Senin, 03 November 2014

5. Komplikasi dan Penyulit Kehamilan Trimester I dan II



5.1  HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG)
PENGERTIAN
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan atau tidak terkendali selama mas hamil, yang menyebabkan dehisrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan.

PENYEBAB
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomi pada otak, jantung, hati, dan susunan syaraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
a.    Faktor predisposisi
-  Primigravida
-  Overdistensi rahim: hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.
b.    Faktor organik
-  Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal
-  Perubahan metabolik akibat hamil
-  Resistensi yang menurun dari pihak ibu
-  Alergi
c.    Faktor psikologis
-  Rumah tangga yang retak
-  Hamil yang tidak diinginkan
-  Takut terhadap kehamilan dan persalinan
-  Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
-  Kehilangan pekerjaan

DAMPAK TERHADAP KEHAMILAN
Muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi klinisnya. Oleh karena itu, hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.

GEJALA DAN TANDA
Batas jelas antara mual yang masih fisiologis dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi:
a.    HEG tingkat 1
-  Muntah terus menerus                    - Nadi meningkat sekitar 100x/menit
-  Ibu merasa lemas                            - tekanan darah menurun
-  Nafsu makan tidak ada                  - turgor kulit mengurang
-  Berat badan turun                           - lidah mengering
-  Nyeri epigastrium                           - mata cekung
b.    HEG tingkat 2
-  Ibu lebih lemah dan apatis              - frekuensi nadi rendah dan cepat
-  Turgor kulit lebih menurun             - suhu tubuh meningkat
-  Lidah mengering dan nampak kotor
-  Mata cekung dan sedikit ikterus
-  Ditemukan aseton pada air kencing
-  Hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi
-  BB dan TD turun

c.    HEG tingkat 3
-  Keadaan umum lebih parah            - nadi kecil dan cepat
-  Muntah berhenti                             - suhu meningkat
-  TD dan BB turun                           - ikterus semakin berat
-  Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
-  Oliguria semakin parah dan menjadi anuria
-  Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma, ensefalopati wernicke (komplikasi susunan syaraf pusat) dengan gejala nistagmus (perubahan bola mata), diplopia (pandangan mata tampak ganda), dan mental.

PENATALAKSANAAN
a.    Rawat inap
b.    Stop makan dan minum dalam 24 jam pertama
c.    Obat-obatan diberikan secara parenteral
d.   Infus D10% (2000 ml) dan RL 5%(2000 ml) per hari.
e.    Pemberian antiemetik (metoclopramid hidrochlorid)
f.     Roborantia/ obat penyegar
g.    Diazepam 10 mg IM (jika perlu)
h.    Psikoterapi
i.      Lakukan evaluasi dalam 24 jam pertama
j.      Bila keadaan membaik, boleh diberikan makan dan minum secara bertahap
k.    Bila keadaan tidak berubah: stop makan/ minum, ulangi penatalaksanaan seperti sebelumnya untuk 24 jam kedua.
l.      Bila dalam 24 jam tidak membaik pertimbangankan untuk rujukan
m.  Infus dilepas setelah 24 jam bebas mual dan muntah
n.    Jika dehidrasi diatasi, anjurkan makan makanan lunak porsi kecil tapi sering, hindari makanan yang berminyak dan berlemak, kurangi karbohidrat, banyak makan makanan yang mengandung gula.


1.1.   ANEMIA KEHAMILAN
PENGERTIAN
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Tingkatan anemia:
a.    Kadar Hb 10,00 gr% - 13,00 gr% disebut anemia ringan sekali.
b.    Kadar Hb 8,00 gr% - 9,90 gr% disebut anemia ringan.
c.    Kadar Hb 6,00 gr% - 7,90 gr% disebut anemia sedang.
d.   Kadar Hb <6,00 gr% disebut anemia berat.

PENYEBAB
penyebab umum dari anemia:
a.    Perdarahan hebat
-     Akut: kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah pembuluh darah.
-     Kronis: perdarahan hidung, wasir, ulkus peptikum, kanker atau polip di saluran pencernaan, tumor ginjal atau kandung kemih, perdarahan menstruasi yang banyak.
b.    Berkurangnya pembentukan sel darah merah
-     Kekurangan zat besi
-     Kekurangan vitamin  B12
-     Kekurangan asam folat
-     Kekurangan vitamin C
-     Penyakit kronik
c.    Meningkatnya penghancuran sel darah merah
-     Pembesaran limfa
-     Kerusakan mekanik pada sel darah merah
-     Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
-     Penyakit sel sabit
-     Thalasemia


PENGARUH TERHADAP KEHAMILAN
a.    Abortus
b.    Parturs prematurus
c.    Pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat (IUGR)perdarahan antepartum
d.   IUFD
e.    Hiperemesis gravidarum
f.     Mola hidatidosa
g.    Ketuban pecah dini (KPD)

KLASIFIKASI ANEMIA
a.    Anemia defisiensi besi
1)   Pengertian
Adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat dari kekurangan zat besi.
2)   Etiologi
-     Makanan tidak cukup mengandung zat besi (Fe)
-     Komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan
-     Adanya gangguan penyerapan (penyakit usus)
-     Kebutuhan Fe meningkat
3)   Komplikasi
-     Trimester 1: missed abortion, kelainan kongenital, abortus
-     Trimesterstasi 2: partus prematurus, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (PJT), asfiksia, gestosis/ manifestasi keracunan karena kehamilan, IQ bayi rendah, dekompensasi kordis.
-     Trimester 3: gangguan his primer dan sekunder, janin lahir anemia, persalinan dengan tindakan tinggi, ibu cepat lelah.
4)   Penatalaksanaan
-     Oral: pemberian fero sulfat/ fero gluconat/ Na-fero bisitrat 60 mg/ hari, 800 mg selama kehamilan, 150 – 100 mg/hari.
-     Parenteral: pemberian ferum dextran 1000 mg (20ml) IV atau 2x10 ml/IM
b.    Anemia megaloblastik
1)   Pengertian
Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan asam folat
2)   Gejala
-     Tangan atau kaki kesemutan dan kaku
-     Kehilangan sensasi sentuh
-     Kehilangan kemampuan indera penciuman
-     Sulit berjalan dan terlihat goyah
-     Demensia (kehilangan kemampuan psikis atau mental)
-     Kejiwaan terganggu (halusinasi, paranoid, psikosis / gangguan jiwa yang disertai dengan disintegrasi kepribadian).
3)   Penatalaksanaan
-     Asam tolik 15-30 mg/ hari
-     Vitamin B12 3x1 tablet per hari
-     Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari
-     Pada kasus berat dan pengobatan oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi diberikan transfusi darah.

c.    Anemia hipoplastik
1)   Pengertian
Adalah anemia yang terjadi akibat sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Bisa juga terjadi akibat transplantasi sumsum tulang atau transfusi darah berulang kali.
2)   Gejala
-     Jarang dijumpai dalam kehamilan dan disertai dengan trombositopenia dan leucopenia.
-     Disertai kelainan kongenital sering terjadi akibat obat-obatan, zat kimia, infeksi, irradiasi, leukimia, dan kelainan immunologis.
3)   Penatalaksanaan
Karena obat-obatan penambah darah tidak memberi hasil, maka satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan penderita ialah transfusi darah yang sering dan perlu diulang beberapa kali.

d.   Anemia hemolitik
1)   Pengertian
Adalah anemia yang terjadi akibat sel darah merah lebih cepat hancur dari pembentukannya.
2)   Etiologi
Tidak jelas
3)   Gejala
-     Merupakan kejadian langka
-     Hemolisis berat timbul secara dini dalam kehamilan dan hilang beberapa bulan setelah bersalin.
4)   Penatalaksanaan
-     Penambahan darah tidak memberikan hasil
-     Transfusi darah untuk meringankan penderitaan ibu dan mengurangi bahaya hipoksia pada janin.
                 

1.2.   ABORTUS
PENGERTIAN
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.



ETIOLOGI
a.    Kelainan kromosom
b.    Infeksi kronis (sifilis, TB aktif)
c.    Keracunan
d.   Trauma fisik
e.    Penyakit kronis
f.     Gangguan endrokin (hipotiroid, DM)
g.    Oksidan (rokok, alkohol)
h.    Defisiensi hormonal
i.      Kematian janin akibat kelainan bawaan
j.      Mola hidatidosa
k.    Penyakit plasenta dan desidua

MACAM-MACAM ABORTUS
a.    Abortus imminens
-  Adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
-  Ciri: perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks masih tertutup jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika tejadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.
-  Penatalaksanaan:
1)   Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
2)   Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas.
3)   Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
4)   Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.
5)   Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
6)   Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

b.   Abortus insipiens
-     Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.
-     Ciri: perut terasa mulas karen kontraksi yang kuat dan sering, perdarahan bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan, besar uterus sesuai umur kehamilan, tes urin kehamilan masih positif, sudah ada pembukaan serviks.
-     Penatalaksanaan:
1)   Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan berikan morfin
2)   Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, diusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg IM.
3)   Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10IU dalam D5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
4)   Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.

c.    Abortus inkompletus
-     Adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
-     Ciri: perdarahan banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.
-     Penatalkasanaan:
1)   Bila disertai shock karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
2)   Setelah shock diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular.
3)   Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
4)   Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

d.   Abortus kompletus
-     Adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.
-     Ciri: perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
-     Diagnosa komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.
-     Penatalaksanaan:
1)   Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3-5 hari.
2)   Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
3)   Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
4)   Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.

e.    Missed abortion
-     Adalah kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih
-     Ciri: biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
-     Penatalaksanaan:
1)   Bila kadar fibrinogen normal, segera lakukan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
2)   Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
3)   Pada kehamilan kuran gdari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jm lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
4)   Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infus oksitosin 10 IU dalam D5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infesu oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
5)   Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.

1.3.   KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
PENGERTIAN
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus, tuba falopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis, tanduk uterus yang rudimenter, dan divertikel pada uterus.

ETIOLOGI
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut:
a.    Faktor tuba, yaitu salpingitis, perlekatan tuba, kelainan kongenital tuba, pembedahan sebelumnya, endometriosis, tumor yang mengubah bentuk tuba, dan kehamilan ektopik sebelumnya.
b.    Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom dan malformasi
c.    Faktor ovarium, yaitu migrasi luar ovum dan pembesaran ovarium
d.   Penggunaan hormon eksogen
e.    Faktor lain, antara lain: aborsi tuba dan pemakaian IUD
TANDA DAN GEJALA
Gambaran kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak khas dan penderita maupun dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan. Pada umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
a.    Amenorhea
b.    Nyeri perut bagian bawah
c.    Gejala kehamilan muda
d.   Level HCG rendah
e.    Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua
f.     Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang serviks digoyangkan dan kavum menonjol karena da pembekuan darah.
g.    Gejala dan tanda kehamilan ektopik sangat berbeda-beda dari perdarhan banyak tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosanya, gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil.

PATOFISIOLOGI
Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6-10 minggu. Mengenai nasib kehamilan tuba terdapat beberapa kemungkinan, yaitu:
a.    Hasil konsepsi mati dan diresorbsi kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini, penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
Pada implantasi secara
b.    Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh darah oleh vili khorialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut sama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya tergantung pada derajat perdarahan yang timbul
c.    Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada istmus dan biasanya pada kehamilan muda, sebaiknya ruptur pada pars interstisialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan vili khoriolis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke perineum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal.

DIAGNOSIS
a.    Anamnesis: riwayat terlambat haid atau amenorhea, gejala dan tanda kehamilan muda dapat ada atau tidak ada, perdarahan pervaginam, nyeri perut pada kanan / kiri bawah.
b.    Pemeriksaan fisik: KU dan TTV dapat baik sampai buruk, ada tanda akut abdomen, saat pemeriksaan adnexa ada nyeri goyang portio.
c.    Pemeriksaan penunjang: tes urin B-HCG (+), kuldosintesis (ditemukan darah di kavum douglasi), USG.

PENATALAKSANAAN
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi, dalam tindakan demikian beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:
a.    Kondisi penderita pada saat itu.
b.    Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya
c.    Lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomi organ pelviks
d.   Kemampuan teknik bedah mikro, dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat.
Hasil peryimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi.
Apabila keadaan penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah pernah dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria khusus yang diobati dengan cara ini adalah:
a.    Kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah
b.    Diameter kantong gestasi ≤ 4 cm
c.    Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml
d.   Tanda vital baik dan stabil

1.4.   MOLA HIDATIDOSA
PENGERTIAN
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili khorialis mengalami perubahan berupa degenerasi hodropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.

DIAGNOSIS
a.    Ditegakkan dengan USG
b.    Pengosongan jaringan mola dengan vakum kuret
c.    Pemeriksaan tindak lanjut dilakukan untuk mengetahui kemungkinan keganasan
d.   Kadar HCG dipantau hingga minimal 1 tahun pasca kuretase
e.    Bila lebih  dari 8 minggu pasca kuretase HCG tinggi berarti trofoblast masih aktif.
f.     Anamnesis: hamil disertai tanda dan gejala hamil muda yang berlebihan, perdarahan pervaginam berulang berwarna coklat, gelembung seperti busa.
g.    Pemeriksaan fisil: pada mola klasik ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan yagn sesuai, tidak teraba bagian janin, djj tidak ada. Uji batang sonde tidak ada tahanan masa konsepsi. Pada mola parsial, gejala seperti missed abortion, uterus kurang dari gestasi.
h.    Pemeriksaan penunjang: periksa kadar B-HCG kuantitatif dan USG. Pada USG gambaran seperti badai salju.

PREDISPOSISI
a.    faktor ovum sudah patologis sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
b.    imuno selektif dan trofoblas
c.    keadaan sosek menurun
d.   paritas tinggi
e.    kekurangan protein
f.     infeksi oleh virus dan faktor kromosom

PATOFISIOLOGI
a.    suatu agenesis yang lengkap atau degenerasi dini dari sistem pada kehamilan minggu ketiga sampai dengan kelima
b.    adanya sirkulasi yang terus menerus tanpa adanya fetus menyebabkan sel trofoblas memproduksi cairan
c.    adanya kelainan pada kromatin seks
d.   degenerasi hidropik dari vili
e.    proliferasi sel trofoblas

PENATALAKSANAAN
a.    perhatikan sindroma yang mengancam fungsi vital (depresi nafas, hipertiroid/ tirotoksikosis, dan sebagainya). Resusitasi bila KU buruk.
b.    Evakuasi jaringan mola: dengan AVM dan kuret tajam. Suction dapat mengeluarkan sebagian besar massa mola, sisanya bersihkan dengan kuret. Dapat juga dilakukan induksi, pada eaktu evakuasi berikan oksitosin untuk merangsang kontraksi uterus dan mencegah refluks cairan mola ke arah tuba.
c.    Pada wanita yang tidak mengharapkan anak lagi dapat dianjurkan histerektomi
d.   Follow up
-  Profilaksis terhadap keganasan dengan sitostatika terutama pada kelompok resiko keganasan tinggi
-  Pmeriksaan ginekologi dan B-HCG kuantitatif rutin tiap 2 minggu teratur tiap 3 bulan – 1 tahun
-  Foto toraks pada awal terapi, ulang bila kadar B-HCG menetap atau meningkat.
-  Kontrasepsi hormonal 1 tahun pasca kuretase, sebaiknya preparat progesteron oral selama 2 tahun

-  Penyuluhan pada pasien akan kemungkinan keganasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar