Sabtu, 01 November 2014

5. Adaptasi Psikologi Masa Nifas


1.      Tujuan:
Setelah membaca materi ini, mahasiswa mampu:
1)      Menguraikan dan menghubungkan adaptasi psikologis ibu masa nifas dengan benar.
2)      Menguraikan dan menghubungkan post partum blues dengan benar.
3)      Menguraikan dan menghubungkan kesedihan dan duka cita dengan benar.

2.      Uraian Isi Pelajaran
BAB ini menjelaskan tentang:
1.      Adaptasi psikologis ibu nifas
2.      Postpartum blues
3.      Kesedihan dan duka cita

3.      Penjelasan Teori
3.1  Adaptasi psikologis masa nifas
Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pascapersalinan, terutama pada ibu primipara.
1)      Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a.    Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancaranya masa transisi menjadi orang tua.
b.    Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
c.    Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
d.   Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.
2)      Teori Revarubin (1963)
Seorang ibu yang baru melahirkan mengalami adaptasi psikologis pada masa nifas dengan melalui tiga fase penyesuaian ibu (perilaku ibu) terhadap perannya sebagai ibu.
Tiga fase penyesuaian nifas
a.    Fase Taking In (Perilaku Dependen)
a)   Fase ini merupakan periode ketergantungan ketika ibu mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi oleh orang lain.
b)   Berlangsung selama 1-2 hari setelah melahirkan, ketika fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri (ibu lebih berfokus pada dirinya)
c)   Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan keterlibatannya dalam tanggung jawabnya.
d)  Disebut fase taking in (fase menerima) selama 1-2 hari pertama karena selama waktu ini, ibu yang baru melahirkan memerlukan perlindungan dan perawatan.
e)   Adapun dikatakan sebagai fase dependen selama 1-2 hari pertama ini karena pada waktu ini ibu menunjukkan kebahagiaan/kegembiraan yang sangat senang untuk menceritakan pengalamannya ketika melahirkan.
f)    Pada fase ini, ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif terhadap lingkungannya disebabkan faktor kelelahan. Oleh karena itu, ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. Disamping itu, kondisi tersebut perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.
g)   Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihan ibu dan nafsu makan ibu juga sedang meningkat.
b.    Fase Taking Hold (Perilaku Dependen-Independen)
a)   Pada fase  taking hold ini, secara bergantian timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri.
b)   Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
c)   Pada fase ibu, ibu sudah mulai menunjukkan kepuasan (terfokus pada bayinya).
d)  Ibu mulai tertarik melakukan pemeliharaan pada bayinya.
e)   Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya dan juga bayinya.
f)    Ibu mudah sekali didorong untuk melakukan perawatan bayinya.
g)   Pada fase ini, ibu berespons dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung.
h)   Untuk itu, pada fase ini sangatlah tepat bagi bidan/perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang hal-hal yang diperlukan bagi ibu yang baru melahirkan dan bagi bayinya.
i)     Bidan/perawat perlu memberikan dukungan tambahan bagi ibu-ibu yang baru melahirkan berikut ini.
(a)    Ibu primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak.
(b)   Ibu yang merupakan wanita karier.
(c)    Ibu yang tidak mempunyai keluarga untuk dapat berbagi rasa.
(d)   Ibu yang berusia remaja.
(e)    Ibu yang tidak bersuami.
Ibu-ibu tersebut sering mengalami kesulitan menyesuaikan diri terhadap isolasi yang dialaminya dan tidak menyukai terhadap tanggung jawabnya di rumah dan merawat bayi.
c.    Fase Letting Go (Perilaku Interdependen)
a)   Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung setelah 10 hari postpartum.
b)   Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
c)   Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sangat meningkat pada fase ini.
d)  Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk mengobservasi bayi.
e)   Hubungan antar-pasangan memerlukan penyesuaian dengan kehadiran anggota baru (bayi).
f)    Depresi postpartum umumnya terjadi pada fase ini.

3.2  Postpartum blues
Postpartum blues adalah reaksi penyesuaian dengan perasaan depresi, yang juga dikenal dengan istilah Postpartum blues atau Baby blues, merupakan periode sementara terjadinya depresi yang sering terjadi selama beberapa hari pertama pada masa nifas.
1)   Penyebab
a.    Perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya, yang merupakan respons alami terhadap rasa lelah yang dirasakan.
b.    Perubahan fisik selama beberapa bulan kehamilan, yaitu ketika terjadi perubahan kadar hormon estrogen, progesteron, dan prolaktin yang cepat setelah melahirkan. Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari dinding rahim, tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah hormon tersebut sehingga membutuhkan waktu untuk penyesuaian diri.
c.    Perubahan emosional. Kehadiran seorang bayi dapat membuat perbedaan besar dalam kehidupan ibu dan hubungannya dengan suami, orangtua, maupun anggota keluarga lain.
2)   Gejala
a.    Ibu mengalami perubahan perasaan;
b.    Menangis;
c.    Cemas;
d.   Kesepian;
e.    Khawatir mengenai bayinya;
f.     Tidak mampu beradaptasi;
g.    Sensitif;
h.    Tidak nafsu makan;
i.      Sulit tidur;
j.      Penurunan gairah seks;
k.    Kurang percaya diri terhadap kemampuannya menjadi seorang ibu.
3)   Cara mengatasi
a.    Baby blues dapat sembuh kembali tanpa pengobatan. Namun, bila gejala-gejala baby blues terjadi menetap/memburuk, ibu membutuhkan evaluasi lebih lanjut terhadap depresi postpartum.
b.    Bidan/perawat dapat membantu ibu dengan cara berikut:
a)    Membantu perawatan diri ibu dan bayinya.
b)   Memberikan informasi yang tepat.
c)    Menyarankan pada ibu untuk :
(a)    Meminta bantuan suami atau keluarga jika ibu membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
(b)   Memberitahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan karena dengan bantuan suami dan keluarga dapat membantu mengatasi gejala-gejala ini.
(c)    Membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayinya karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.
(d)   Mencari bantuan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri.

3.3  Kesedihan dan duka cita
1)      Proses kehilangan menurut Klaus dan Kennel ((1982) meliputi tahapan :
a.         Shock (lupa peristiwa).
b.        Denial (menolak, ‘‘Apakah ini bayiku?’’, ‘‘ini bayi orang lain...’’).
c.         Depresi (menangis, sedih, ‘‘Kenapa saya?’’).
d.        Equilibirum dan acceptance (penurunan reaksi emosional, kadang menjadi kesedihan yang kronis).
e.         Reorganization (dukungan mutual antar-orang tua).
2)      Respons terhadap bayi cacat yang mungkin muncul, antara lain:
a.       Fantasi anak normal vs kenyataan.
b.      Shock, tidak percaya, menolak.
c.       Frustasi, marah.
d.      Menarik diri.
3)      Penatalaksanaan untuk keadaan ini meliputi :
a.         Jelaskan apa yang terjadi.
b.        Dukungan orang tua pada pertama kali melihat bayi.
c.         Sebelumnya, bidan harus sudah melihat bayi terlebih dulu.
d.        Menemani dan menyediakan kursi.
e.         Sampaikan kelebihan dari bayi.
f.         Ulangi penjelasan karena orang tua sulit berkonsentrasi dan mengingat.
g.        Ciptakan lingkungan yang aman  dan meyakinkan.
h.        Ciptakan hubungan saling percaya.
4)      Bila bayi meninggal :
a.           Biarkan orang tua bersama bayinya selama mungkin.
b.           Temani orang tua, jangan diisolasi.
c.           Berikan dukungan.
d.          Dengarkan, jangan terlalu banyak penjelasan.
e.           Berikan penjelasan yang akurat.
f.            Biarkan orang tua melalui proses kehilangan.
g.           Bantu persiapan pulang.
h.           Menciptakan memori dengan pemberian informasi, mengambil foto, cap kaki, name band, memberi nama, melihat bayinya, menggendong/memeluk, merawat bayi (memandikan, memakai baju), menulis dibuku kenangan, pemakaman, menanam pohon, menulis surat, dan menulis puisi.

4.      Kesimpulan
Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pascapersalinan, terutama pada ibu primipara. Tiga fase penyesuaian nifas:
a.       Fase Taking In (Perilaku Dependen)
b.      Fase Taking Hold (Perilaku Dependen-Independen)
c.       Fase Letting Go (Perilaku Interdependen)
Postpartum blues adalah reaksi penyesuaian dengan perasaan depresi, yang juga dikenal dengan istilah Postpartum blues atau Baby blues, merupakan periode sementara terjadinya depresi yang sering terjadi selama beberapa hari pertama pada masa nifas.
Proses kehilangan menurut Klaus dan Kennel ((1982) meliputi tahapan :
a.       Shock (lupa peristiwa).
b.      Denial (menolak, ‘‘Apakah ini bayiku?’’, ‘‘ini bayi orang lain...’’).
c.       Depresi (menangis, sedih, ‘‘Kenapa saya?’’).
d.      Equilibirum dan acceptance (penurunan reaksi emosional, kadang menjadi kesedihan yang kronis).

e.       Reorganization (dukungan mutual antar-orang tua).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar