5.1 HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG)
PENGERTIAN
Hiperemesis
gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan atau tidak terkendali selama mas
hamil, yang menyebabkan dehisrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau
defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan.
PENYEBAB
Penyebab
hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomi pada otak, jantung, hati, dan susunan
syaraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain. Beberapa faktor
predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai
berikut:
a. Faktor
predisposisi
- Primigravida
- Overdistensi
rahim: hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.
b. Faktor
organik
- Masuknya
vili khorialis dalam sirkulasi maternal
- Perubahan
metabolik akibat hamil
- Resistensi
yang menurun dari pihak ibu
- Alergi
c. Faktor
psikologis
- Rumah
tangga yang retak
- Hamil
yang tidak diinginkan
- Takut
terhadap kehamilan dan persalinan
- Takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu
- Kehilangan
pekerjaan
DAMPAK
TERHADAP KEHAMILAN
Muntah yang
terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin
dalam rahim dengan manifestasi klinisnya. Oleh karena itu, hiperemesis
gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang
adekuat.
GEJALA
DAN TANDA
Batas jelas
antara mual yang masih fisiologis dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum
tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap
sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya
gejala dapat dibagi:
a. HEG
tingkat 1
- Muntah
terus menerus - Nadi
meningkat sekitar 100x/menit
- Ibu
merasa lemas -
tekanan darah menurun
- Nafsu
makan tidak ada - turgor
kulit mengurang
- Berat
badan turun -
lidah mengering
- Nyeri
epigastrium -
mata cekung
b. HEG
tingkat 2
- Ibu
lebih lemah dan apatis -
frekuensi nadi rendah dan cepat
- Turgor
kulit lebih menurun - suhu
tubuh meningkat
- Lidah
mengering dan nampak kotor
- Mata
cekung dan sedikit ikterus
- Ditemukan
aseton pada air kencing
- Hemokonsentrasi,
oligouria, dan konstipasi
- BB
dan TD turun
c. HEG
tingkat 3
- Keadaan
umum lebih parah - nadi kecil
dan cepat
- Muntah
berhenti -
suhu meningkat
- TD
dan BB turun -
ikterus semakin berat
- Kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma
- Oliguria
semakin parah dan menjadi anuria
- Gangguan
kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma, ensefalopati wernicke (komplikasi
susunan syaraf pusat) dengan gejala nistagmus (perubahan bola mata), diplopia
(pandangan mata tampak ganda), dan mental.
PENATALAKSANAAN
a. Rawat
inap
b. Stop
makan dan minum dalam 24 jam pertama
c. Obat-obatan
diberikan secara parenteral
d. Infus
D10% (2000 ml) dan RL 5%(2000 ml) per hari.
e. Pemberian
antiemetik (metoclopramid hidrochlorid)
f. Roborantia/
obat penyegar
g. Diazepam
10 mg IM (jika perlu)
h. Psikoterapi
i. Lakukan
evaluasi dalam 24 jam pertama
j. Bila
keadaan membaik, boleh diberikan makan dan minum secara bertahap
k. Bila
keadaan tidak berubah: stop makan/ minum, ulangi penatalaksanaan seperti
sebelumnya untuk 24 jam kedua.
l. Bila
dalam 24 jam tidak membaik pertimbangankan untuk rujukan
m. Infus
dilepas setelah 24 jam bebas mual dan muntah
n. Jika
dehidrasi diatasi, anjurkan makan makanan lunak porsi kecil tapi sering,
hindari makanan yang berminyak dan berlemak, kurangi karbohidrat, banyak makan
makanan yang mengandung gula.
1.1.
ANEMIA
KEHAMILAN
PENGERTIAN
Anemia adalah
keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa
oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Tingkatan anemia:
a. Kadar
Hb 10,00 gr% - 13,00 gr% disebut anemia ringan sekali.
b. Kadar
Hb 8,00 gr% - 9,90 gr% disebut anemia ringan.
c. Kadar
Hb 6,00 gr% - 7,90 gr% disebut anemia sedang.
d. Kadar
Hb <6,00 gr% disebut anemia berat.
PENYEBAB
penyebab umum dari anemia:
a. Perdarahan
hebat
- Akut:
kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah pembuluh darah.
- Kronis:
perdarahan hidung, wasir, ulkus peptikum, kanker atau polip di saluran
pencernaan, tumor ginjal atau kandung kemih, perdarahan menstruasi yang banyak.
b. Berkurangnya
pembentukan sel darah merah
- Kekurangan
zat besi
- Kekurangan
vitamin B12
- Kekurangan
asam folat
- Kekurangan
vitamin C
- Penyakit
kronik
c. Meningkatnya
penghancuran sel darah merah
- Pembesaran
limfa
- Kerusakan
mekanik pada sel darah merah
- Reaksi
autoimun terhadap sel darah merah
- Penyakit
sel sabit
- Thalasemia
PENGARUH
TERHADAP KEHAMILAN
a. Abortus
b. Parturs
prematurus
c. Pertumbuhan
dan perkembangan janin terhambat (IUGR)perdarahan antepartum
d. IUFD
e. Hiperemesis
gravidarum
f. Mola
hidatidosa
g. Ketuban
pecah dini (KPD)
KLASIFIKASI
ANEMIA
a. Anemia
defisiensi besi
1) Pengertian
Adalah penurunan jumlah sel darah
merah akibat dari kekurangan zat besi.
2) Etiologi
- Makanan
tidak cukup mengandung zat besi (Fe)
- Komposisi
makanan tidak baik untuk penyerapan
- Adanya
gangguan penyerapan (penyakit usus)
- Kebutuhan
Fe meningkat
3) Komplikasi
- Trimester
1: missed abortion, kelainan kongenital, abortus
- Trimesterstasi
2: partus prematurus, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam
rahim (PJT), asfiksia, gestosis/ manifestasi keracunan karena kehamilan, IQ
bayi rendah, dekompensasi kordis.
- Trimester
3: gangguan his primer dan sekunder, janin lahir anemia, persalinan dengan
tindakan tinggi, ibu cepat lelah.
4) Penatalaksanaan
- Oral:
pemberian fero sulfat/ fero gluconat/ Na-fero bisitrat 60 mg/ hari, 800 mg
selama kehamilan, 150 – 100 mg/hari.
- Parenteral:
pemberian ferum dextran 1000 mg (20ml) IV atau 2x10 ml/IM
b. Anemia
megaloblastik
1) Pengertian
Adalah anemia yang terjadi karena
kekurangan asam folat
2) Gejala
- Tangan
atau kaki kesemutan dan kaku
- Kehilangan
sensasi sentuh
- Kehilangan
kemampuan indera penciuman
- Sulit
berjalan dan terlihat goyah
- Demensia
(kehilangan kemampuan psikis atau mental)
- Kejiwaan
terganggu (halusinasi, paranoid, psikosis / gangguan jiwa yang disertai dengan
disintegrasi kepribadian).
3) Penatalaksanaan
- Asam
tolik 15-30 mg/ hari
- Vitamin
B12 3x1 tablet per hari
- Sulfas
ferosus 3x1 tablet per hari
- Pada
kasus berat dan pengobatan oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi diberikan transfusi darah.
c. Anemia
hipoplastik
1) Pengertian
Adalah anemia yang terjadi akibat
sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Bisa juga terjadi akibat
transplantasi sumsum tulang atau transfusi darah berulang kali.
2) Gejala
- Jarang
dijumpai dalam kehamilan dan disertai dengan trombositopenia dan leucopenia.
- Disertai
kelainan kongenital sering terjadi akibat obat-obatan, zat kimia, infeksi,
irradiasi, leukimia, dan kelainan immunologis.
3) Penatalaksanaan
Karena obat-obatan penambah darah
tidak memberi hasil, maka satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan penderita
ialah transfusi darah yang sering dan perlu diulang beberapa kali.
d. Anemia
hemolitik
1) Pengertian
Adalah anemia yang terjadi akibat
sel darah merah lebih cepat hancur dari pembentukannya.
2) Etiologi
Tidak jelas
3) Gejala
- Merupakan
kejadian langka
- Hemolisis
berat timbul secara dini dalam kehamilan dan hilang beberapa bulan setelah
bersalin.
4) Penatalaksanaan
- Penambahan
darah tidak memberikan hasil
- Transfusi
darah untuk meringankan penderitaan ibu dan mengurangi bahaya hipoksia pada
janin.
1.2.
ABORTUS
PENGERTIAN
Abortus adalah
ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.
ETIOLOGI
a. Kelainan
kromosom
b. Infeksi
kronis (sifilis, TB aktif)
c. Keracunan
d. Trauma
fisik
e. Penyakit
kronis
f. Gangguan
endrokin (hipotiroid, DM)
g. Oksidan
(rokok, alkohol)
h. Defisiensi
hormonal
i. Kematian
janin akibat kelainan bawaan
j. Mola
hidatidosa
k. Penyakit
plasenta dan desidua
MACAM-MACAM
ABORTUS
a.
Abortus
imminens
- Adalah
perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada
tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
- Ciri:
perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks masih
tertutup jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai kehamilan
aterm dan lahir normal. Jika tejadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat
terjadi abortus spontan.
- Penatalaksanaan:
1) Istirahat
baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
2) Periksa
denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap
empat jam bila pasien panas.
3) Tes
kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
4) Berikan
obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. Berikan preparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.
5) Diet
tinggi protein dan tambahan vitamin C.
6) Bersihkan
vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi
terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
b.
Abortus
insipiens
- Adalah
peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi
masih berada di dalam uterus.
- Ciri:
perut terasa mulas karen kontraksi yang kuat dan sering, perdarahan bertambah
sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan, besar uterus sesuai
umur kehamilan, tes urin kehamilan masih positif, sudah ada pembukaan serviks.
- Penatalaksanaan:
1) Bila
perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan berikan morfin
2) Pada
kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, diusul dengan
kerokan memakai kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg IM.
3) Pada
kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10IU dalam D5% 500 ml
dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi
abortus komplit.
4) Bila
janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
c.
Abortus
inkompletus
- Adalah
peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
- Ciri:
perdarahan banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan
keluar.
- Penatalkasanaan:
1) Bila
disertai shock karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau
ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
2) Setelah
shock diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2
mg intramuskular.
3) Bila
janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
4) Berikan
antibiotik untuk mencegah infeksi.
d.
Abortus
kompletus
- Adalah
terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum usia kehamilan
20 minggu.
- Ciri:
perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada
keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
- Diagnosa
komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.
- Penatalaksanaan:
1) Bila
kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3-5 hari.
2) Bila
pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
3) Berikan
antibiotik untuk mencegah infeksi.
4) Anjurkan
pasien diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.
e.
Missed
abortion
- Adalah
kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau
lebih
- Ciri:
biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau menghilang setelah pengobatan.
- Penatalaksanaan:
1) Bila
kadar fibrinogen normal, segera lakukan jaringan konsepsi dengan cunam ovum
lalu dengan kuret tajam.
2) Bila
kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum
atau ketika mengeluarkan konsepsi.
3) Pada
kehamilan kuran gdari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang
laminaria selama 12 jm lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar
kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
4) Pada
kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infus
oksitosin 10 IU dalam D5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan
dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU
dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infesu oksitosin setelah pasien
istirahat satu hari.
5) Bila
fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
1.3.
KEHAMILAN
EKTOPIK TERGANGGU
PENGERTIAN
Kehamilan
ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus, tuba
falopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik.
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi
pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis, tanduk uterus yang rudimenter,
dan divertikel pada uterus.
ETIOLOGI
Etiologi
kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya
tidak diketahui. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah
sebagai berikut:
a. Faktor
tuba, yaitu salpingitis, perlekatan tuba, kelainan kongenital tuba, pembedahan
sebelumnya, endometriosis, tumor yang mengubah bentuk tuba, dan kehamilan
ektopik sebelumnya.
b. Kelainan
zigot, yaitu kelainan kromosom dan malformasi
c. Faktor
ovarium, yaitu migrasi luar ovum dan pembesaran ovarium
d. Penggunaan
hormon eksogen
e. Faktor
lain, antara lain: aborsi tuba dan pemakaian IUD
TANDA
DAN GEJALA
Gambaran
kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak khas dan penderita maupun dokter
biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan. Pada umumnya
penderita menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Amenorhea
b. Nyeri
perut bagian bawah
c. Gejala
kehamilan muda
d. Level
HCG rendah
e. Perdarahan
pervaginam berwarna coklat tua
f. Pada
pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang serviks digoyangkan dan kavum menonjol
karena da pembekuan darah.
g. Gejala
dan tanda kehamilan ektopik sangat berbeda-beda dari perdarhan banyak tiba-tiba
dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala tidak jelas, sehingga sukar
membuat diagnosanya, gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan
ektopik, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang
terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
PATOFISIOLOGI
Karena tuba
bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh
secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada
umur kehamilan antara 6-10 minggu. Mengenai nasib kehamilan tuba terdapat
beberapa kemungkinan, yaitu:
a. Hasil
konsepsi mati dan diresorbsi kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan
ini, penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya terlambat untuk beberapa
hari.
Pada implantasi secara
b. Abortus
ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena
pembukaan pembuluh darah oleh vili khorialis pada dinding tuba di tempat
implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut sama-sama dengan
robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya
tergantung pada derajat perdarahan yang timbul
c. Ruptur
dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila
ovum berimplantasi pada istmus dan biasanya pada kehamilan muda, sebaiknya
ruptur pada pars interstisialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut.
Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan vili khoriolis ke dalam
lapisan muskularis tuba terus ke perineum. Ruptur dapat terjadi secara spontan
atau karena trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal.
DIAGNOSIS
a. Anamnesis:
riwayat terlambat haid atau amenorhea, gejala dan tanda kehamilan muda dapat
ada atau tidak ada, perdarahan pervaginam, nyeri perut pada kanan / kiri bawah.
b. Pemeriksaan
fisik: KU dan TTV dapat baik sampai buruk, ada tanda akut abdomen, saat
pemeriksaan adnexa ada nyeri goyang portio.
c. Pemeriksaan
penunjang: tes urin B-HCG (+), kuldosintesis (ditemukan darah di kavum
douglasi), USG.
PENATALAKSANAAN
Penanganan
kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi, dalam tindakan demikian
beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:
a. Kondisi
penderita pada saat itu.
b. Keinginan
penderita akan fungsi reproduksinya
c. Lokasi
kehamilan ektopik, kondisi anatomi organ pelviks
d. Kemampuan
teknik bedah mikro, dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi
invitro setempat.
Hasil peryimbangan ini menentukan apakah perlu
dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan
konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi.
Apabila keadaan penderita buruk, misalnya dalam
keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik
di pars ampularis tuba yang belum pecah pernah dicoba ditangani dengan
menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria khusus
yang diobati dengan cara ini adalah:
a. Kehamilan
di pars ampularis tuba belum pecah
b. Diameter
kantong gestasi ≤ 4 cm
c. Perdarahan
dalam rongga perut kurang dari 100 ml
d. Tanda
vital baik dan stabil
1.4.
MOLA
HIDATIDOSA
PENGERTIAN
Mola hidatidosa
adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin
dan hampir seluruh vili khorialis mengalami perubahan berupa degenerasi
hodropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran
bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
DIAGNOSIS
a. Ditegakkan
dengan USG
b. Pengosongan
jaringan mola dengan vakum kuret
c. Pemeriksaan
tindak lanjut dilakukan untuk mengetahui kemungkinan keganasan
d. Kadar
HCG dipantau hingga minimal 1 tahun pasca kuretase
e. Bila
lebih dari 8 minggu pasca kuretase HCG
tinggi berarti trofoblast masih aktif.
f. Anamnesis:
hamil disertai tanda dan gejala hamil muda yang berlebihan, perdarahan
pervaginam berulang berwarna coklat, gelembung seperti busa.
g. Pemeriksaan
fisil: pada mola klasik ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan yagn
sesuai, tidak teraba bagian janin, djj tidak ada. Uji batang sonde tidak ada
tahanan masa konsepsi. Pada mola parsial, gejala seperti missed abortion,
uterus kurang dari gestasi.
h. Pemeriksaan
penunjang: periksa kadar B-HCG kuantitatif dan USG. Pada USG gambaran seperti
badai salju.
PREDISPOSISI
a. faktor
ovum sudah patologis sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
b. imuno
selektif dan trofoblas
c. keadaan
sosek menurun
d. paritas
tinggi
e. kekurangan
protein
f. infeksi
oleh virus dan faktor kromosom
PATOFISIOLOGI
a. suatu
agenesis yang lengkap atau degenerasi dini dari sistem pada kehamilan minggu
ketiga sampai dengan kelima
b. adanya
sirkulasi yang terus menerus tanpa adanya fetus menyebabkan sel trofoblas
memproduksi cairan
c. adanya
kelainan pada kromatin seks
d. degenerasi
hidropik dari vili
e. proliferasi
sel trofoblas
PENATALAKSANAAN
a. perhatikan
sindroma yang mengancam fungsi vital (depresi nafas, hipertiroid/
tirotoksikosis, dan sebagainya). Resusitasi bila KU buruk.
b. Evakuasi
jaringan mola: dengan AVM dan kuret tajam. Suction dapat mengeluarkan sebagian
besar massa mola, sisanya bersihkan dengan kuret. Dapat juga dilakukan induksi,
pada eaktu evakuasi berikan oksitosin untuk merangsang kontraksi uterus dan
mencegah refluks cairan mola ke arah tuba.
c. Pada
wanita yang tidak mengharapkan anak lagi dapat dianjurkan histerektomi
d. Follow
up
- Profilaksis
terhadap keganasan dengan sitostatika terutama pada kelompok resiko keganasan
tinggi
- Pmeriksaan
ginekologi dan B-HCG kuantitatif rutin tiap 2 minggu teratur tiap 3 bulan – 1
tahun
- Foto
toraks pada awal terapi, ulang bila kadar B-HCG menetap atau meningkat.
- Kontrasepsi
hormonal 1 tahun pasca kuretase, sebaiknya preparat progesteron oral selama 2
tahun
- Penyuluhan
pada pasien akan kemungkinan keganasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar