1.
Tujuan:
Setelah
membaca materi ini, mahasiswa mampu:
1) Menguraikan
dan menghubungkan adaptasi psikologis ibu masa nifas dengan
benar.
2) Menguraikan
dan menghubungkan post partum blues dengan benar.
3) Menguraikan
dan menghubungkan kesedihan dan duka cita dengan
benar.
2.
Uraian
Isi Pelajaran
BAB ini
menjelaskan tentang:
1.
Adaptasi
psikologis ibu nifas
2.
Postpartum
blues
3.
Kesedihan dan
duka cita
3.
Penjelasan
Teori
3.1 Adaptasi psikologis masa nifas
Periode
masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pascapersalinan, terutama
pada ibu primipara.
1) Hal-hal
yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai
berikut :
a.
Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses
dan lancaranya masa transisi menjadi orang tua.
b.
Respons dan dukungan dari keluarga dan
teman dekat.
c.
Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan
sebelumnya.
d.
Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu
saat hamil juga melahirkan.
2)
Teori
Revarubin (1963)
Seorang ibu yang baru melahirkan mengalami adaptasi psikologis pada masa
nifas dengan melalui tiga fase penyesuaian ibu (perilaku ibu) terhadap perannya
sebagai ibu.
Tiga fase penyesuaian nifas
a.
Fase Taking In (Perilaku Dependen)
a)
Fase ini
merupakan periode ketergantungan ketika ibu mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi
oleh orang lain.
b)
Berlangsung
selama 1-2 hari setelah melahirkan, ketika fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri (ibu lebih berfokus pada dirinya)
c)
Beberapa hari
setelah melahirkan akan menangguhkan keterlibatannya dalam tanggung jawabnya.
d) Disebut fase taking in (fase menerima) selama 1-2
hari pertama karena selama waktu ini, ibu yang baru melahirkan memerlukan
perlindungan dan perawatan.
e)
Adapun
dikatakan sebagai fase dependen selama 1-2 hari pertama ini karena pada waktu
ini ibu menunjukkan kebahagiaan/kegembiraan yang sangat senang untuk
menceritakan pengalamannya ketika melahirkan.
f)
Pada fase ini,
ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif terhadap lingkungannya
disebabkan faktor kelelahan. Oleh karena itu, ibu perlu cukup istirahat untuk
mencegah gejala kurang tidur. Disamping itu, kondisi tersebut perlu dipahami
dengan menjaga komunikasi yang baik.
g)
Pada fase ini,
perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihan ibu dan
nafsu makan ibu juga sedang meningkat.
b.
Fase Taking Hold (Perilaku Dependen-Independen)
a)
Pada fase taking hold ini, secara bergantian timbul
kebutuhan ibu untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan
keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri.
b)
Fase ini
berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
c)
Pada fase ibu,
ibu sudah mulai menunjukkan kepuasan (terfokus pada bayinya).
d) Ibu mulai tertarik melakukan pemeliharaan pada
bayinya.
e)
Ibu mulai
terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya dan juga bayinya.
f)
Ibu mudah
sekali didorong untuk melakukan perawatan bayinya.
g)
Pada fase ini,
ibu berespons dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan
berlatih tentang cara perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat
bayinya secara langsung.
h)
Untuk itu,
pada fase ini sangatlah tepat bagi bidan/perawat untuk memberikan pendidikan
kesehatan tentang hal-hal yang diperlukan bagi ibu yang baru melahirkan dan
bagi bayinya.
i)
Bidan/perawat
perlu memberikan dukungan tambahan bagi ibu-ibu yang baru melahirkan berikut
ini.
(a)
Ibu primipara yang belum berpengalaman
mengasuh anak.
(b)
Ibu yang
merupakan wanita karier.
(c)
Ibu yang tidak
mempunyai keluarga untuk dapat berbagi rasa.
(d)
Ibu yang
berusia remaja.
(e)
Ibu yang tidak
bersuami.
Ibu-ibu tersebut sering mengalami kesulitan
menyesuaikan diri terhadap isolasi yang dialaminya dan tidak menyukai terhadap
tanggung jawabnya di rumah dan merawat bayi.
c.
Fase Letting Go (Perilaku Interdependen)
a)
Fase ini
merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung
setelah 10 hari postpartum.
b)
Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
c)
Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya sangat meningkat pada fase ini.
d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk
mengobservasi bayi.
e)
Hubungan
antar-pasangan memerlukan penyesuaian dengan kehadiran anggota baru (bayi).
f)
Depresi postpartum umumnya terjadi pada fase
ini.
3.2 Postpartum blues
Postpartum blues
adalah reaksi penyesuaian dengan perasaan depresi, yang juga dikenal dengan
istilah Postpartum blues atau Baby blues, merupakan periode sementara
terjadinya depresi yang sering terjadi selama beberapa hari pertama pada masa
nifas.
1) Penyebab
a. Perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil
sehingga sulit menerima kehadiran bayinya, yang merupakan respons alami
terhadap rasa lelah yang dirasakan.
b. Perubahan fisik selama beberapa bulan kehamilan,
yaitu ketika terjadi perubahan kadar hormon estrogen, progesteron, dan
prolaktin yang cepat setelah melahirkan. Setelah melahirkan dan lepasnya
plasenta dari dinding rahim, tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah
hormon tersebut sehingga membutuhkan waktu untuk penyesuaian diri.
c. Perubahan emosional. Kehadiran seorang bayi dapat
membuat perbedaan besar dalam kehidupan ibu dan hubungannya dengan suami,
orangtua, maupun anggota keluarga lain.
2) Gejala
a. Ibu mengalami perubahan perasaan;
b. Menangis;
c. Cemas;
d. Kesepian;
e. Khawatir mengenai bayinya;
f. Tidak mampu beradaptasi;
g. Sensitif;
h. Tidak nafsu makan;
i. Sulit tidur;
j. Penurunan gairah seks;
k. Kurang percaya diri terhadap kemampuannya menjadi
seorang ibu.
3) Cara mengatasi
a. Baby
blues dapat sembuh kembali
tanpa pengobatan. Namun, bila gejala-gejala baby
blues terjadi menetap/memburuk, ibu membutuhkan evaluasi lebih lanjut
terhadap depresi postpartum.
b. Bidan/perawat dapat membantu ibu dengan cara berikut:
a) Membantu perawatan diri ibu dan bayinya.
b) Memberikan informasi yang tepat.
c) Menyarankan pada ibu untuk :
(a) Meminta bantuan suami atau keluarga jika ibu
membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
(b) Memberitahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan
karena dengan bantuan suami dan keluarga dapat membantu mengatasi gejala-gejala
ini.
(c) Membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan
merawat bayinya karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil
dan percaya diri.
(d) Mencari bantuan dan meluangkan waktu untuk diri
sendiri.
3.3 Kesedihan dan duka cita
1) Proses
kehilangan menurut Klaus dan Kennel ((1982) meliputi tahapan :
a.
Shock
(lupa peristiwa).
b.
Denial (menolak, ‘‘Apakah ini bayiku?’’, ‘‘ini bayi orang lain...’’).
c.
Depresi (menangis, sedih, ‘‘Kenapa saya?’’).
d.
Equilibirum dan acceptance (penurunan
reaksi emosional, kadang menjadi kesedihan yang kronis).
e.
Reorganization (dukungan mutual antar-orang tua).
2)
Respons
terhadap bayi cacat yang mungkin muncul, antara lain:
a.
Fantasi anak
normal vs kenyataan.
b.
Shock, tidak
percaya, menolak.
c.
Frustasi,
marah.
d.
Menarik diri.
3)
Penatalaksanaan
untuk keadaan ini meliputi :
a.
Jelaskan apa
yang terjadi.
b.
Dukungan orang
tua pada pertama kali melihat bayi.
c.
Sebelumnya,
bidan harus sudah melihat bayi terlebih dulu.
d.
Menemani dan menyediakan
kursi.
e.
Sampaikan
kelebihan dari bayi.
f.
Ulangi
penjelasan karena orang tua sulit berkonsentrasi dan mengingat.
g.
Ciptakan
lingkungan yang aman dan meyakinkan.
h.
Ciptakan
hubungan saling percaya.
4)
Bila bayi
meninggal :
a.
Biarkan orang
tua bersama bayinya selama mungkin.
b.
Temani orang
tua, jangan diisolasi.
c.
Berikan
dukungan.
d.
Dengarkan,
jangan terlalu banyak penjelasan.
e.
Berikan
penjelasan yang akurat.
f.
Biarkan orang
tua melalui proses kehilangan.
g.
Bantu
persiapan pulang.
h.
Menciptakan
memori dengan pemberian informasi, mengambil foto, cap kaki, name band, memberi
nama, melihat bayinya, menggendong/memeluk, merawat bayi (memandikan, memakai
baju), menulis dibuku kenangan, pemakaman, menanam pohon, menulis surat, dan
menulis puisi.
4. Kesimpulan
Periode
masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pascapersalinan, terutama
pada ibu primipara. Tiga fase
penyesuaian nifas:
a.
Fase Taking In (Perilaku Dependen)
b. Fase
Taking Hold (Perilaku Dependen-Independen)
c.
Fase Letting Go (Perilaku Interdependen)
Postpartum blues adalah reaksi penyesuaian dengan
perasaan depresi, yang juga dikenal dengan istilah Postpartum blues atau Baby
blues, merupakan periode sementara terjadinya depresi yang sering terjadi
selama beberapa hari pertama pada masa nifas.
Proses
kehilangan menurut Klaus dan Kennel ((1982) meliputi tahapan :
a.
Shock
(lupa peristiwa).
b.
Denial
(menolak, ‘‘Apakah ini bayiku?’’, ‘‘ini bayi orang lain...’’).
c.
Depresi
(menangis, sedih, ‘‘Kenapa saya?’’).
d.
Equilibirum
dan acceptance (penurunan reaksi emosional, kadang menjadi kesedihan yang
kronis).
e.
Reorganization (dukungan mutual antar-orang tua).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar