam.
Tanda dan gejala gangguan ini
meliputi ibu merasa payudaranya bengkak dan mengalami distensi, kulit payudara
menjadi mengilat dan merah payudara hangat jika disentuh, vena pada payudara
terlihat, payudara nyeri terasa keras dan penuh.
Payudara memiliki beberapa
kelainan:
a. Bendungan
air susu
Selama 24 hingga 48 jam pertama
sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudar sering mengalami distensi menjadi
keras dan benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu atau caked
breast, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bias disertai dengan
kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran vena normal yang
berlebihan dan pengembungan limpatik dalam payudara yang merupakan prekusor
regular untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan over destensi
system lacteal oleh air susu.
b. Mastitis
Inflamasi perinkimatosa gladula
mamae merupakan komplikasi antepartum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang
dijumpai pada masa nifas
dan laktasi. Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum akhir minggu
pertama masa nifas
dan umumnya baru di temukan setelah minggu ke 3 dan ke 4. Bendungan yang
mencolok biasanya mendahului inplamasi dengan keluhan pertama nya berupa
menggigil atau gejala tigor yang sebenarnya yang sering di ikuti oleh kenaikan
suhu tubuh dan peningkatan frekwensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi
serta kemerahan dan pasien mengeluarkan rasa nyeri.
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam
larutan protein laktosa dan garam organic yang disekresi oleh kedia kelenjar
payudara ibu dan merupakan makanan terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala
kebutuhan makanan bayi baik gizi Imunologi atau lainnya pemberian ASI
memberikan kesempatan bagi ibu mencurah kan cinta kasih serta perlindungan
kepada anaknya. Fungsi ini mungkin dapat di alihkan kepada ayah dan merupakan
suatu kelebihan kaum wanita ASI
eksklusif di berikan sejak umur 0 hari sampai 6 bulan.
4)
Masalah
KB, Gizi Dan Tanda Bahaya
dan Teknik Menyusui
a. Idealnya,
pasangan harus menunggu sekurang kurang nya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali
setiap pasangan harus menentukan sendiri nkapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan keluarganya. Akan tetapi petugas kesehatan mampu merencanakan
keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan
yang tidak di inginkan.
b. Biasanya,
wanita tidak akan menghasilkan telur ( ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi
haid nya selama menyusui (amenore laktasi). Oleh karena itu, metode amenore
laktasi dapat digunakan sebelum haid pertama kali untuk mencegah
terjadinya kehamilan
baru resiko menggunakan cara ini adalah 2% kehamilan.
c. Penggunaan
kontrasepsi tetap lebih aman. Terutama apabila ibu sudah haid lagi.
d. Sebelum
menggunakan metode KB
beberapa hal yang harus di jelaskan pada ibu antara lain:
a) Bagaimana
dengan metode ini dapat mencegah kehamilan
dan efektivitas nya.
b) Kelebihan
dan kekurangannya.
c) Efek
samping
d) Bagaimana
menggunakan metode ini?
e) Kapan
metode ini dapat digunajkan untuk wanita pasca bersalin yang menyusui?
f) Jika
seorang ibu atau pasangan telah memiliki metode KB tertentu ada baiknya
ibu atau pasangan berkunjung ulang 2 minggu kemudian untuk mengetahui apakah
metode tersebut bekerja dengan baik.
2)
Gizi
Bidan
berperan dalam penyuluhan tentang gizi pada ibu dan suaminya selama masa nifas
yang meteri nya meliputi:
a. Mengkonsumsi
tambahan 500 kaloti setiap hari
b. Makanan
dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,mineral dan vitamin yang cukup
c. Minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu nuntuk minum setiap kali
setelah menyusui)
d. Tablet
zat besi bisa diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
e. Minum
kapsul vitamin A agar dapat memberikan vitamin A kepada bayi nya melalui ASI
3)
Tanda dan
Bahaya
a. Lelah
dan sulit tidur
b. Adanya
tanda dan infeksi puerperalis (demam)
c. Nyeri/
panas sakit berkemih, nyeri abdomen
d. Sembelit,
hemoroid
e. Sakit
kepala terus menerus, nyeri ulu hati dan edema
f. Lochea
berbau busuk , sangat banyak
g. Putting
susu pecah dan mamae banyak
h. Sulit
menyusui
i.
Rabun senja
j.
Edema, sakit, panas pada tungkai
4)
Teknik
Menyusui Bayi
Posisi
ibu dan bayi yang benar saat menyusui:
a. Berbaring
miring posisi ini adalah posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama
kali atau bila ibu merasa lelah atau merasakan nyeri.
b. Duduk
penting untuk member topangan atau sandaran pada punggung ibu dalam posisi nya
tegak lurus ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat
tidur atau dilantai.
c. Berbaring
miring atau duduk (dengan punggung dan kaki di topang) akan membantu bentuk
untuk payudara dan memberikan ruang untuk menggerakan bayi nya ke posisi yang
baik.
d. Badan
bayi harus di hadapkan kea rah badan ibu dan mulutnya bayi dihadapkan ke
putting susu ibu.
e. Bayi
sebaiknya ditopang pada bahu nya sehingga posisi kepala yang agak terngadah
dapat di pertahankan posisi bibir bawah paling sedikit 1,5 cm dari pangkal
putuing susu
f. Bayi
harus di tempat kan dekat dan ibu nya dikamar yang sama
g. Pemberian
ASI pada bayi sesering mungkin, biasanya BBL ingin minum ASI setiap 2-3jam atau
10-12 kali dalam 24 jam
h. Hanya
berikan kolostrum dan ASI makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit
dan menurunkan persendian ASI
i.
Hindari susu botol dan dot kompeng
j.
Susu botol dan kompeng dan membuat
bayi bingung dan membuatnya menolak putting ibunya atau tidak mengisap dengan
baik.
4.5 Merumuskan Diagnosa
Atau Masalah Potensial Pada Masa Nifas
Pada masalah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasaran rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini
membutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan akan di lakukan pencegahan. Sambil
mengamati pasien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi.
Berikut adalah beberapa diagnosa potensia yang mungkin ditemukan pada
pasien nifas.
1.
Gangguan Perkemihan
Pelvis
renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu
keempat pascapartum. Segera setelah pascapartum kandung kemih,edema, mengalami
kongesti, dan hipotonik, yang dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang
tidak lengkap, dan residu urine yang berlebihan kecuali perawatan diberikan
untuk memastikan berkemih secara periodik. Uretra jarang mengalami obstruksi,
tetapi mungkin tidak dapat dihindari akibat persalinan lama dengan kepala janin dalam
panggul.
Efek
persalinan pada kandung kemih dan uretra
menghilang dalam 24 jam pertama pascapartum, kecuali wanita mengalami infeksi
seluruh saluran kemih. Sekitar 40 % wanita pascapartum tidak mengalami
proteinuria nonpatologis sejak segera setelah melahirkan
hingga hari kedua pascapartum. Spesimen urine harus berupa urine yang diambil
bersih atau kateterisasi, karena kontaminasi lokia juga akan menghasilkan
preeklamsia.
Diuresis
mulai segera setelah melahirkan dan berakhir hingga hari kelima pascapartum.
Produksi urine mungkin lebih dari 3000 ml per hari. Diuresis adalah rute utama
tubuh untuk membuang kelebihan cairan intertisial dan kelebihan volume darah.
Hal ini merupakan penjelasan terhadap perpirasi yang cukup banyak yang dapat
terjadi selama hari – hari pertama pascapartum.
2.
Gangguan BAB
Defekasi
atau buang air bersih harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan
timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin akan terjadi
febris.. Dengan diadakannya mobilisasi sedini – dininya, tidak jarang maslah
ini dapat diatasi. Di tekankan bahwa wanita baru bersalin memang memerlukan
istirahat dalam berjam – jam pertama postpartum, akan tetapi jika persalinan ibu serba normal tanpa kelainan,
maka wanita yang baru bersalin itu bukan seorang penderita dan hendaknya jangan
dirawat seperti seorang penderita
3.
Gangguan Hubungan Seksual
Secara
alami, sesudah melewati masa nifas kondisi organ reproduksi ibu sudah
kembali normal. Tetapi tak jarang masih mengalami rasa sakit, ini disebabkan
oleh proses pengembalian fungsi tubuh belum berlangsung sempurna seperti fungsi
pembasahan vagina yang belum kembali seperti semula. Namun, bisa juga keluhan
ini disebabkan karna kram otot, infeksi atau luka jahitan pada perineum yang
masih dalam proses penyembuhan.
Rasa
nyeri pada saat sanggama atau dyspareunia. Pada kasus semacam ini ada beberapa
kemungkinan yang bisa menjadi penyebab, yaitu:
1) Terbentuknya jaringan baru pasca
melahirkan karena proses penyembuhan luka guntingan jalan lahir masih sensitif
sehingga kondisi alat reproduksi belum kembali seperti semula.
2) Adanya infeksi, bisa disebabkan karena bakteri, virus,
atau jamur.
3)
Adanya penyakit dalam kandungan (tumor, dll).
4)
Konsumsi jamu. Jamu-jamu ini mengandung zat-zat yang
memiliki sifat astingents yang berakibat menghambat produksi cairan
pelumas pada vagina saat seorang wanita terangsang seksual.
5)
Faktor psikologis yaitu kecemasan yang berlebihan
turut berperan, seperti:
a.
Kurang siap secara mental untuk berhubungan seks
(persepsi salah tentang seks, dll).
b.
Adanya trauma masa lalu (fisik, seks).
c.
Tipe kepribadian yang kurang fleksibel.
d.
Komunikasi suami istri kurang baik .
Beberapa faktor lain diantaranya:
a.
Beberapa wanita merasakan perannya sebagai orang tua
sehingga timbul tekanan dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan perannya.
b.
Karena adanya luka bekas episiotomy
c.
Karena takut merusak keindahan tubuhnya
d.
Kurangnya informasi tentang seks setelah melahirkan
Penyebab
Apati Seksual pasca salin
1)
Stress dan Traumatik
Kelahiran bayi bisa menjadi
pengalaman yang dapat menimbulkan traumatik terutama jika ibu belum
dipersiapkan secukupnya. Banyak ibu yang mempunyan pengharapan yang tidak
realistik tentang kelahiran. Misalnya : persalinan berlangsung lama atau persalinan yang memerlukan tindakan.
Adanya luka episiotomi, hal ini bila
penjahitan luka episiotomi dilakukan dengan tidak benar maka akan mengakibatkan
rasa nyeri dan rasa tidak nyaman di saat ibu berjalan dan duduk. Hal ini bisa
berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan walaupun mungkin
sayatan itu sendiri sudah sembuh.
2)
Keletihan
Bagi seorang ibu yang baru dan belum
berpengalaman selain harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang biasa, ia
juga harus menghadapi bayinya yang tidak mau tidur, sering menangis atau
bermasalah dalam menyusu. Maka ibu tentu menjadi letih dan lemas sehingga
gairah seks pun merosot.
3)
Depresi
Penyebabnya adalah keadaan tidak
bersemangat akibat perasaan kelabu pasca persalinan. Perasaan ini biasanya terjadi
dalam beberapa minggu setelah kelahiran bayi. Hal ini dapat terjadi depresi
berat yang berupa : insomnia, anoreksia (hilangnya nafsu makan), halusinasi
(membayangkan yang bukan-bukan) dan kecenderungan untuk menghilangkan kontak
dengan kenyataan.
Keluhan yang timbul saat hubungan
seksual pasca salin:
1) Rasa Nyeri
Hal ini disebabkan fungsi pembasahan
vagina yang belum kembali seperti semula, atau luka yang masih dalam proses
penyembuhan.
2) Sensivitas berkurang
Karena persalinan normal merupakan trauma bagi vagina
yaitu melebarnya otot-otot vagina.
4.6
Merencanakan Asuhan Kebidanan Masa Nifas
1.
Evaluasi
secara terus – menerus
Bidan harus
melakukan evaluasi secara terus-menerus selama masa nifas. Selain itu, memantau
kondisi ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua. Bidan
boleh meninggalkan ibu setelah dua jam pertama jika tidak terdapat tanda-tanda
bahaya. Asuhan masa nifas dirangkum dalam 2-6 jam, 2-6 hari, dan 2-6 minggu,
namun waktu spesifik ini tidak diinterpretasikan secara kaku. Akan lebih baik
lagi jika bidan memantau kondisi ibu satu kali dalam sehari pada setiap
kunjungan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesehatan ibu dan mendeteksi
adanya komplikasi.
Evaluasi secara terus-menerus,
meliputi :
1)
Meninjau ulang data
a. Catatan
intrapartum dan antepartum (jika tidak diketahui atau merupakan kunjungan
pertama)
b. Jumlah
jam atau hari postpartum
c. Catatan
pengawasan dan perkembangan sebelumnya
d. Catatan
suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah postpartum
e. Catatan
hasil laboratorium
f. Catatan
pengobatan
2)
Mengkaji riwayat
a. Ambulasi
:
a) Apakah
ibu melakukan ambulasi ?
b) Seberapa
sering ?
c) Apakah
kesulitan ?
d) Dengan
bantuan atau mandiri ?
e) Apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi ?
b. Berkemih
:
a) Bagaimana
frekuensinya ?
b) Jumlah
?
c) Apakah
ada nyeri ?
d) Atau
disuria ?
c. Defekasi
:
a) Bagaimana
frekuensinya ?
b) Jumlah
?
c) Konsistensinya
?
d. Nafsu
makan :
a) Apa
yang ia makan ?
b) Seberapa
sering ?
c) Apakah
ada rasa panas pada perut ?
d) Mual
?
e) Muntah
?
e. Gangguan
ketidaknyamanan atau nyeri :
a) Lokasinya
?
b) Kapan
?
c) Tipe
nyeri ?
d) Apa
yang dapat mengurangi nyeri tersebut ?
f. Psikologis
ibu :
a) Bagaimana
perhatian terhadap dirinya dan bayinya ?
b) Perasaan
terhadap bayinya ?
c) Perasaan
terhadap persalinan ?
g. Istirahat
dan tidur :
a) Apakah
ibu mengalami gangguan tidur ?
b) Apakah
ibu mengalami kelelahan ?
h. Menyusui
:
a) Bagaimana
proses menyusui dikaitkan dengan dirinya dan bayi ?
b) Apakah
ada reaksi antara ibu dan bayi selama menyusui ?
c) Apakah
ada masalah atau pertanyaan (mis., waktu menyusui, posisi, rasa sakit pada
puting, atau pembengkakan) ?
3)
Pemeriksaan fisik
a. Mengukur
tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan
b. Memeriksa
payudara dan puting, apakah ada pembengkakan atau lecet pada puting dan infeksi
c. Memeriksa
abdomen, terdiri dari palpasi uterus (memastikan kontraksi baik) dan kandung
kemih
d. Memeriksa
lokia : bagaimana jumlah, warna, konsistensi, dan bau
e. Memeriksa
perineum : bagaimana penyembuhan (adakah edema, hematoma, nanah, luka yang
terbuka, dan hemoroid)
f. Memeriksa
kaki : adakah varises, edema, tanda Homan, refleks, nyeri tekan dan kemerahan
pada betis
2.
Gangguan
rasa nyeri dan ketidaknyamanan
Bidan diharapkan dapat
memberi asuhan terhadap gangguan rasa nyeri dan ketidaknyamanan tersebut, yang
diuraikan sebagai berikut :
1) After Pain
atau Kram Perut
Hal ini disebabkan oleh
adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi yang terus-menerus pada uterus.
Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita dengan paritas yang banyak
(multipara) dan wanita menyusui. Cara yang efektif untuk mengurangi after pain adalah dengan mengosongkan
kandung kemih yang penuh yang menyebabkan kontraksi uterus tidak optimal.
Ketika kandung kemih kosong, ibu dapat telungkup dengan bantal dibawah perut.
Hal ini akan menjaga kontraksi dan menghilangkan nyeri. Beri tahu ibu bahwa
ketika ia telungkup pertama kali, ia akan merasakan kram yang hebat sekitar 5
menit sebelum nyeri hilang. Pada keadaan ini dapat juga diberi analgesik
(parasetamol, asam mefenamat, kodein, atau asetaminofen).
2) Pembengkakan
Payudara
Pembengkakan payudara
terjadi karena adanya gangguan antara akumulasi air susu dan meningkatnya
vaskularitas dan kongesti. Hal tersebut menyebabkan penyumbatan pada saluran
limfa dan vena, terjadi pada hari ke-3 postpartum baik pada ibu menyusui maupun
tidak menyusui dan berakhir kira-kira 24-48 jam.
Tanda dan gejala
gangguan ini meliputi ibu merasa payudaranya bengkak dan mengalami distensi,
kulit payudara menjadi mengilat, dan merah, payudara hangat jika disentuh, vena
pada payudara terlihat payudara nyeri, terasa keras, dan penuh. Cara mengurangi
pembengkakan, antara lain :
a. Untuk
ibu menyusui
a) Menyusui
sesering mungkin
b) Menyusui
setiap 2-3 jam sekali secara teratur tanpa makanan tambahan
c) Gunakan
kedua payudara saat menyusui
d) Gunakan
air hangat pada payudara, dengan menempelkan kain atau handuk yang hangat pada
payudara
e) Jika
ada pembengkakan pada areola atau jika payudara masih terasa penuh setelah
menyusui, lakukan pengeluaran ASI secara manual
f) Gunakan
bra yang kuat untuk menyangga payudara, pastikan bahwa bra tidak menekan
payudara karena dapat menyebabkan penekanan lebih lanjut
g) Letakkan
kantong es pada payudara diantara waktu menyusui untuk mengurangi nyeri
h) Minum
parasetamol/asetaminofen untuk mengurangi rasa nyeri
b. Bagi
ibu yang tidak menyusui
a) Gunakan
bra yang kuat menyangga payudara dan tepat ukurannya.
b) Letakkan
kantong es pada payudara untuk mengurangi rasa nyeri dan menghalangi aliran
ASI.
c) Yakinkan
diri bahwa itu hanya terjadi selama 24-48 jam.
d) Hindari
masase payudara dan memberi susuatu yang hangat pada payudara karena dapat
meningkatkan produksi ASI.
e) Minum
parasetamol/asetaminofen untuk menghilangkan nyeri.
3) Nyeri
Perineum
Nyeri perineum dapat
disebabkan oleh episiotomi, laserasi, atau jahitan. Sebelum memberikan asuhan,
sebaiknya bidan mengkaji apakah nyeri yang dialami ibu normal atau ada
komplikasi, seperti hematoma atau infeksi. Asuhan yang dapat diberikan untuk
nyeri perineum, yaitu :
a. Letakkan
kantong es didaerah genital untuk mengurangi rasa nyeri, selama ±20 menit, 2
atau 3 kali sehari.
b. Lakukan
rendam duduk dalam air hangat atau dingin sedalam 10-15 cm selama 30 menit, 2
atau 3 kali sehari. Perhatikan kebersihan bak mandi agar tidak terjadi infeksi
(tidak dilakukan pada ibu dengan jahitan diperineum).
c. Lakukan
latihan kegel untuk meningkatkan sirkulasi didaerah tersebut dan membantu
memulihkan tonus otot. Untuk melakukan hal ini, bayangkan otot perineum sebagai
elevator. Ketika rileks, elevator tersebut berada dilantai satu. Secara
perlahan, kontraksi otot anda untuk mengangkatnya ke lantai dua, tiga, dan
empat. Ketika sudah mencapai lantai empat, tahan selama beberapa detik,
kemudian secara perlahan rileks kembali. Gerakan ini dapat dilakukan kapan pun.
d. Minum
parasetamol/asetaminofen untuk mengurangi nyeri.
4) Nyeri
berhubungan seksual pertama kali setelah melahirkan
Lakukan pendekatan
kepada pasangan bahwa saat hubungan seksual diawal postprtum akan menimbulkan
rasa nyeri. Oleh karena itu, sangat dipertimbangkan mengenai tekhnik hubungan
seksual yang nyaman.
5) Nyeri
punggung
a. Beri
obat pereda rasa nyeri.
b. Lakukan
fisioterapi.
c. Jaga
postur tubuh yang baik (duduk selalu tegak, posisi tidur yang nyaman bantal
tidak terlalu tinggi).
6) Nyeri
pada kaki
a. Lakukan
kompres air hangat dan garam.
b. Tidur
posisi lebih tinggi dari badan.
c. Pijat
kaki menggunakan minyak kelapa.
7) Nyeri
pada kepala (sakit kepala)
a. Berikan
obat pereda rasa nyeri.
b. Kompres
air hangat ditengkuk.
c. Pijat
lembut punggung.
8) Nyeri
pada leher dan bahu
a. Kompres
air hangat pada leher dan bahu.
b. Pijat
bahu dan punggung.
c. Usahakan
psisi tidur yang nyaman dan istirahat cukup.
3.
Mengatasi
infeksi
1) Infeksi
Genital
Ibu berisiko mengalami
infeksi postpartum karena adanya luka pada area pelepasan plasenta, laserasi
pada saluran genital, dan episiotomi pada perineum. Penyebab infeksi adalah
bakteri endogen dan eksogen. Faktor predisposisi infeksi meliputi nutrisi yang
buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama, ruptur membran, episiotomi, atau
seksio sesaria.
Gejala klinis
endometritis tampak pada hari ke-3 postpartum disertai suhu yang mencapai 390C,
takikardi, sakit kepala, kadang terdapat uterus yang lembek. Untuk itu, ibu
harus diisolasi. Infeksi genital dapat dicegah dengan menjaga kebersihan
didaerah vulva, vagina, dan perineum. Pembalut harus diganti dengan teratur dan
sering. Hal ini untuk menghindari gesekan antara anus dan vulva ketika
mengangkat pembalut karena dapat memindahkan organisme dari anus sehingga
mengontaminasi vulva dan perineum. Ketika melepaskan pembalut harus dari arah
depan ke belakang.
2) Infeksi
Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih
dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan dan lebih sering terjadi jika
terdapat retensi urine, kurangnya asupan cairan dan latihan. Ibu dianjurkan
untuk menjaga kebersihan vulva, tidak menahan kencing, minum lebih banyak, melakukan
latihan, dan menghindari konstipasi.
3) Infeksi
Saluran Pernapasan Atas
Bidan yang sedang flu
berat seharusnya tidak ibu dan bayi atau menggunakan masker jika berada di
dekat mereka, sehingga tidak terjadi infeksi silang. Demikian juga dengan anggota
keluarga yang sedang sakit.
4) Infeksi
Payudara
Infeksi payudara –
seperti mastitis dan abses – dapat terjadi karena manajemen laktasi yang tidak
benar yang dapat menyebabkan trauma pada puting sehingga merupakan tempat
masuknya kuman patogen. Hal ini dapat dicegah dengan manajemen laktasi yang
benar dan menyusui bayinya on demand.
4.
Mengatasi
cemas
Peran bidan disini menjelaskan pada
ibu dan suaminya tentang bagaimana mengatasi rasa cemas selama masa nifas,
antara lain :
1) Bidan
dapat memerhatikan dan memberi ucapan selamat atas kehadiran bayinya yang dapat
memberi perasaan senang pada ibu.
2) Dalam
memberikan dukungan, bidan dapat melibatkan suami, keluarga, dan teman dalam
merawat bayinya sehingga beban ibu berkurang. Hal ini akan menciptakan hubungan
baik antara ibu dan keluarga, ibu dan bidan, atau bidan dan keluarga.
3) Bidan
dapat memberi informasi atau konseling mengenai kebutuhan ibu selama periode ini, sehingga membangun
kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu.
4) Bidan
dapat mendukung pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan dalam perannya
sebagai orang tua.
5) Bidan
dapat membantu dalam hubungan ibu dan bayinya serta penerimaan bayi dalam
keluarga.
6) Bidan
juga dapat berperan sebagai teman bagi ibu dan keluarga dalam memberi nasihat :
a. Bagi
ibu :
a) Ibu
dianjurkan untuk mendidik dirinya. Bila ada riwayat depresi dalam keluarga, ibu
beresiko mengalami depresi setelah melahirkan. Ibu harus mengetahui
tanda-tandanya. Depresi ini dapat diobati.
b) Ibu
dianjurkan menerima apa yang dirasakan. Perubahan yang tiba-tiba atau mood
swings merupakan hal yang normal setelah melahirkan. Sharon Thomson, Ph.D,
seorang ahli psikologi di jaringan CIGNA Behavioral Health, berpendapat,
‘‘Izinkan diri anda untuk berbicara mengenai perasaan, baik yang positif maupun
yang negatif.’’
c) Ibu
dianjurkan berterus terang Dr. Thomson mengusulkan agar ibu meminta pertolongan
sehubungan dengan bayi barunya. Tidak saja untuk hal-hal yang bersifat fisik,
tetapi juga untuk dukungan emosional. Dengan mampu mengatakan, ‘‘saya perlu
istirahat. Maukah anda mengawasi bayiku?’’ orang akan mudah menolong bila
mereka tau apa yang anda butuhkan.
b. Bagi
keluarga, menurut Dr. Thomson, bidan harus menjadi orang yang penuh perhatian.
Dengarkan ungkapan perasaan ibu, tetapi jangan memperbaikinya. Katakan padanya
bahwa anda memerhatikannya.
7) Waspadai
gejala depresi. Tanyakan pada ibu apa yang ia rasakan serta apakah ia dapat
makan dan tidur dengan nyaman.
5.
Persiapan
pasien pulang
1) Ibu
:
a. Pastikan
kondisi ibu siap untuk dibawa pulang.
b. Obat
– obatan yang akan dibawa pulang disiapkan dan diajari cara meminumnya.
c. Penjelasan
waktu kontrol kesehatannya.
d. Mengajari
ibu tanda-tanda bahaya. Ajarkan ibu jika
melihat hal-hal berikut atau perhatikan bila ada sesuatu yang tidak beres,
sehingga perlu menemui seorang bidan dengan segera :
a) Perdarahan
hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau
jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut dalam waktu setengah
jam).
b) Pengeluaran
cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
c) Rasa
nyeri diperut bagian bawah atau punggung.
d) Sakit
kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan.
e) Pembengkakan
pada wajah dan tangan.
f) Demam,
muntah, rasa sakit saat berkemih atau merasa tidak enak badan.
g) Payudara
merah, panas, dan / atau sakit.
h) Kehilangan
selera makan untuk waktu yang lama.
i)
Rasa sakit, warna merah, nyeri tekan,
dan / atau pembengkakan pada kaki.
j)
Merasa sedih atau merasa tidak mampu
mengurus diri sendiri dan bayinya.
k) Merasa
sangat letih atau napas terengah-engah.
e. Mengajari
ibu proses fisiologis masa pasca bersalin dan perilaku yang baik pada kondisi
tersebut :
a) Pengeluaran lokia
Setelah bersalin, rahim
berusaha memulihkan keadaannya sendiri dengan cara membersihkan lapisan bagian
luar, dan membangun kembali lapisan baru dari dalam. Ketika ia menguras lapisan
lama, kotoran tersebut akan keluar melalui vagina seperti saat datang bulan.
Warna dan konsistensinya akan berubah seiring waktu. Jelaskan tentang jumlah
dan konsistensi yang normal dari lokia. Sangat penting menjaga kebersihan,
mengganti pembalut secara teratur, dan menjaga vagina tetap kering dan bersih.
b) Nyeri setelah kelahiran pada fundus
Mulas terjadi karena
rahim berkontraksi agar ia dapat kembali ke keadaan sebelum hamil. Selain itu,
dipengaruhi oleh pemberian obat-obatan dan proses menyusui. Ada beberapa hal
yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi rasa nyeri, antara lain :
· Cegah
agar kandung kemih tidak penuh
· Berbaring
telungkup dengan sebuah bantal dibawah perut
· Mandi,
duduk, berjalan-jalan, atau mengubah posisi
· Minum
parasetamol kira-kira satu jam sebelum menyusui
· Pastikan
ibu mengerti bahwa kontraksi ini sangat penting untuk mengendalikan perdarahan
c) Perineum
Vagina dan vulva akan
sedikit memerah, bengkak, lecet, dan nyeri, mungkin juga terluka. Selain itu,
terasa lebih lembut. Biasanya akan hilang setelah 1-2 minggu. Tindakan untuk
mengurangi rasa nyeri :
· Kompres
es
· Rendam
duduk
· Latihan
kegel
d) Hemoroid
Sangat wajar terjadi
hemoroid karena tekanan kepala dan upaya meneran. Ada beberapa hal untuk
mengurangi rasa nyeri ini, yaitu :
· Rendam
duduk
· Hindari
duduk terlalu lama
· Banyak
minum dan makan makanan berserat
· Bidan
dapat menggunakan salep nupercainal
e) Diuresis/diaforesis
Saat hamil, tubuh
menyimpan cairan yang banyak. Setelah lahir, tubuh membuangnya lewat urine dan
keringat. Hal ini terjadi pada minggu pertama pascabersalin. Anjurkan ibu untuk
tidak menghambat proses ini. Tetaplah minum air putih yang banyak, hindari
menahan berkemih, kenakan pakaian yang menyerap keringat, dan lain-lain.
f) Bengkak dan pembesaran payudara
· Kompres
hangat payudara dengan kain atau handuk yang dihangatkan, atau mandi hangat.
· Jika
bengkak, perah ASI secara manual sebelum memberikannya kepada bayi.
· Jika
bayi sudah kenyang dan payudara masih penuh, perah susu secara manual.
· Gunakan
BH/bra yang baik.
· Jika
perlu, minum parasetamol untuk mengurangi rasa sakit.
g) Hubungan seksual
Dapat dilakukan pada
minggu ke-2 sampai minggu ke-4 jika tidak ada perdarahan dan luka episiotomi
sudah sembuh. Untuk mengurangi rasa nyeri, gunakan lubrikasi. Penetrasi penis
harus hati-hati.
2) Suami
a. Ikut
berperan serta dalam merawat ibu dan bayinya.
b. Selalu
siaga dan waspada jika terdapat tanda-tanda bahaya serta siap mengantar istri
dan anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Selalu
memberikan dukungan fisik dan psikologi terhadap istri dalam rangka
keberhasilan proses menyusui.
d. Sebagai
pembuat keputusan kapan istri harus beristirahat.
3) Bayi
a. Kondisi
bayi baik, tidak ada gangguan pernapasan, badan kuning, dan gangguan eliminasi.
b. Pastikan
refleks isap baik dan proses menyusui tidak ada masalah.
4) Keluarga
a. Adanya
dukungan yang positif bagi ibu nifas untuk keberhasilan proses adaptasi dan
menyusui.
b. Penentuan
pengambilan keputusan yang dominan dalam keluarga mengenai kapan harus
beristirahat dan jenis makan apa yang boleh dimakan.
6.
Anticipatory
guidance
1) Ibu
:
a. Perawatan
perineum.
b. Perawatan
payudara ibu yang menyusui.
c. Latihan
pengencangan abdomen.
d. Nutrisi.
e. Istirahat.
f. Personal
higenitas.
g. Normalitas
baby blues.
h. Tanda-tanda
bahaya, meliputi demam, perdarahan, nyeri abdomen, bengkak payudara, odem
tungkai, dan depresi.
i.
Bagaimana menghubungi bidan/sumber lain.
j.
Jadwal kembali kontrol kesehatannya.
2) Bayi
:
a. Informasi
edukasi bagi ibu yang menyusui.
b. Jika
membersihkan susu dari botol, jelaskan cara penyimpanan susu, perawatan,
peyimpanan susu, perawatan, penyiapan botol dan dot susu, dan cara memegang
bayi saat memberikan susu botol.
c. Cara
menyendawakan.
d. Memandikan
bayi.
e. Memakai
pakaian.
f. Perawatan
tali pusat.
g. Pencegahan
ruam popok.
h. Cara
mengukur TTV.
i.
Mengerti arti tangis bayi, misalnya
lapar, BAK, posisi tidak nyaman, nyeri, dan pakaian yang kurang menyerap
keringat.
j.
Tanda bayi sakit, misalnya demam, diare,
ikterus, dan lain-lain, segera beri perawatan.
k. Pentingnya
check up dan imunisasi.
3) Ibu
dalam hubungannya dengan orang lain :
a. Sibling rivalry.
b. Kebutuhan
dan ketakutan paangannya.
c. Transisi
hubungan keluarga.
d. KB.
e. Memulai
kembali hubungan seksual.
f. Kebutuhan
waktu untuk bersama dengan pasangannya dan berpisah dengan bayinya.
7.
Deteksi
dini komplikasi pada ibu masa nifas
1) Perdarahan
pervaginam
a. Atonia
uteri
a) Definisi
Atonia uteri adalah
gagalnya uterus yang berkontraksi dengan baik setelah persalinan.
b) Penyebab
· Umur
yang terlalu muda/terlalu tua
· Paritas
(multipara dan grandemulti)
· Partus
lama
· Uterus
terlalu regang atau besar (pada gemelli, bayi besar)
· Kelainan
uterus
· Faktor
sosial ekonomi
c) Penanganan
· Segera
lakukan massage uterus dan suntikan ergometrin secara IV
· Jika
tindakan ini tidak berhasil, lakukan kompresi bimanual pada uterus
b. Robekan
jalan lahir
a) Definisi
Robekan jalan lahir
merupakan penyebab kedua tersering perdarahan postpartum.
b) Gejala
· Perdarahan
segera
· Darah
segar mengalir segera setelah bayi lahir
· Kontraksi
uterus baik
· Plasenta
baik, kadang ibu terlihat pucat
· Ibu
tampak lemah
· Menggigil
c) Klasifikasi
derajat robekan perineum dibagi empat
· Tingkat
1
Robekan hanya pada
selaput lendir vagina atau tanpa mengenai kulit perineum.
· Tingkat
2
Robekan mengenai
selaput lendir vagina dan otot perinea transversalis, tapi tidak mengenai
spingter ani.
· Tingkat
3
Robekan mengenai
seluruh perineum dan otot spingter ani.
· Tingkat
4
Robekan sampai mukosa
rectum.
d) Penanganan
Hecting perineum.
c. Retensio
plasenta
a) Definisi
Keadaan ketika plasenta
belum lahir dalam waktu lebih dari 30 menit setelah bayi lahir.
b) Penyebab
· Plasenta
belum lepas dari dinding uterus, menurut perlekatannya dibagi menjadi :
Ø Plasenta
normal
Ø Plasenta
adesiva
Ø Plasenta
inkreta
Ø Plasenta
akreta
Ø Plasenta
perkreta
· Plasenta
sudah lepas akan, tetapi belum dilahirkan
c) Penanganan
· Manual
plasenta
· Perasat
Crede
d. Tertinggalnya
sisa plasenta
a) Definisi
Jika ditemukan adanya
kotiledon yang tidak lengkap dan masih adanya perdarahan pervaginam, padahal
plasenta telah lahir.
b) Penanganan
Sama seperti penanganan
retensio plasenta.
e. Inversio
uteri
a) Definisi
Keadaan ketika keadaan
fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya ke dalam kavum uteri.
b) Klasifikasi
inversio uteri
· Inversio
uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol kedalam kavum uteri, namun belum
keluar dari ruangan rongga rahim.
· Inversio
uteri sedang : fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina.
· Inversio
uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar
vagina.
c) Penyebab
· Uterus
lembek, lemah, dan tipis dindingnya.
· Grandemultipara.
· Kelemahan
alat kandungan (tonus otot rahim yang lemah).
· Tekanan
intra abdominal yang tinggi (misalnya, mengejan/batuk).
d) Penanganan
·
Perbaiki keadaan umum ibu.
·
Berikan oksigen.
·
Infus IV cairan elektrolit dan transfusi
darah.
·
Setelah itu, lakukan reposisi dengan
anestesi umum.
2) Infeksi
masa nifas
a. Infeksi
pada vulva, vagina, dan serviks
a) Vulvitis
Jaringan sekitar
sayatan episiotomi membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan
mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus, dan mengeluarkan pus.
b) Vaginitis
Permukaan mukosa
membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, serta getah mengandung nanah dan
keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi
tinggal terbatas.
c) Servisitis
Luka serviks dalam,
luas, dan langsung ke dasar ligamentum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar
ke parametrium.
b. Tanda
dan gejala khas infeksi vulva, vagina, dan serviks
a) Rasa
nyeri dan panas pada tempat infeksi.
b) Kadang-kadang
nyeri saat buang air kecil.
c) Nadi
dibawah 100 kali/menit.
d) Getah
radang dapat keluar.
e) Suhu
sekitar 380C.
f) Bila
luka infeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam naik
sampai 390-400C disertai menggigil.
c. Endometritis
a) Endometritis
merupakan jenis infeksi yang paling sering. Kuman-kuman memasuki endometrium
biasanya pada luka bekas insersio plasenta dan dalam waktu singkat
mengikutsertakan seluruh endometrium.
b) Pada
batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri
atas leukosit. Leukosit akan membuat pagar pertahanan dan disamping itu akan
keluar serum yang mengandung zat anti.
c) Gambaran
klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat
trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea tertahan oleh darah, sisa-sisa
plasenta, dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan ‘‘lokeometra’’.
d) Hal
ini dapat menyebabkan kenaikan suhu.
e) Pada
endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari pertama merasa kurang sehat
dan perut nyeri, mulai hari ketiga suhunya meningkat, nadi cepat, namun dalam
kurun waktu 1 minggu keadaan akan menjadi normal.
d. Septikemia
dan pyemia
a) Septikemia
Pada infeksi ini,
kuman-kuman dari uterus langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan
menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia
dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah.
b) Pyemia
Pada pyemia, terdapat
tromboplebitis yang menjalar ke vena uterine, vena hipogastrik, dan atau vena
ovari. Gejala yang muncul adalah sbb :
· Perut
nyeri.
· Suhu
berulang-ulang meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti
dengan turunnya suhu.
· Lambat
laun timbul gejala abses pada paru-paru, jantung, pneumoni, dan plueritis.
e. Peritonitis,
salpingitis, dan ooforitis
a) Peritonitis
· Infeksi
nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe didalam uterus langsung mencapai
peritonium sehingga menyebabkan peritonitis.
· Peritonitis
yang hanya terbatas pada daerah pelvis, gejalanya tidak seberat pada
peritonitis umum.
· Penderita
demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Sedangkan, pada
peritonitis umum suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, muka menjadi pucat, mata cekung, dan kulit muka dingin.
· Penanganan
:
Ø Lakukan
nasogastric suction.
Ø Berikan
infus (NaCL atau RL).
Ø Berikan
antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam : Ampisilin 2 gr IV, kemudian 1
gr setiap 6 jam, ditambah gentamicin 5 mg/kgBB IV dosis tunggal/hari, dan
metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
Ø Laparatomi
diperlukan untuk pembersihan perut (perotonial
lavage).
b) Salpingitis
dan ooforitis
· Terjadi
kadang-kadang, walaupun jarang, infeksi ini menjalar sampai ke tuba falopi,
bahkan sampai ke ovarium. Disini terjadi salpingitis/ooforitis yang sukar
dipisahkan dari pelvio peritonitis.
· Penangannya
: pemberian antibiotika dan roborantika untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
3) Sakit
kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur
a. Sakit
kepala
a) Sakit
kepala bisa terjadi selama kehamilan dan sering merupakan ketidaknyamanan yang
normal dalam kehamilan.
b) Sakit
kepala yang menunjukkan masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan
tidak hilang setelah beristirahat.
c) Kadang-kadang
dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu mungkin merasa penglihatannya
menjadi kabur atau berbayang.
d) Sakit
kepala dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsi.
b. Penglihatan
kabur
a) Oleh
karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah selama proses
persalinan.
b) Perubahan
ringan adalah normal.
c) Perubahan
penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin
merupakan gejala pre-eklamsi.
c. Gejala
a) Ekspresi
wajah ibu kelihatan menahan sakit.
b) Mata
dikerjap-kerjapkan supaya pandangan lebih jelas.
c) Vital
sign : tekanan darah meningkat (lebih dari normal).
d) Kenaikan
berat badan yang drastis sejak kehamilan.
e) Kaki
oedem kanan-kiri.
d. Penanganan
a) Pre-eklamsi
ringan
· Rawat
jalan :
Ø Banyak
istirahat
Ø Diet
TKTP
Ø Diet
rendah garam dan lemak
Ø Konsumsi
vitamin, sayuran, dan buah
Ø Pemberian
sedatif ringan
Ø Cek
lab darah
Ø Cek
lab urine
· Rawat
inap :
Ø Dalam
dua minggu rawat jalan tidak menunjukkan perubahan.
Ø Berat
badan bertambah.
Ø Timbul
salah satu gejala pre-eklamsi berat.
b) Pre-eklamsi
berat
· Penderita
diriwayat diruang yang tenang.
· Diet cukup protein (100 gram/hari) dan kurang
garam (0,5 gram/hari).
· Infus
RL 125/jam (20 tetes/menit).
· MgSO4
40 gram.
4) Pembengkakan
diwajah atau ekstremitas
a. Gejala
a) Keadaan
umum ibu kelihatan menurun (lemah).
b) Vital
sign : nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu normal, dan pernapasan
meningkat.
c) Terdapat
odem pada wajah dan ekstremitas.
d) Pasien
kelihatan pucat.
e) Ujung
jari pucat sampai berwarna biru.
f) Berkeringat.
g) Aktivitas
berkurang.
b. Penanganan
a) Perbanyak
istirahat.
b) Diet
TKTP rendah garam.
c) Pemantauan
vital sign.
d) Kolaborasi
serta rujuk pasien bila tidak terdapat tanda-tanda perbaikan keadaan umum.
5) Demam,
muntah, dan rasa sakit waktu berkemih
a. Gejala
a) Suhu
tubuh meningkat.
b) Denyut
nadi cepat.
c) Sakit
saat ditekan daerah bagian atas simpisis pubis dan daerah lipatan paha.
d) Pemeriksaan
laboratorium jumlah leukosit meningkat, terdapat bakteri.
e) Ibu
mengeluh sering anyang-anyangan.
b. Penanganan
a) Pemberian
parasetamol 500 mg sebanyak 3-4 kali/hari.
b) Antibiotik
sesuai dengan mikroorganisme yang ditemukan.
c) Minum
yang banyak.
d) Kateterisasi
bila perlu.
e) Makan-makanan
yang bergizi.
f) Jaga
kebersihan daerah genetalia.
6) Payudara
yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
a. Bendungan
ASI
Pada permulaan nifas,
apabila bayi belum menyusui dengan baik atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar
air susu tidak dikosongkan dengan sempurna, akan terjadi pembendungan air susu.
a) Gejala
· Payudara
panas.
· Keras.
· Nyeri
pada perabaan.
· Suhu
tubuh tidak naik.
b) Penanganan
· Menyokong
payudara dengan BH dan memberikan analgetik.
· Beri
stilboestrol 3 kali/hari 1 mg selama 2-3 hari (sementara waktu) untuk
mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.
b. Mastitis
a) Gejala
· Rasa
panas-dingin disertai dengan kenaikan suhu.
· Penderita
merasa lesu.
· Tidak
nafsu makan.
· Payudara
membesar, nyeri.
· Kulit
merah pada suatu tempat dibagian payudara.
· Membengkak
sedikit.
· Nyeri
saat perabaan.
b) Pencegahan
· Perawatan
puting susu pada masa laktasi merupakan usaha penting mencegah mastitis.
· Perawatan
dengan cara membersihkan puting sebelum dan sesudah menyusui untuk
menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering.
· Bila
ada retak/luka puting, sebaiknya bayi jangan menyusu pada bagian payudara yang
sakit sampai luka sembuh. ASI dikeluarkan dengan pemijatan.
c) Penanganan
· Segera
setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari payudara yang sakit
dihentikan dan berikan antibiotik.
· Bila
ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit, mungkin pada abses.
Untuk mencegah kerusakan pada ductus lactiferous, sayatan dibuat sejajar.
7) Kehilangan
nafsu makan dalam waktu yang lama
a. Kemungkinan
penyulit
a) Pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada ibu nifas akan kurang.
b) Terjadi
gangguan dalam proses laktasi dan menyusui.
c) Kurangi
maksimalnya ibu dalam merawat bayinya.
b. Penanganan
a) Pemberian
dukungan mental pada ibu.
b) Pemberian
KIE mengenai pentingnya asupan gizi yang baik untuk ibu dan bayinya.
c) Kaji
sejauh mana dukungan keluarga untuk mengatasi permasalahan ini.
d) Fasilitasi
dengan pemberian bimbingan dalam penyusunan menu seimbang sesuai selera
ibu.
8) Rasa
sakit, merah, lunak, dan atau pembengkakan dikaki
a. Gejala
a) Suhu
badan meningkat selama 7 hari mulai hari ke 10 sampai hari ke 20 yang disertai
menggigil dan nyeri.
b) Nyeri
hebat pada lipatan paha.
c) Edema
kadang terjadi sebelum atau sesudahnya nyeri, pada umumnya terdapat pada paha.
d) Nyeri
pada betis.
b. Penanganan
a) Kaki
ditinggikan untuk mengurangi edema.
b) Kaki
dibalut dengan elastis.
c) Tirah
baring.
d) Antibiotik
dan analgetik.
e) Antikoagulasia
untuk mencegah bertambah luasnya thrombus dan mengurangi bahaya emboli.
9) Gangguan
psikologi yang dapat terjadi pada masa nifas
a. Postpartum
blues
a) Postpartum
blues disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga
sulit menerima kehadiran bayinya. Biasanya, muncul sekitar 2 hari sampai 2
minggu sejak kelahiran bayi.
b) Sebetulnya,
hal ini adalah hal yang normal dan akan hilang dengan sendirinya sekitarnya
10-14 hari setelah melahirkan.
c) Etiologi
:
· Perubahan
hormon.
· Stress.
· ASI
tidak keluar dan bayi sakit.
· Frustasi
yang tidak mau tidur.
· Kelelahan
pasca-kelahiran.
· Suami
yang tidak mau membantu.
· Problem
dengan orangtua dan mertua.
· Takut
kehilangan bayi.
· Takut
untuk memulai hubungan suami istri.
· Rasa
bosan si ibu dan prolem dengan si sulung.
d) Adakalanya
ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial, dan
kemandiriannya berkurang. Hal ini menyebabkan depresi postpartum.
b. Depresi
postpartum
a) Gejala-gejala
depresi postpartum
· Merasa
bosan dan sedih atau menangis sesudah melahirkan.
· Mudah
marah, tersinggung, dan perasaan lebih sensitif kala melihat bayi menangis,
sering muntah, dan tanpa sadar kadang suka memarahi sang bayi.
· Merasa
tersingung, bersalah, dan malu selama RS.
· Nafsu
makan hilang dan takut menyentuh bayi.
· Tidak
ada perhatian untuk penampilan pribadi.
· Gejala
fisik seperti banyak wanita sulit bernapas atau berdebar-debar.
b) Penanganan
· Pelajari
diri sendiri.
· Tidur
dan makan yang cukup.
· Olahraga.
· Hindari
perubahan hidup sebelum dan sesudah melahirkan.
· Beritahukan
perasaan anda.
· Dukungan
keluarga dan orang lain.
· Persiapan
diri dengan baik.
· Lakukan
pekerjaan rumah tangga.
· Dukungan
emosional.
c. Postpartum
Psikosa
a. Definisi
Postpartum psikosa
adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah
melahirkan.
b. Penyebab
Postpartum psikosa
disebabkan wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya
yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai risiko tinggi
untuk terkena postpartum psikosa.
c. Gejala
· Delusi
· Halusinasi
· Gangguan
saat tidur
· Obsesi
mengenai bayi
d. Gambaran
klinik
· Terkena
perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi
euforia dalam waktu singkat.
· Penderita
kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktivitas, sering menjauhkan diri
dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung
berdebar-debar, serta napas terasa cepat.
e. Pencegahan
Untuk mengurangi jumlah
penderita ini, sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memerhatikan
kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa
kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita
:
· Beristirahat
cukup
· Mengonsumsi
makanan dengan gizi yang seimbang
· Bergabung
dengan orang-orang yang baru
· Bersikap
fleksibel
· Berbagi
cerita dengan orang terdekat
· Sarankan
untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
f. Penanganan
a) Farmakologis
Peanganan dalam tingkat
dini terdiri atas psikoanalisis dan obat-obat
sedatif dalam dosis tinggi (konsultasi dengan dokter, psikolog, dan
psikiater).
b) Tenaga
kesehatan
Ø Yakinkan
calon ibu bahwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar
sejak kunjungan awal ANC.
Ø Ajarkan
dan berikan latihan-latihan relaksasi otot dan pernapasan.
Ø Hindari
kata-kata yang mematahkan semangat klien.
Ø Tetap
jaga wibawa bila pasien mencoba melucu (tidak ikut tertawa saat pasien mencoba
menarik kita untuk tertawa).
Ø Perhatian
adanya kelainan-kelainan fisik.
Ø Tinjau
keluarga untuk melihat toleransi dan penerimaan/pengertian terhadap kondisi
pasien serta untuk terapi dan pengawasan selanjutnya.
8.
Health
education
1) Gizi
Bidan berperan dalam
penyuluhan tentang gizi pada ibu dan suaminya selama masa nifas yang materinya
meliputi :
a. Mengkonsumsi
tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan
dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang
cukup.
c. Minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
setelah menyusui).
d. Tablet
zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasabersalin.
e. Minum
kapsul vitamin A (200.000 U) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASI.
2) Keluarga
Berencana
Bidan berperan
menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang keluarga berencana :
a. Idealnya,
pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
Petugas kesehatan mampu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada
mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
b. Biasanya,
wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi
haidnya selama menyusui (amenore laktasi). Oleh karena itu, metode amenorea
laktasi dapat digunakan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya
kehamilan baru. Risiko menggunakan cara ini adalah 2% kehamilan.
c. Penggunaan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
d. Sebelum
menggunakan metode KB, ada beberapa hal yang harus dijelaskan pada ibu, antara
lain :
a) Bagaimana
metode ini dapat mencegah kehamilan dan efek-tivitasnya?
b) Kelebihan
dan kekurangannya
c) Efek
samping
d) Bagaimana
menggunakan metode ini?
e) Kapan
metode ini dapat digunakan untuk wanita pascabersalin yang menyusui?
e. Jika
seorang ibu atau pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya
ibu/pasangan berkunjung ulang 2 minggu kemudian untuk mengetahui apakah metode
tersebut bekerja dengan baik.
3) Tanda
Bahaya
Bidan berperan
menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang tanda bahaya yang meliputi :
a. Perdarahan
pervaginam.
b. Lochea
berbau.
c. Rasa
sakit bagian bawah abdomen atau punggung.
d. Rasa
nyeri kepala terus-menerus.
e. Penglihatan
kabur.
f. Pembengkakan
pada wajah dan ekstremitas.
g. Demam,
muntah, serta rasa sakit saat BAK dan BAB.
h. Payudara
bengkak.
i. Kehilangan
nafsu makan dalam jangka waktu yang lama.
j. Merasa
sedih dan merasa tidak mampu merawat bayi dan dirinya.
k. Merasa
letih atau napas terengah-engah.
4) Hubungan
Seksual
Bidan
berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang hubungan seks selama masa
nifas :
a) Nasihatkan
pasangan untuk tidak berhubungan seksual sampai luka episiotomi sembuh dan
lokia telah berhenti yang biasanya diakhir minggu ketiga.
b) Beberapa
bentuk lubrikan yang larut dalam air, seperti jeli K-Y sangat diperlukan saat
berhubungan seks untuk mencegah ketidaknyamanan akibat vagina yang mungkin
telah kering (kurang hormon).
c) Ingatkan
bahwa ibu dapat mengalami penurunan keinginan berhubungan seksual karena adanya
perubahan hormon, keletihan, ketidakpuasan dengan penampilan diri, dan
ketidaknyamanan yang tidak menghilang (kadang berhubungan dengan luka
episiotomi). Kumpulan gejala ini dapat membuat frustasi, khususnya bagi
pasangan. Pasangan dapat menemukan cara memecahkan masalah tersebut dengan
mendiskusikannya secara terbuka.
d) Untuk
mencegah kehamilan yang tidak direncanakan, nasihatkan pasangan untuk memakai
kontrasepsi ketika mereka memulai kembali aktivitas seksual, meskipun siklus
haid ibu belum kembali.
e) Secara
fisik, aman untuk memulai hubungan seks antara suami-istri ketika darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri. Ketika darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk
memulai melakukan hubungan suami-istri kapan saja ibu siap.
f) Banyak
budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami-istri sampai masa waktu
tertentu. Misalnya, setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan
bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
5) Senam
Nifas
Bidan berperan
menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang senam nifas selama masa nifas.
a. Ibu
dianjurkan untuk memulai latihan sederhana di rumah sakit dan melanjutkan
latihan tersebut di rumah. Latihan meningkatkan tonus otot, mengurangi berat
badan pascapartum, dan membantu mencegah konstipasi. Beberapa institusi
mempunyai brosur tentang latihan yang sesuai.
b. Bidan
memperkenalkan beberapa latihan yang umum digunakan.
Ada berbagai faktor
yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam postpartum, yaitu :
a) Tingkat
kesegaran tubuhnya sebelum kelahiran bayi.
b) Apakah
ibu telah mengalami persalinan yang lama atau sulit?
c) Apakah
bayinya tenang atau rewel?
d) Penyesuaian
postpartum yang sulit.
Latihan
penting dilakukan dalam beberapa minggu pertama setelah mlahirkan, namun yang
paling penting adalah beristirahat dan mengenal bayinya. Relaksasi dan tidur
sangat penting. Semua wanita akan sembuh dari persalinannya dalam waktu yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, ibu harus bersikap ramah terhadap dirinya
sendiri.
6) Perawatan
Perineum
Bidan berperan
menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang perawatan perineum selama masa nifas
:
a. Anjurkan
ibu untuk tidak menggunakan tampon pascapartum karena risiko infeksi.
b. Jelaskan
perkembangan perubahan lokia dari rubra ke serosa hingga menjadi lokia alba.
c. Anjurkan
ibu untuk menyimpan dan melaporkan bekuan darah yang berlebihan serta pembalut
yang dipenuhi darah banyak.
d. Ajari
ibu cara mengganti pembalut setiap kali berkemih atau defekasi, dan setelah
mandi pancuran atau rendam duduk.
e. Ibu
dapat menggunakan kompres es sesegera mungkin dengan menggunakan sarung tangan
atau bungkus es untuk mencegah edema.
f. Ajari
ibu untuk menggunakan botol perineum yang diisi air hangat atau sebuah
surgigator setelah setiap berkemih untuk mencuci perineum dan meningkatkan
penyembuhan.
g. Ajari
pentingnya membersihkan perineum dari arah depan (meatus urinarium) ke arah
belakang (daerah anus) untuk menegah kontaminasi ke arah episiotomi yang
berasal dari daerah anus.
h. Ajari
langkah-langkah memberikan rasa nyaman pada area hemoroid.
i.
Jelaskan pentingnya mengosongkan kandung
kemih secara adekuat. Bantu ibu yang mengalami kesulitan berkemih dengan tetap
memerhatikan privasi, menyarankannya untuk menyiramkan air hangat diatas
perineum, menganjurkan ambulasi, serta menguraikan teknik visualisasi.
j.
Identifikasi gejala ISK. Jelaskan
pentingnya asupan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 ml) setiap hari.
7) Perawatan
Bayi
Perawatan bai terdiri
dari upaya menjaga kebersihan bayi, menyusui, perawatan tali pusat, dan
pemberian imunisasi. Tindakan kita sebagai tenaga kesehatan adalah memberikan
penjelasan dan menganjurkan ibu :
a. Menjaga
kebersihan bayi
a) Memandikan bayi.
Bidan berperan dalam memberikan penjelasan dan memperagakan bagaimana cara
memandikan bayi. Tujuan memandikan bayi adalah menjaga kebersihan, memberi rasa
segar, dan memberi rangsangan pada kulit. Yang harus diperhatikan pada saat
memandikan bayi adalah
·
Mencegah kedinginan
·
Mecegah masuknya air ke dalam mulut,
hidung, dan telinga
·
Memerhatikan adanya lecet pada bokong,
lipatan kulit (ketiak bayi, lipatan paha, dan punggung bayi)
Perlengkapan
yang dibutuhkan saat memandikan bayi adalah ember sedang berisi air hangat
kuku, sabun bayi, handuk dan waslap, pakaian bayi lengkap.
b) Memberi pakaian pada bayi.
Bahan pakaian yang akan digunakan oleh bayi hendaknya yang lembut dan mudah
menyerap keringat.
c) Higiene personal pada bayi.
Setiap kali defekasi dan berkemih, bersihkan bagian perinealnya dengan air dan
sabun, serta keringkan dengan baik. Kotoran bayi dapat menyebabkan infeksi
sehingga harus dibersihkan.
b. Menyusui
a) Bidan
menganjurkan ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin sesuai dengan keinginan
bayi dan kebutuhan.
b) Biasanya
bayi baru meminta minum atau merasa lapar setiap 2-3 jam.
c) Pastikan
bayi menyusu paling tidak setiap 4 jam.
d) Berikan
ASI saja. Hindari pemberian susu formula, air gula, atau makanan lain karena
akan membuat isapan bayi melemah yang akan mengakibatkan produksi ASI
berkurang. Makanan padat menimbulkan alergi dan gangguan pencernaan. Beri ASI
saja sampai bayi berumur 6 bulan.
c. Perawatan
tali pusat
a) Sampai
tali pusat kering dan lepas, didaerah ini dapat terjadi infeksi sehingga harus
dijaga agar bersih dan kering.
b) Ibu
harus mencuci sekitar tali pusat setiap hari dengan sabun dan air.
c) Beri
tahu ibu untuk melapor ke bidan bila tali pusat berbau, ada kemerahan
disekitarnya, atau mengeluarkan cairan.
d. Imunisasi
Satu bulan pertama,
beri bayi imunisasi BCG untuk mencegah penyakit tuberkulosa, vaksin polio, dan
vaksin hepatitis B. Imunisasi penting untuk perlindungan bayi terhadap infeksi
atau penyakit.
8) Menyusui
Posisi ibu dan bayi
yang benar saat menyusui :
a. Berbaring
miring.
b. Duduk.
c. Berbaring
miring atau duduk (dengan punggung dan kaki ditopang) akan membantu bentuk
payudara dan memberi ruang untuk menggerakkan bayinya ke posisi yang baik.
d. Badan
bayi harus dihadapkan ke arah badan ibu dan mulutnya bayi dihadapkan ke puting
susu ibu.
e. Bayi
sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi kepala yang agak tengadah dapat
dipertahankan.
f. Bayi
harus ditempatkan dekat dengan ibunya di kamar yang sama (rawat gabung,
rooming-in).
g. Pemberian
ASI pada bayi sesering mungkin.
h. Hanya
berikan kolostrum dan ASI.
i.
Hindari susu botol dan dot empeng.
j.
Susu botol dan empeng membuat bayi
bingung dan dapat membuatnya menolak puting ibunya atau tidak menghisap dengan
baik.
9) Fasilitasi
menjadi orang tua
Walker (1992)
mengidentifikasi dua kunci komponen definisi sentuhan, yaitu kasih sayang yang
mengikat dan kekhususan dan sesuatu yang abadi dari keterkaitan. Nilai-nilai
untuk memulai sentuhan :
a. Kesehatan
emosi orang tua.
b. Sistem
bantuan sosial, mencakup pasangan, teman, dan keluarga.
c. Tingkat
kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memberi peralihan.
d. Kedekatan
orang tua dan bayi.
e. Orang
tua dan bayi sehat.
Perilaku
orang tua mempengaruhi ikatan kasih sayang. Perilaku yang memfasilitasi
meliputi :
a. Menatap,
mencari khas anak.
b. Kontak
mata.
c. Memberi
perhatian.
d. Menganggap
anak sebagai individu yang unik.
e. Menganggap
anak sebagai anggota keluarga.
f. Memberi
senyuman.
g. Berbicara/bernyanyi.
h. Menunjukkan
kebanggaan pada anak.
i.
Mengajak anak pada acara keluarga.
j.
Memahami perilaku anak dan memenuhi
kebutuhan anak.
k. Beraksi
positif terhadap perilaku anak.
Perilaku
penghambat meliputi :
a. Menjauh
dari anak, tidak memedulikan kehadirannya, menghindar, menolak untuk menyentuh anak.
b. Tidak
menempatkan anak sebagai anggota keluarga, tidak memberi nama.
c. Menganggap
anak sebagai sesuatu yang disukainya.
d. Tidak
menggenggam jarinya.
e. Terburu-buru
dalam menyusui.
f. Menunjukkan
kekecewaan pada anak, tidak berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Komunikasi
antara orang tua dan bayinya dapat berupa :
a. Menyentuh,
yang dapat terjadi pada waktu menyusui, memeluk, membuai, dan mengusap tubuh
dengan lembut.
b. Kontak
mata, yang dilakukan terus-menerus face to face (wajah ibu dan bayi sejajar 20
cm).
c. Suara.
Bentuk respons bayi terhadap suara yang didengarnya.
d. Bau.
Ciri khas bau bayi dan ibunya.
e. Penyerapan.
Umpan-balik yang positif antara orang tua dan bayi untuk kominikasi.
f. Bioritmik.
g. Timbal-balik
dan sinkronisasi.
10) Ambulasi
Ambulasi dini (early
ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu
postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk
berjalan.
Sekarang tidak perlu
lagi menahan ibu postpartum terlentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari
setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan early
ambulation adalah sbb :
a. Ibu
merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
b. Faal
usus dan kandung kemih lebih baik.
c. Early
ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu
masih dirumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan.
d. Lebih
sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis).
11) Eliminasi
a. Buang
air kecil
Ibu diminta untuk buang
air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat
berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan
kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu
menunggu 8 jam untuk kateterisaasi.
Berikut ini sebab-sebab
terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum :
d) Berkurangnya
tekanan intraabdominal.
e) Otot-otot
perut masih lemah.
f) Edema
dan uretra.
g) Dinding
kandung kemih kurang sensitif.
b. Buang
air besar
Ibu postpartum
diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika
hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per
rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belumbisa BAB, maka
dilakukan klisma (huknah).
12) Istirahat
dan tidur
Hal-hal yang bisa
dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidur adalah sbb:
a. Anjurkan
ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b. Sarankan
ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan,
serta untuk tidur siang untu beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
a) Mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi.
b) Memperlambat
proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
c) Menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
4.7
Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan adalah penerapan
dan fungsi kegiatan yang menjadi tanggungjawab bidan dalam memberikan pelayanan
klien yang mempunyai kebutuhan atas masalah dalam bidang kesehatan masa ibu
hamil, masa ibu bersalin dan masa nifas.
Pada pelaksanaan asuhan kebidanan,
rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari
perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga yang
lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
atas terlaksananya seluruh perencanaan.
Dalam situasi ketika bidan harus
berkolaborasi dengan dokter, misalkan karena pasien mengalami komplikasi, bidan
masih tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
tersebut. Manegement yang efisien akan menyingkat waktu, biaya, dan
meningkatkan mutu asuhan.
Keberhasilan pelayanan akan
dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang bidan dalam kaitan hubungan
timbal balik antara manusia/wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan
dan keturunan.
1. Tindakan Mandiri
Pelayanan kebidanan mandiri adalah layanan Bidan yang sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Bidan itu sendiri. Pelayanan tersebut biasanya dilaksanakan di
rumah bidan praktik swasta atau klinik – klinik bersalin milik bidan. Dalam
melaksanakan asuhan bidan dituntut harus professional dan kompeten agar dapat
mencegah terjadinya komplikasi atau masalah selama pemberian asuhan pada masa
nifas
Contoh tindakan mandiri yang biasa dilakukan bidan dalam pemberian asuhan
masa nifas dapat dilihat dalam peran bidan dalam membantu ibu proses
pascapersalinan. Tindakan tersebut antara lain :
1)
Pemantauan dalam 4 jam pertama post partum ( vital
sign, tanda-tanda perdarahan)
2)
Perawatan ibu post partum
3)
Bimbingan menyusui dini
4)
Bimbingan pemantauan kontraksi uterus kepada pasien
dan keluarga
5)
Pemberian dukungan psikologis kepada pasien dan suami
6)
Pemberian pendidikan kesehatan
7)
Pemberian tablet vitamin A dan zat besi roborantia
8)
Bimbingan cara perawatan diri dan payudara
2. Tindakan
Kolaborasi
Bidan dapat berkolaborasi jika terdapat adanya indikasi dalam situasi
darurat dimana bidan harus segera bertindak dalam rangka menyelamatkan jiwa pasien.
Merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang
kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari
proses kegiatan pelayanan kesehatan :
1)
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2)
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
3)
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
4)
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas
dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga.
5)
Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan
yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan meliatkan klien dan keluarga.
6)
Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko
tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
Contoh
tindakan kolaborasi dalam masa nifas:
1)
Dengan dokter ahli kandungan
Penanganan
perdarahan dan infeksi
2)
Dengan psikolog
a.
Penanganan depresi post partum lanjut
b.
Penganganan depresi karena kehilangan
3)
Dengan ahli gizi
a.
Penaganan anemi berat
b.
Upaya perbaikan status gizi pada ibu nifas dengan
status gizi buruk
c.
Penanganana pada pasien yang mengalami kehilangan nafsu
makan dalam jangka waktu yang lama
d.
Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien
vegetarian
e.
Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien dengan
keadaan tertentu (penyakit DM, jantung, infeksi kronis )
4)
Dengan ahli fisioterapi
a.
Penanganan pasien dengan keluhan nyeri pada otot yang
berkepanjangan
b.
Pemulihan kondisi pasien setelah operasi sesar
5)
Dengan dokter ahli penyakit dalam
a.
Penanganan pasien dengan penyakit infeksi (misalnya,
TBC, hepatitis, infeksi saluran pencernaan)
b.
Penanganan HIV/AIDS
c.
Penanganan pasien dengan penyakit gangguan pernapasan
d.
Penanganan pasien dengan penyakit DM dan jantung
Rincian
tugas kolaborasi
1)
Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan
2)
Menentukan diagnosa, prognosa, dan prioritas
3)
Menyusun rencana asuhan kebidanan
4)
Melaksanakan asuhan kebidanan
5)
Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan
6)
Menyusun rencana tindak lanjut
7)
Membuat pencatatan dan pelaporan
3. Tindakan
Pengawasan
Monitoring
Post Partum
1)
Sangat penting karena sering terjadinya kematian
2)
Pengawasan dalam 2 -6 jam pertama meliputi :
a.
Perdarahan
b.
Laktasi
c.
Eklamsi
3)
Kunjungan 6 jam
a. Mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Mendeteksi
dan melakukan tindakan penyebab lain seperti perdarahan : rujuk jika perdarahan
berlanjut
c. Memberikan
konseling pada ibu / keluarga
d. Pemberian
ASI awal
e. Mengajarkan
mobilisasi
f. Membantu
untuk mencoba BAK sendiri
g. Melakukan
hubungan antara ibu dan BBL
h. Menjaga bayi
tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
i.
Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus
tinggal 2 jam pertama setelah kelahiran dengan memantau vital sign.
4)
Kunjungan 6 hari
a.
Memantau KU, Kesadaran,Vital Sign
b.
Memastikan involusi uterus berjalan normal
c.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/ perdarahan
abnormal
d.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat
e.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit serta memantau gangguan emosional.
f.
Memberikan konseling asuhan pada bayi.
g.
Memperhatikan hubungan/respon suami/ keluarga
h.
Memotivasi untuk memberi nama Islami, aqiqoh jika
mampu, mencukur rambut dll.
5)
Konseling sebelum kembali ke rumah
a.
Asuhan untuk ibu dan bayi secara islami
b.
Nutrisi ibu dan bayi
c.
Personal Higiene khususnya genetalia
d.
Teknik menyusui
e.
Pola istirahat/tidur
f.
Dampingan suami/keluarga
g.
Respon ibu dan ayah dengan bayi
h.
Immunisasi
i.
Keluarga Berencana
j.
Kelanjutan aktivitas hubungan sex
k.
Tanda bahaya ibu dan bayi
6)
Kunjungan 6 minggu
a.
Asuhan seperti 6 hari masa nifas
b.
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
atau bayi alami
c.
Memberi konseling untuk ber KB secara dini
d.
Memberi konseling untuk melakukan hubungan suami istri
bila menghendaki
4. Pendidikan/penyuluhan
Askeb
1)
Pasien
- Waspada
tanda-tanda bahaya
- Perawatan
diri dan bayi
- Gizi
(in take cairan dan nutrisi)
- Kecukupan
kebutuhan istirahat dan tidur
- Konsumsi
vitamin dan tablet zat besi
- Cara
menyusui yang benar
- Komunikasi
dengan bayi
- Perawatan
bayi sehari-hari
2)
Suami
a.
Pengambilan keputusan terhadap bahaya istri dan bayi
b.
Pengambilan keputusan kebutuhan istirahat dan nutrisi
istri dan bayi
c.
Orang yang paling siaga dalam keadaan darurat istri
dan bayi
d.
Dukungan yang positif bagi istri dalam keberhasilan
proses adaptasi peran ibu dan proses menyusui.
3)
Keluarga
a. Pemberian
dukungan mental bagi pasien dalam adaptasi peran dan proses menyusui
b. Memfasilitasi
kebutuhan istirahat dan tidur bagi pasien
a. Mendukung pola makan yang seimbang bagi pasien
4.8 Evaluasi Asuhan
Kebidanan Masa Nifas
Evaluasi
adalah langkah akhir dari proses manajemen kebidanan yang berupa tindakan
pengukuran antara keberhasilan dan rencana serta bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan. Bila tindakan yang dilakukan
mencapai tujuan, perlu dipertimbangkan kemungkinan masalah baru yang timbul
akibat keberhasilan. Dan sebaliknya bila tindakan tidak mencapai tujuan, maka
langkah-langkah sebelumnya perlu diteliti kembali. (Depkes RI, 1995 : 11)
1. Tujuan
diberikannya asuhan kebidanan antara lain :
a.
Meningkatkan,
mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan
b.
Memfasilitasi
ibu untuk merawat bayinya dengan rasa aman dan penuh percaya diri
c.
Memastikan
pola menyusui yang mampu meningkatkan perkembangan bayi
d.
Meyakinkan
ibu dan pasangannya utntk mengembangkan kemampuan mereka sebagai orang tua dan
utnuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai orang tua
e.
Membantu
keluarga untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan mereka, serta mengemban
tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri
Selain itu, evaluasi memiliki
beberapa kriteria, antara lain :
a. Penilaian dilakukan segera setelh selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien
b. Hasil evaluasi
segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
c. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
d. Hasil evaluasi
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien.
Dalam evaluasi harus
dicantumkan juga:
- S : Data subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil melalui anamnesa.
- O : Data objektif
Menggambarkan pendokumentasian laboratorium tes, diagnose yang dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung assessment.
- A : Analisa
Menggambarkan hasil analisa data dan interpretasi data subjektif dan
objektif dalam suatu identifikasi.
a)
Diagnosa/masalah
b)
Antisipasi diagnose
lain/masalah potensial.
- P : Penatalaksanaan
Menggambarkan perdokumentasian, perencanaan, tindakan, evaluasi berdasarkan
assessment
2. Efektifitas Tindakan untuk Mengatasi Masalah, serta Hasil Asuhan
Efektivitas
tindakan untuk mengatasi masalah, yaitu dalam melakukan evaluasi seberapa
efektif tindakan dan asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita perlu
mengkaji respons pasien dan peningkatan kondisi yang kita targetkan pada saat
penyusunan perencanaan. Suatu rencana asuhan diformulasi secara khusus untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan keluarganya. Sedapat mungkin bidan melibatkan mereka
semua dalam rencana dan mengatur prioritas serta pilihan mereka untuk setiap
tindakan yang dilakukan. Hasil pengkajian ini kita jadikan sebagai acuan dalam
pelaksanaan asuhan berikutnya.
Hasil asuhan
adalah bentuk konkret dari perubahan kondisi pasien dan keluarga yang meliputi
pemulihan kondisi pasien, peningkatan kesejahteraan emosional, peningkatan
pengetahuan dan kemampuan pasien mengenai perawatan diri, serta peningkatan
kemandirian pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.
4.9 Program Tindak
Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah
Pelayanan
nifas merupakan pelayanan
kesehatan yang sesuai standar pada ibu mulai 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas
penting diberikan pada ibu dan bayi, karena
merupakan masa krisis baik ibu dan bayi. Enam puluh
persen (60%) kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian
pada masa nifas terjadi 24 jam pertama. Demikian
halnya dengan masa neonatus juga merupakan masa krisis dari kehidupan bayi. Dua pertiga kematian bayi terjadi 4 minggu setelah persalinan,
dan 60% kematian bayi baru
lahir terjadi 7 hari setelah lahir.
Jadwal Kunjungan Rumah Pada Masa Nifas
Kunjungan pada masa
nifas dilakukan minimal 4 x. Adapun tujuan kunjungan rumah untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir serta mencegah,
mendeteksi dan menangani komplikasi pada masa nifas. Kunjungan rumah
memiliki keuntungan sebagai berikut: bidan dapat
melihat dan berinteraksi dengan keluarga dalam lingkungan yang alami dan aman
serta bidan mampu mengkaji kecukupan sumber yang
ada, keamanan dan lingkungan di rumah. Sedangkan
keterbatasan dari kunjungan rumah adalah memerlukan
biaya yang banyak, jumlah bidan terbatas dan
kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah tertentu.
Jadwal kunjungan
rumah pada masa nifas sesuai dengan program pemerintah meliputi:
- Kunjungan
I (6-8 jam postpartum).
- Kunjungan
II (6 hari postpartum).
- Kunjungan
III (2 minggu postpartum).
- Kunjungan
IV (6 minggu postpartum).
1. Kunjungan I (6-8 jam
postpartum)
Kunjungan I (6-8 jam postpartum) meliputi:
1) Mencegah
perdarahan masa nifas
oleh karena atonia uteri.
2) Deteksi
dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
lakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
3) Pemberian
ASI awal.
4) Konseling ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan
karena atonia uteri.
5) Mengajarkan
cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga
bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermi.
2. Kunjungan II (6 hari
postpartum)
Kunjungan II (6 hari postpartum) meliputi:
1)
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi
baik, tunggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal.
2)
Menilai adanya
tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
3)
Memastikan ibu
cukup istirahat, makanan dan cairan.
4)
Memastikan ibu
menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
5)
Memberikan
konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
3. Kunjungan III (2 minggu postpartum)
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan
asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
4. Kunjungan IV (6 minggu
postpartum)
Kunjungan IV (6 minggu postpartum) meliputi:
1)
Menanyakan
penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
2)
Memberikan konseling KB secara dini.
Asuhan
Lanjutan Masa Nifas Di Rumah
Prinsip pemberian asuhan lanjutan pada
masa nifas di rumah meliputi:
- Asuhan
postpartum di rumah berfokus pada pengkajian,
penyuluhan dan konseling.
- Pemberian
asuhan kebidanan di rumah, bidan dan keluarga dilakukan dalam suasana
rileks dan kekeluargaan.
- Perencanaan
kunjungan rumah.
- Keamanan
Perencanaan kunjungan
rumah meliputi:
- Kunjungan rumah
tidak lebih 24-48 jam setelah pasien pulang.
- Memastikan keluarga
sudah mengetahui rencana kunjungan rumah dan
waktu kunjungan bidan telah direncanakan
bersama.
- Menjelaskan maksud dan tujuan
kunjungan.
- Merencanakan tujuan yang ingin
dicapai dan menyusun alat serta perlengkapan yang digunakan.
- Memikirkan cara untuk menciptakan
dan mengembangkan hubungan baik dengan keluarga.
- Melakukan tindakan yang sesuai
standar pelayanan kebidanan
dalam pemberian asuhan.
- Membuat pendokumentasian hasil
kunjungan.
- Meyediakan sarana telepon untuk
tindak lanjut asuhan.
Keamanan pada saat kunjungan
rumah meliputi:
- Mengetahui
alamat lengkap pasien dengan jelas.
- Menggambar rute alamat pasien.
- Memperhatikan keadaan di sekitar lingkungan rumah pasien sebelum kunjungan.
- Memberitahu rekan kerja ketika
melakukan kunjungan.
- Membawa telepon selular sebagi alat
komunikasi.
- Membawa cukup uang.
- Menyediakan senter (kunjungan malam
hari).
- Memakai tanda pengenal dan
mengenakan pakaian yang sopan.
- Waspada pada bahasa tubuh yang diisyaratkan dari siapa saja yang ada
selama kunjungan.
- Menunjukkan perasaan menghargai di
setiap kesempatan.
- Saat perasaan tidak aman muncul, segeralah akhiri kunjungan.
Pelaksanaan
Asuhan Nifas Masa Nifas Di Rumah
Pelaksanaan asuhan nifas
meliputi:
- Ibu
baru pulang dari rumah sakit.
- Kunjungan postnatal
rutin.
- Pengamatan psikologi ibu.
Ibu
baru pulang dari RS
Ibu baru pulang dari RS meliputi:
- Keputusan bersama
antara tenaga kesehatan dengan ibu/keluarga.
- Bidan
memberikan informasi tentang ringkasan proses persalinan, hasil
dan info lain yang relevan.
- Mengulang kembali bilamana perlu.
Kunjungan
postnatal rutin
Kunjungan postnatal
rutin meliputi:
- Kunjungan rumah
dilakukan minimal 2x setiap hari.
- Mengajarkan ibu dan keluarga tentang perawatan bayi
baru lahir.
- Mengajarkan ibu untuk merawat diri.
- Memberikan saran dan nasehat sesuai
kebutuhan dan realistis.
- Bidan
harus sabar dan telaten menghadapi ibu dan bayi.
- Melibatkan keluarga
saat kunjungan rumah.
Pengamatan
pada psikologi ibu
Bidan
melakukan pengamatan pada psikologi ibu, meliputi:
- Memberikan
pendidikan kesehatan tanda
bahaya masa nifas.
- Bidan
mengobservasi perilaku keluarga.
- Meluangkan waktu untuk sharing
dengan ibu dan keluarga.
- Memberikan dukungan.
- Melakukan dokumentasi pasca
kunjungan.
- Perencanaan skrining test.
- Memberikan penyuluhan sehubungan
dengan kebutuhan pada masa nifas.
Pendidikan
Kesehatan Masa Nifas
Pendidikan kesehatan
masa nifas meliputi:
- Gizi.
- Kebersihan
diri/ bayi.
- Istirahat/
tidur.
- Pemberian ASI.
- Latihan/
senam nifas.
- Hubungan seks
dan keluarga berencana.
- Tanda-tanda
bahaya selama masa nifas.
Gizi
Pendidikan kesehatan
gizi untuk ibu menyusui
antara lain: konsumsi tambahan 500 kalori setiap
hari, makan dengan diet berimbang, minum sedikitnya
3 liter air setiap hari, tablet zat besi harus
diminum selama 40 hari pasca bersalin dan minum
kapsul vitamin A (200.000 unit)
Kebersihan
diri
Pendidikan kesehatan
kebersihan diri untuk ibu nifas
antara lain: menganjurkan kebersihan seluruh tubuh; mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin; menyarankan ibu untuk mengganti pembalut;
menyarankan ibu untuk cuci tangan sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelamin; jika ibu
mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
menyarankan untuk menghindari menyentuh daerah luka.
Istirahat
/ tidur
Pendidikan kesehatan
untuk ibu nifas dalam hal istirahat/tidur meliputi: menganjurkan ibu untuk cukup istirahat; menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah secara perlahan-lahan; menjelaskan pada
ibu bahwa kurang istirahat akan pengaruhi ibu dalam
jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi serta diri sendiri.
Pemberian
ASI
Pendidikan kesehatan
untuk ibu nifas dalam pemberian
ASI sangat bermanfaat, karena pemberian ASI
merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi.
Oleh karena itu, berikan KIE tentang proses laktasi
dan ASI; mengajarkan cara perawatan payudara.
Latihan/
senam nifas
Pendidikan kesehatan
tentang latihan/senam nifas
meliputi: mendiskusikan pentingnya pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal;
menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit
setiap hari dapat bantu mempercepat pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal.
Hubungan
seks dan Keluarga Berencana
Pendidikan kesehatan
tentang seks dan keluarga
berencana yaitu: hubungan seks dan KB dapat dilakukan saat darah
nifas sudah berhenti dan ibu sudah merasa nyaman; keputusan untuk segera melakukan hubungan seks dan KB tergantung pada
pasangan yang bersangkutan; berikan KIE tentang alat
kontrasepsi KB.
Tanda-tanda
bahaya masa nifas
Pendidikan kesehatan
tanda-tanda bahaya masa nifas
meliputi: berikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas untuk
mendeteksi komplikasi selama masa nifas. Tanda bahaya berupa: perdarahan dan pengeluaran
abnormal, sakit daerah abdomen/punggung,
sakit kepala terus
menerus/penglihatan kabur/nyeri
ulu hati, bengkak pada ekstremitas, demam/muntah/sakit saat BAK, perubahan
pada payudara, nyeri/kemerahan
pada betis, depresi postpartum.
4.
Kesimpulan
Asuhan
nifas normal terdiri dari pengkajian data fisik dan psikososial, menggali riwayat
kesehatan ibu, mengkaji tanda-tanda vital, payudara, uterus, kandung kemih,
genitalia, perineum, ekstremitas bawah, pengkajian psikologis dan pengkajian
ibu, melakukan perumusan diagnose/masalah actual meliputi: masalah nyeri,
masalah infeksi, masalah cemas, perawatan perineum, payudara, ASI eksklusif,
masalah KB, gizi, tanda-tanda bahaya nifas, senam nifas, melakukan perumusan
diagnose/masalah potensial meliputi: Gangguan perkemihan, gangguan bab & bak,
gangguan
hubungan seksual, melakukan
perencanaan asuhan kebidanan: evaluasi terus menerus, gangguan rasa nyeri,
mengatasi infeksi, mengatasi cemas, menjelaskan tentang gizi, KB, tanda bahaya
nifas, hubungan seksual, senam nifas, perawatan perineum, perawatan bayi
sehari-hari, memberikan kenyamanan pada ibu, membantu ibu untuk menyusui bayi,
memfasilitasi menjadi orang tua, persiapan pasien pulang, anticipatori
guidance, deteksi dini komplikasi pada ibu nifas, melakukan promosi kesehatan pada ibu nifas mengenai:
nutrisi, hygiene, perawatan perineum, istirahat dan tidur, dan ambbulasi dini,
melakukan asuhan kebidanan: tindakan mandiri, kolaborasi, tindakan pengawasan,
pendidikan/penyuluhan, melakukan pelaksanaaan evaluasi asuhan kebidanan,
meliputi: tujuan asuhan kebidanan, efektivitas tindakan untuk mengatasi
masalah, hasil asuhan dan melakukan program tindak lanjut asuhan nifas di rumah
mel;iputi: jadwal kunjungan rumah, asuhan lanjutan masa nifas di rumah,
penyuluhan masa nifas, hubungan seks, dan tanda-tanda bahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar