Minggu, 02 November 2014

9. Metode Kontrasepsi Modern (AKBK/Implant)

1.1    Kontrasepsi Implant
1.1.1        Sejarah Kontrasepsi Implan
     Susuk KB yang diperkenalkan di Indonesia sejak 1982 dapat diterima di masyarakat sehingga Indonesia merupakan Negara terbesar sebagai pemakai Norplant. Susuk KB disebut alat KB bawah kulit (AKBK). Pada tahun 1982, telah dipasang Norplant di Rumah Sakit sebanyak 10.000. Pada tahun 1987, telah ditingkatkan tempat pemasangan Norplant dengan program ekstended field trial dengan jumlah 30.000 jumlah wanita. Pemasangan norplant makin lama makin meningkat dengan alasan pemasangan sederhana, pemakaian selama 5 tahun dan komplikasi tidak terlalu tinggi. Pemasangan Norplant sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah pencabutan susuk KB memerlukan perhatian karena sangat sulit dicari metode yang murah, mudah dan aman. Jumlah yang memerlukan pelayanan pencabutan makin besar. Sering dijumpai penyulit dan komplikasi saat pencabutan. (Manuaba, Ida Bgaus gde. 1998. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga    berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC)

1.1.2        Kontrasepsi Implan
     Kontrasepsi Implan biasa juga disebut Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit atau yang diinsersikan tepat di bawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau dibawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk kipas. (Suratun, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: TIM)
1.1.2.1  Profil
1.      Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon.
2.      Nyaman.
3.      Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia reproduksi.
4.      Pemasangan dan pencabutan perlu diperhatikan.
5.      Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut.
6.      Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea.
7.      Aman dipakai pada masa laktasi.

1.1.2.2  Jenis
1.      Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2.      Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira – kira 40 mm dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3.      Jadena dan Indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
1.1.2.3  Cara Kerja
1.      Lendir servik menjadi kental karena akibat adanya kerja hormon progesteron yang terkandung dalam kontrasepsi Implan.
2.      Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi karena kerja hormon progesteron menekan hormon estrogen.
3.      Mengurangi transportasi sperma karena kerja hormon progesteron membuat saluran genital menjadi relaksasi sehingga tidak dapat mendorong ovum.
4.      Menekan ovulasi karena hormon estrogen ditekan hormon progesteron yang telah ada sejak awal.

1.1.2.4  Efektivitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan).

1.1.2.5  Keuntungan Kontrasepsi
1.      Praktis karena hanya satu kali pemasangan pada lama kerja 3 - 5 tahun dan efektif karena kegagalannya sangat kecil.
2.      Daya guna tinggi karena sangat efektif, berdasarkan kegagalannya hanya 0,2 kehamilan per 100 perempuan.
3.      Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
4.      Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan karena kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur dalam 48 jam setelah pengangkatan implan. Sebagian besar wanita memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan pertama setelah pengangkatan. Kembalinya kesuburan setelah pengangkatan implan terjadi tanpa penundaan dan kehamilan berada dalam batas-batas normal. Implan memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat karena kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan demikian cepat.
5.      Tidak memerlukan pemeriksaan dalam karena dilakukan pemasangan pada lengan bagian atas (subkutan).
6.      Bebas dari pengaruh estrogen karena hanya mengandung hormon progesteron.
7.      Tidak mengganggu kegiatan senggama karena dilakukan pemasangan pada lengan bagian atas (subkutan).
8.      Tidak mengganggu ASI karena hanya mengandung hormon progesteron yang tidak mengganggu kerja hormon oksitosin sehingga tidak ada efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal.
9.      Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan karena lama kerja 3-5 tahun.
10.  Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.

1.1.2.6  Keuntungan Nonkontrasepsi
1.      Mengurangi nyeri haid karena progesteron merelaksasi otot – otot rahim.
2.      Mengurangi jumlah darah haid karena progesteron mengganggu sistem pembentukan endometrium.
3.      Mengurangi/ memperbaiki anemia karena ketika menggunakan Implan, jumlah darah haid yang keluar lebih sedikit akibat kerja hormon progesteron.
4.      Melindungi terjadinya kanker karena hormone estrogen yang menyebabkan pertumbuhan sel-sel kanker di tekan oleh hormon progesteron.
5.      Menurunkan angka kejadian kelainan jinak kanker payudara karena hanya mengandung hormon progesteron yang tidak mengganggu hormon oksitosin.
6.      Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul karena progesteron menekan estrogen sehingga melindungi endometrium dari kerusakan dan tetap menjaga endometrium dalam keaaan atrofi.
7.      Melindungi angka kejadian endometriosis karena hormon estrogen yang menyebabkan pertumbuhan epitel dalam endometrium ditekan oleh hormon progesteron dan tidak bisa memicu pertumbuhan endometriosis.

1.1.2.7  Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea. Timbulnya keluhan – keluhan, seperti:
1.      Peningkatan/ penurunan berat badan karena terjadinya perubahan reaksi hormonal dalam tubuh sehingga berpengaruh pada pola dan nafsu makan ibu.
2.      Nyeri payudara karena berkaitan dengan retensi cairan akibat kerja hormon progesteron.
3.      Perasaan mual.
4.      Pusing kepala, nyeri kepala karena kadar levonogestrel meningkat.
5.      Perubahan peraaan (mood) atau kegelisahan (nervousness) merupakan suatu respon pada saat pemasangan kontrasepsi implan.
6.      Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan karena kontraspsi implant yang dipasang tidak di serap oleh tubuh, sehingga saat pencabutan harus dilakukan pembedahan minor untuk insisis.
7.      Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS, karena implan tidak melindungi organ yang dapat terinfeksi menular seksual.
8.      Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi implan sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan karena dalam pencabutan implan membutuhkan tindakan pemedahan minor untuk insersi yang di lakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli.
9.       Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat – obat tuberkulosis (rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat) karena progesteron tidak mempengaruhi kerja analgesik atau analgetik.
10.  Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun).

1.1.2.8  Yang Boleh Menggunakan Implan (Berdasarkan Klasifikasi Persyaratan Medis Dalam Penapisan Klien Menurut Who, 2004)
1.         Kategori 1
Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan metode kontrasepsi. Dilihat dari klasifikasinya, klien yang masuk dalam kategori ini yaitu:
1)Paritas: nulipara dan multipara.
2)Ibu menyusui:  6 minggu- < 6 bulan laktasi dan  > 6 bulan pasca persalinan.
3)Pasca persalinan (tanpa laktasi) : < 21 hari dan > 21 hari.
4)Pasca keguguan: TM I, TM II, dan pasca abortus septik.
5)Pasca Kehamilan Ektopik
6)Riwayat operasi pelvis (termasuk SC).
7)Perokok aktif.
8)Obesitas (> 30 kg/m2  BMI).
9)Hipertensi terkontrol.
10)  TD meningkat  (sistolik 140-160atau diastolik 90-100).
11)  Riwayat hipertensi dalam kehamilan.
12)  Riwayat keluarga dengan trombosis vena dalam / emboli paru.
13)  Bedah mayor tanpa (Imobilisasi lama).
14)  Bedah minor tanpa imobilisasi.
15)  Tromosis vena permukaan (varises dan tromboflebitis).
16)  Penyakit katup jantung (dengan komplikasi hipertensi pulmonal, fibrilasi atrial, endokarditis bakterial subakut).
17)  Nyeri kepala (non migrain).
18)  Epilepsi.
19)  Depresi.
20)  Endometriosis.
21)  Tumor ovarium jinak.
22)  Dismenorea berat.
23)  Trofoblast (jinak dan ganas).
24)  Ektrofion serviks.
25)  Penyakit mammae jinak.
26)  Riwayat kanker dalam keluarga.
27)  Kanker endometrium.
28)  Kanker ovarium.
29)  Fibroma uteri (tanpa dan atau gangguan  kavum uteri).
30)  Penyakit radang panggul (dengan atau tanpa kehamilan, dan PRP saat ini).
31)  IMS (servisitis purulen atau infeksi klamidia atau gonorea, IMS lainnya kecuali HIV dan Hepatitis, vaginitis, risiko IMS meningkat).
32)  Risiko tinggi HIV.
33)  Terinfeksi HIV.
34)  AIDS.
35)  Skistosomiasis (tanpa komplikasi dan fibrosis hati).
36)  Tuberkulosis (non pelvis dan pelvis).
37)  Malaria.
38)  Diabetes (riwayat gestasional).
39)  Penyakit tiroid (goiter, hipertiroid, hipotiroid).
40)  Riwayat olestatis (berhubungan dengan kehamilan).
41)  Hepatitis virus  (carier).
42)  Talasemia.
43)  Penyakit bulan sabit.
44)  Anemia defisiensi Fe.
45)  Antibiotik .
2.         Kategori 2
Penggunaan  kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan risiko yang diperkirakan akan terjadi. Dilihat dari klasifikasinya, klien yang masuk dalam kategori ini yaitu:
1)     Faktor risiko multipel penyakit kardiovaskuler (usia tua, merokok, DM, hipertensi).
2)     Hipertensi (riwayat hipertensi yang tidak dapat dievaluasi temasuk hipertensi dalam kehamilan).
3)     TD meningkat (sistolik > 160 atau diastolik > 100).
4)     Penyakit vaskular.
5)     Riwayat trombosit vena dalam / emboli paru
6)     Bedah mayor (imobilisasi lama).
7)     Hiperlipidemia.
8)     Migrain.
9)     Perdarahan pervaginam ( irreguler banyak / lama).
10) NIS (Neoplasia Intra Serviks).
11) Kanker serviks.
12) Penyakit mammae (massa benjolan tidak terdiagnosis).
13) DM dengan (non-insulin dependent, insulin dependent, nepropati/retinopati/neuropati, dan penyakit vaskuler lain/ DM > 20 tahun).
14) Penyakit kandung empedu (simptomatik dan asimptomatik).
15) Riwayat kolestasis (berhubungan dengan kontrasepsi).
16) Antibiotik (Griseofulvin).
17) Terapi antiretroviral
3.         Kategori 3
Resiko yang diperkirakan lebih besar dari pada manfaat kontrasepsi. Dilihat dari klasifikasinya, klien yang masuk dalam kategori ini yaitu:
1)     Laktasi ( < 6 minggu pascapersalinan).
2)     Hipertensi  ( tekanan darah sistolik 140 – 160 atau diastolik 90 – 100).
3)     Trombosis vena dalam atau emboli paru (TVD/EP saat ini).
4)     Riwayat penyakit jantung iskemik.
5)     Stroke (riwayat cardiovaskuler accident).
6)     Nyeri kepala.
7)     Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya (sebelum penilaian).
8)     Penyakit mamae ( riwayat lampau, tidak kambuh dalam 5 tahun).
9)     Hepatitis virus (aktif).
10) Sirosis (berat).
11) Tumor hati: jinak (adenoma), malignan  (hepatoma).
12) Obat yang mempengaruhi enzim enzim hati (rifampisin,antikonvulsan tertentu).
4.         Kategori 4
Risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan pada klien kanker mamae.

1.1.2.9  Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan
1.      Hamil atau diduga hamil.
2.      Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3.      Miom uterus.
4.      Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
5.      Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
6.      Gangguan toleransi glukosa.


1.1.2.10   Waktu Mulai Menggunakan Implan
1.      Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan.
2.      Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila diinsresi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
3.      Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
4.      Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.
5.      Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
6.      Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.
7.      Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implan dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak perlu metode kontrasepsi lain.
8.      Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan implan, insersi implan dapat dilakukan setiap saat, asalkan diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
9.      Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implan, implan dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
10.  Pascakeguguran, implan dapat segera diinsersikan.

Tabel 6.11: Keadaan yang Memerlukan Perhatian Khusus
Keadaan
Anjuran
Penyakit hati akut (virus hepatitis).

Stroke/ riwayat stroke, penyakit jantung.

Menggunakan obat untuk epilepsi/ tuberkulosis.

Tumor jinak atau ganas pada hati.
Sebaiknya jangan menggunakan implan.

Sebaiknya jangan menggunakan implan.

Sebaiknya jangan menggunakan implan.

Sebaiknya jangan menggunakan implan.

1.1.2.11   Instruksi untuk Klien
1.      Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam pertama. Tujuannya untuk mencegah infeksi pada luka insisi.
2.      Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit perih, pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi. Hal ini tidak perlu di khawatirkan.
3.      Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun, hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada daerah insersi.
4.      Balutan penekanan jangan dibuka selama 48 jam, sedangkan plester dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari).
5.      Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar.
6.      Bila ditemukan adanya tanda – tanda infeksi seperti demam, peradangan, atau bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.


1.1.2.12   Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
1.      Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah insersi dan berlangsung hingga 5 tahun bagi Norplant dan 3 tahun bagi susuk Implanon, dan akan berakhir sesaat setelah pengangkatan.
2.      Sering ditemukan gangguan pola haid, terutama pada 6 sampai 12 bulan pertama. Beberapa perempuan mungkin akan mengalami berhentinya haid sama sekali.
3.      Obat – obat tuberkulosis ataupun obat epilepsi dapat menurunkan efektivitas implan.
4.      Efek samping yang berhubungan dengan implan dapat berupa sakit kepala, penambahan berat badan, dan nyeri payudara. Efek – efek samping ini tidak berbahaya dan biasanya akan hilang dengan sendirinya.
5.      Norplant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk Implanon sebelum 3 tahun, kemungkinan hamil sangat besar, dan meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
6.      Berikan kepada klien kartu yang ditulis nama, tanggal insersi, tempat insersi dan nama klinik.
7.      Implan tidak melindungi dari infeksi menular seksual, termasuk AIDS. Bila pasangannya memiliki risiko, perlu menggunakan kondom untuk melakukan hubungan seksual.

1.1.2.13   Jadwal Kunjungan Kembali ke Klinik
Klien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan atau klien ingin mencabut implan. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implan dipasang bila ditemukan hal – hal seperti berikut:
1.      Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah.
2.      Perdarahan yang banyak dari kemaluan.
3.      Rasa nyeri pada lengan.
4.      Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah.
5.      Ekspulsi dari batang implan.
6.      Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur.
7.      Nyeri dada hebat.
8.      Dugaan adanya kehamilan.

Tabel 6.12 Peringatan Khusus Bagi Pengguna Implan
a.        a. Terjadi keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, kemungkinan telah terjadi kehamilan.
b.        b. Nyeri perut bagian bawah yang hebat, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik.
c.        c. Terjadi perdarahan banyak dan lama.
d.        d. Adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi implan.
e.        e. Ekspulsi batang implan (Norplant).
f.         f. Sakit kepala migraine, sakit kepala berulang yang berat, atau penglihatan kabur.
Catatan: Hubungi dokter atau klinik bila mendapatkan gejala – gejala di atas.

Tabel 6.13 Penanganan Efek Samping atau Masalah yang Sering Ditemukan
Efek samping/ masalah
Penanganan
Amenorea
a.        Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, tidak memerlukan penanganan khusus, cukup konseling saja.
b.        Bila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implan dan anjurkan kontrasepsi lain.
c.        Bila terjadi kehamilan dank lien ingin melanjutkan kehamilan, cabut implan dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila diduga terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada gunanya memberikan obat hormone untuk memancing timbulnya perdarahan.
Perdarahan bercak (spotting) ringan
 Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering terjadi ditemukan pada tahun pertama. Bila tidak ada masalah dank lien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian implan dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3 – 7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14 – 21 hari.
Ekspulsi
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih ditempat, dan apakah terdapat tanda – tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain, atau anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain.
Infeksi pada daerah insersi
Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implan jangan dilepas dan klien diminta kembali 1 minggu. Apabila tidak membaik, cabut implan dan pasang yang baru pada sisi lengan yang lain atau cari metode kontrasepsi yang lain. Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implan, lakukan perawatan luka, dan berikan antibiotik oral 7 hari.
Berat badan naik/ turun
Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1 – 2 kg adalah normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih. Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima, bantu klien mencari metode lain.

Tabel 6.14: Contoh Daftar Tilik Pemeriksaan Fisik Klien Implan
Observasi oleh petugas KB
Ya
Tidak
Instruksi utk petugas KB
Perhatikan keadaan dibawah ini
Jika jawaban pada kolom YA, ikuti instruksi dibawah ini
1.        Apakah klien hamil ?


1.        Bila terdapat kemungkinan hamil jangan lakukan insersi Implan. Lakukan tes kehamilan (tes urin, jika ada). Bila hasil pemeriksaan dalam meragukan, klien diminta menggunakan salah satu metode barier dan kembali bila sudah haid.
2.        Apakah tekanan darah lebih 160/90 mmHg atau diastoliknya di atas mmHg ?


2.        Perhatikan klien dengan lebih seksama. Meskipun tidak ada kecenderungan yag berarti pada pemakai Implan, beberapa pemakai kontrasepsi pil kombinasi dilaporkan cenderung mengalami kenaikan tekanan darah.
3.        Apakah uji reduksi urin positif (glukosa) ?


3.        Klien dengan diabetes meilitus, tindak lanjut harus lebih sering dilakukan untuk meyakinkan bahwa diabetesnya terkontorl.
4.        Apakah denyut nadi kien irregular (aritmia) ?
5.        Apakah tampak pucat atau sianosis ?
6.        Apakah terdapat sesak napas ?


4.        Pertanyaan 4 – 6 :
Apakah jawabannya YA, klien kemungkinan mengidap kelainan jantung. Rujuk untuk evaluasi kesehatan lebih lanjut sebelum dipasang Implan. Sebagai alternatif, pilihkan klien metode kontrasepsi nonhormonal lainnya.
7.        Apakah terdapat ikterus ?
8.        Apakah ada pembengkakan dan nyeri daerah hati ?


7. Pertanyaan 7 – 8:
Apabila jawaban YA, klien kemungkinan sedang menderita sakit liver aktif. Bantulah klien untuk memilih metode kontrasepsi nonhormonal, dan rujuk untuk evaluasi kesehatan lebih lanjut.
9.        Apakah terdapat varises yang berat dan nyeri pada tungkai ?


9.        Kemungkinan klien menderita tromboflebitis aktif serta memiliki risiko tinggi untuk kelainan  pembekuan darah. Klien dirujuk dan pilihkan metode kontrasepsi nonhormonal.
10.     Apakah kakinya sangat bengkak ?


10.     Mungkin ada indikasi penyakit jantung. Bantulah calon peserta memilih metode kontrasepsi nonhormonal.
11.     Apakah terdapat benjolan yang mencurigakan di payudara ?


11.     Benjolan yang dicurigai sebagai kanker biasanya tidak sensitif, unilateral, ireguler, dan terfiksasi pada kulit atau otot dada. Rujuk ke spesialis untuk dievaluasi. Bantu calon memilih metode kontrasepsi nonhormonal. Benjolan yang biasanya lembut, dan jelas sering terdapat di kedua payudara pada tempat yang sama dan dapat bergerak bebas, biasanya bersifat jinak (kista atau fibroadenoma). Benjolan tersebut dapat juga membengkak sedikit setiap bulan sebelum haid. Jika sifat benjolan tidak mencurigakan insersi dapa dilakuakn.
12.     Apakah terdapat miom rahim ?


12.     Benjolan pada rahim yang berupa miom. Rogestin cenderung memicu pertumbuhan miom. Bila miom rahim teresbut menjadi besar pilihkan klien metode kontrasepsi nonhormonal lainnya.

1.1.2.14   Pemasangan Implan (Susuk KB)
Sebagian besar masalah yang berkaitan dengan pencabutan disebabkan oleh pemasangan yang tidak tepat; oleh karena itu, hanya  petugas  klinik yang terlatih (Bidan, Doker) yang diperbolehkan memasang maupun mencabut implan. Untuk mengurangi masalah yang timbul setelah pemasangan, semua tahap proses pemasanngan harus  dilakukan secara hati- hati dan lembut, dengan menggunakan upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan.
1.    Pelaksanaan Pelayanan
Perlu dilakukannya penapisan klien untuk mengetahui apakah klien tersebut dapat menggunakan kontrasepsi implan tersebut.

Tabel 6.15: Contoh Daftar Tilik Penapisan Klien untuk Pemasangan Implan
Hari pertama haid terakhir
YA
TIDAK
Dalam keadaan hamil


Berat badan 70 kg


Masih menginginkan anak dalam 3 tahun ini


Menyusui, kurang dari 6 minggu melahirkan


Ada obat – obatan yang diminum jangka panjang


Riwayat perdarahan antar haid/ pasca senggama


Amenorea (tidak haid selama 6 minggu atau lebih)


Ikterus


Mata kabur atau nyeri kepala hebat


Kejang


Nyeri tungkai, dada, atau paha


Napas terasa pendek setelah olahraga ringan


Edema tungkai


Tekanan darah sistolik > 160 mmHg, diastolik > 90 mmHg


Benjolan atau tumor payudara



Ruang klinik pasien rawat jalan maupun ruang operasi cocok untuk pemasangan maupun pencabutan implan. Bila mungkin, ruangan sebaiknya jauh dari area yang sering digunakan (ramai) di klinik maupun dirumah sakit, serta harus:
1)      Memiliki pencahayaan yang cukup.
2)      Berlantai kramik atau semen sehingga mudah dibersihkan.
3)      Terbebas dari debu dan serangga.
4)      Memiliki fentilasi udara yang baik.
5)      Fasilitas untuk mencuci tangan termasuk air bersih yang mengalir (air kran, dan lain-lain).

2.    Pencegahan Infeksi
Pemasangan dan pencabutan batang (rod) implan untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien setelah pemasangan maupun pencabutan implan, petugas klinik harus berupaya untuk mencapai lingkungan yang bebas dari infeksi. Maka, petugas perlu melakukan hal-hal berikut :
1)   Meminta klien untuk membersihkan dengan sabun seluruh lengan yang akan dipasang implan dan membilasnya hingga tidak ada sisa sabun yang tertinggal ( sisa sabun dapat mengurangi efektivitas beberapa bahan antiseptik ).
2)   Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir untuk pemasangan maupun pencabutan batang, selama 10-15 detik.
3)   Pakai kedua sarung tangan yang sudah disterillisasi atau di DTT (gunakan sarung tangan yang berbeda untuk setiap tindakan guna menghindari kontaminasi silang).
4)   Siapkan daerah pemasangan atau pencabutan dengan kapas yang telah diberi antiseptik; gunakan forsep untuk mengusapkan kapas tersebut pada daerah pemasangan atau pencabutan implan.
5)   Setelah selesai pemasangan maupun pencabutan batang implan dan sebelum melepas sarung tangan, dekontaminasi intrumen dalam larutan kloron 0,5 %. Sebelum membuang atau merendam jarum dan alat suntik, isi terlebih dahulu dengan larutan klorin. (Setelah pemasangan, pisahkan plunger dari trokar. Daerah kering akan menyulitkan waktu memisahkan plunger dan trokar). Rendam selama 10 menit; kemudian bilas segera dengan air bersih untuk menghindari korosi pada alat-alat berbahan metal.
6)   Kain operasi (drape) harus dicuci sebelum di gunakan kembali. Setelah dipakai, taruh pada wadah kering dan bertutup kemudian dibawa keruang pencucian.
7)   Dengan tetap memakai sarung tangan, buang bahan- bahan terkontaminasi (kasa, kapas, dll) kedalam wadah tertutup rapat atau kantung plastic yang tidak bocor. Jarum dan alat suntik sekali pakai (disposable) harus dibuang ke dalam wadah yang tahan tusuk.
8)   Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dari dalam keluar.
9)   Bila hendak membuang sarung tangan taruh kedalam wadah atau kantung plastik tahan bocor.
10)    Bila hendak dipakai ulang, dekontaminasi kedua sarung tangan dengan direndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
11)    Setelah semua langkah selesai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, dan keringkan dengan handuk bersih dan kering atau didinginkan.

3.    Persiapan
Penting bahwa alat-alat dalam kondisi yang baik (misalnya, trokar dan skalpel harus tajam). Selain itu, periksa semua alat dan bahan lain setelah disterilisasi atau DTT. Batang implan tersimpan dalam kemasan steril, beralas karton dan terlindung dari panas. Alkon tersebut akan tetap steril selama 3 tahun asalkan tidak rusak dan tidak disimpan ditempat lembab dan panas.
1)      Persiapan Klien
Walaupun kulit dan integumennya sulit untuk disterilisasi, pencucian dan pemberian antiseptik pada daerah operasi tempat implan akan di pasang dapat mengurangi jumlah mikroorganisme didaerah kulit klien. Kedua tindakan ini pada kenyataannya sangat bermanfaat dalam mengurangi risiko terjadinya infeksi pada saat insersi atau pencabutan implan.
Bila prosedur pencucian dan kaidah tindakan antiseptik dilakukan dengan benar, angka kejadian infeksi saat insersi dan pencabutan implan akan sangat rendah (> 1 % ) dengan demikian pemberian antibiotik profilaktik tidak dianjurkan.

2)      Peralatan dan Instrumen untuk Insersi
(1)   Meja periksa untuk berbaring klien.
(2)   Alat penyanggah lengan (tambahan).
(3)   Batang implan dalam kantong.
(4)   Kain penutup steril (disinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok untuk tempat meletakan implan.
(5)   Sepasang sarung tangan karet bebas bedak yang sudah disteril (DTT).
(6)   Sabun untuk pencuci tangan.
(7)   Larutan antiseptik untuk disinfeksi kulit (misal: larutan betadin atau jenis golongan providon iodin lainnya, lengkap dengan cawan atau mangkok anti karat).
(8)   Zat anastesi lokal (konsentrasi 1 % tanpa epineprin).
(9)   Semprit (5 -10 ml dan jarum suntik 22 G) ukuran 2,5 sampai 4 cm (1-1,5 per inch)
(10)    Trokar 10 dan mandarin.
(11)    Skalpel 11 atau 15.
(12)    Kasa pembalut, band aid atau plester.
(13)    Kasa steril dan pembalut.
(14)    Epinefrin untuk renjatan anafilktik (harus tersedia untuk keperluan darurat).
(15)    Klem penjepit atau forsep mosquito tambahan
(16)    Bak/ instumen tertutup.
            

3)      Penerangan Pada Klien
(1)   Bimbing atau berikan  kesempatan pada klien untuk bertanya tentang keterangan yang telah diberikan dan tentang apa yang akan dilakukan pada dirinya.
(2)   Peragakan peralatan yang akan digunakan serta jelaskan tentang prosedur apa yang akan dikerjakan.
(3)   Jelaskan bahwa klien akan mengalami sedikit rasa sakit saat penyuntikan zat anastesi lokal, sedangkan prosedur insersinya sendiri tidak akan menimbulkan rasa nyeri.
(4)   Prinsip - prinsip dan tatacara pemasangan dan pencabutan implan secara umum adalah sama, baik implan yang menggunakan dua batang (indoplan) maupun satu batang (implanon).
(5)   Tentramkan hati klien setelah tindakan insersi.

4)      Kunci Keberhasilan Pemasangan
(1)   Untuk tempat pemasangan kapsul, pilihlah lengan klien yang jarang di gunakan.
(2)   Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan.
(3)   Pastikan kapsul-kapsul tersebut di tempatkan sedikitnya 8 cm diatas lipat siku di daerah medial lengan.
(4)   Insisi untuk pemasangan harus kecil, hanya sekedar menembus kulit. Gunakan skalpel atau trokar tajam untuk membuat insisi.
(5)   Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil, superfisial tepat dibawah kulit. Waktu memasukkan trokar jangan dipaksakan.
(6)   Trokar harus dapat mengangkat kulit setiap saat, untuk memastikan pemasangan tepat di bawah kulit.
(7)   Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar dari trokar sebelum kapsul berikutnya dipasang (untuk mencegah kerusakan kapsul sebelumnya, pegang kapsul yang sudah terpasang tersebut dengan jari tengah dan masukan trokar pelan-pelan di sepanjang tepi jari tersebut.
(8)   Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung kapsul menonjol keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali dalam posisi yang tepat.
(9)   Jangan mencabut ujung trokar dari tempat insisi sebelum semua kapsul dipsang dan diperiksa seluruh posisi kapsul. Hal ini untuk memastikan bahwa kedua kapsul dipasang dengan posisi yang benar dan pada bidang  yang sama di bawah kulit.
(10)    Gambar tempat kapsul tersebut pada rekam medik dan buat catatan bila ada kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan.

4.    Penatalaksanaan Umum
Kapsul implan dipasang tepat di bawah kulit di atas lipat siku, di daerah medial lengan atas (gambar 2). Untuk tempat pemasangan kapsul, pilihlah lengan klien yang jarang digunakan.

Pertama, cuci lengan dengan air dan sabun, kemudian usap dengan antispetik dan suntik anestesi local. Buat insisi kecil hanya sekedar menembus kulit, sekitar 8 cm di atas lipat siku. Setiap kapsul dimasukkan melalui trokar khusus (nomor 10) dan dipasang tepat dibawah kulit.
Tidak diperlukan penjahitan untuk menutup luka insisi, cukup dengan band aid.
Ingat: Yang terpenting kapsul dipasang superficial, tepat di bawah kulit (dermis). Pemasangan yang dalam akan menyebabkan pencabutan menjadi sulit.
Sebelum memulai tindakan, periksa kembali untuk memastikan apakah klien:
1)      Sedang minum obat yang dapat menurunkan  efektivitas implan,
2)      Sudah mendapat anestesi local sebelumnya, dan
3)      Alergi terhadap obat anestesi lokak atau jenis obat lainnya.

5.    Persiapan Pemasangan
1)    Langkah 1
Persilakan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang mengalir, serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun (sisa sabun menurunkan efektivitas antiseptic tertentu). Langkah ini sangat penting bila klien kurang menjaga kebersihan dirinya untuk menjaga kesehatannya dan mencegah penularan penyakit.
2)    Langkah 2
Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping, bila ada) dengan kain bersih.
3)    Langkah 3
Persilakan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan (misalnya : lengan kiri) diletakkan pada lengan penyangga atau meja samping. Lengan harus disangga dengan baik dan dapat digerakkan lurus atau sedikit bengkok sesuai dengan posisi yang disukai klinisi untuk memudahkan pemasangan (gambar 3).
4)    Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm di atas lipatan siku.

                                                     
5)    Langkah 5
Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di dalamnya.
6)    Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril implant dengan menarik kedua lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul dalam mankok steril.
Ingat : Kapsul yang tersentuh kapas atau bahan lain akan menjadi lebih reaktif (lebih sering menyebabkan perlekatan atau jaringan parut karena partikel kapas menempel pada kapsul silastik).
 
 




Bila tidak ada mangkok steril, kapsul dapat diletakkan dalam mangkok yang didisinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau pada baki tempat alat-alat. Pilihan lain adalah dengan membuka sebagian kemasan dan mengambil kapsul satu demi satu dengan klem steril atau DTT saat melakukan pemasangan.
Jangan menyentuh bagian dalam kemasan atau isinya kecuali dengan alat yang steril atau DTT.
Catatan : Bila kapsul jatuh ke lantai, kapsul tersebut telah terkonta-minasi. Buka kemasan baru dan teruskan pemasangan. (Jangan melakukan sterilisasi ulang pada kapsul yang terkontainasi).
 
 






6.    Tindakan Sebelum Pemasangan
1)    Langkah 1
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
2)    Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti sarung tangan untuk setiap klien guna mencegah kontaminasi silang).
Catatan : Jangan menggunakan bedak untuk memakai sarung tangan. Butir-butir bedak yang halus dapat jatuh ke tempat insisi dan menyebabkan terjadinya jaringan parut (reaksi jaringan ikat). Bila sarung tangan diberi bedak, bersihkan dengan kasa seril yang direndam dengan air steril atau air mendidih.
 
3)    Langkah 3
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung kapsul untuk memastikan jumlahnya.
4)    Langkah 4
Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik. Gunakan klem steril atau DTT untuk memegang kasa berantiseptik. (Bila memegang kasa berantiseptik hanya dengan tangan, hati-hati jangan sampai mengkontaminasi sarung tangan dengan menyentuh kulit yang tidak steril). Mulai mengusap dari tempat yang akan  dilakukan insisi kea rah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan. Hapus antiseptic yang berlebihan hanya bila tanda yang sudah dibuat tidak terlihat.
5)    Langkah 5
Bila ada gunakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul. Dapat juga dengan menutupi lengan di bawah tempat pemasangan dengan kain steril.
            


6)    Langkah 6
Setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anestesi (1% tanpa Epinefrin). Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama memasang kapsul implan.
7)    Langkah 7
Masukkan jarum tepat di bawah kulit pada tempat insisi (yang terdekat dengan siku) kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak tidak masuk ked ala pembuluh darah. Suntikan sedikit obat anestesi untuk membuat gelembung kecil di bawah kulit. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukkan ke bawah kulit (subdermis) sekitar 4 cm (gambar 5). Hal ini akan membuat kulit (dermis) terangkat dari jaringan lunak di bawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan sehingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anestesi sebanyakl 1 ml diantara tempat untuk memasang kapsul.

Catatan : Untuk mencegah toksisitas, dosis total tidak boleh melebihi 10 ml (10 g/l) dari 1% anestesi local tanpa Epinefrin.
 
 

7.    Pemasangan Kapsul
Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan jarum atau scalpel (pisau bedah) untuk memastikan obat anestesi telah bekerja.
1)        Langkah 1
Pegang skalpel dengan sudut 45O, buat insisi dangkal hanya untuk sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam.
2)        Langkah 2
Ingat kegunaan ke-2 tanda pada trokar. Trokar harus di pegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas (gambar 6). Ada 2 tanda pada trokar, tanda (1) dekat pangkal menunjukkan batas trokar dimasukkan kebawah kulit sebelum memasukkan setiap kapsul. Tanda (2) dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus tetap dibawah kulit setelah memasang setiap kapsul.

3)        Langkah 3
Dengan ujung yang tajam menghadap keatas dan pendorong didalamnya masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari mkiri atau kanan pada pola seperti kipas, gerakkan trokar kedepan dan berhenti saat ujung tajam seluruhnya berada dibawah kulit (2-3 mm dari akhir ujung tajam) (gambar 7). Memasukkan trokat jangan dengan paksaan. Jika terdapat tahanan, coba dari sudut lainnya.


4)        Langkah 4
Untuk meletakkan kapsul tepat dibawah kulit, angkat trokar ke atas, sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan – lahan dan hati – hati kearah tanda (1) dekat pangkal (gambar 6). Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. ,masuknya trokar akan lancer bila berada di bidang yang tepat di bawah kulit.
Catatan: jangan menyentuh trokar terutama bagian tabung yang masuk ke bawah kulit untuk mencegah trokar terkontaminasi pada waktu memasukkan dan menarik keluar.

5)        Langkah 5
Saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut pendorong dari trokar.

6)        Langkah 6
Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau pinset atau klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam trokar. Bila kapsul diambil dengan tangan, pastikan sarung tangan tersebut bebas dari bedak atau partikel lain. (untuk mencegah kapsul jatuh pada waktu dimasukkan kedalam trokar, letakkan satu tangan dibawah kapsul untuk menangkap bila kapsul tersebut jatuh) (gambar 8).

Dorong kapsul sampai seluruhya masuk kedalam trokar dan masukkan kembali pendorong (gambar 9).


7)        Langkah 7
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul keareah ujung trokar sampai terasa ada tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa (akan terasa tahanan pada saat sekitar setengah bagian pendorong masuk kedalam trokar).
8)        Langkah 8
Pegang pendorong dengan erat ditempatnya dengan satu tangan untuk menstabilkan. Tarik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kearah luka insisi sampai tanda (2) muncul ditepi luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong (gambar 10). Hal yang penting pada langkah ini adalah menjaga pendorong tetap ditempatnya dan tidak mkendorong kapsul kejaringan.

9)        Langkah 9
Saat pangkal trokar menyentuh pegangan pendorong, tanda (2) harus terlihat ditepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada di bawah (gambar 11). Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari trokar.

Catatan: pasangkan trokar yang berulang akan memendekkan trokar sehingga mengurangi jarak ketanda (2), karena itu saat memakai trokar yang diasah, jangna menarik trokar terlalu jauh kebelakang karena akan keluar dari tepi luka insisi.
Hal yang penting adalah kapsul bebas dari ujung trokar untuk menghindari terpotongnya kapsul saat trokar digerakkan untuk memasang kapsul berikutnya.
10)    Langkah 10
Tanpa memgeluarkan seluruh trokar, putar ujung trokar kearah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula (gambar 12) untuk memastikan kapsul pertama bebas.

Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25O. untuk melakukan itu, mula- mula fiksasi kapsul petama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan- pelan sepanjang sisi jari telunjuk tersebut sampai tanda (1) (gambar 13). Hal ini akan memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan mencegah trokar menusuk kapsul yang dipasang sebelumnya. Bila tanda (1) sudah tercapai, masukkan kapsul berikutnya kedalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya (langkah 5-9) sampai seluruh kapsul terpasang.

11)    Langkah 11
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi risiko infeksi atau ekspulsi, pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi.
12)    Langkah 12
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul semuanya telah terpasang.
13)    Langkah 13
Ujung dari semua kapsul harus tidak ada pada tepi luka insisi (sekitar 5 mm). bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati – hati dan dipasang kembali ditempat yang tepat.
14)    Langkah 14
Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa, keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1menit untuk menghentikan perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan dengan kasa berantiseptik.

8.    Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul
1)      Menutup Luka Insisi
(1)   Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester dengan kasa steril untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidak perlu dijahit karena dapat menimbulkan jaringan parut.
(2)   Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk hemostasis dan mengurangi  memar ( perdarahan subkutan ).
2)      Perawatan Klien
(1)     Buat catatan pada rekam medik tempat pemasangan kapsul dan kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan. (Gambar sederhana yang memperlihatkan kira-kira tempat pemasangan kapsul pada lengan klien, akan sangat membantu ).
(2)     Amati klien lebih kurang 15 sampai 20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah pemasangann , kalau bisa diberikan secara tertulis.
9.    Petunjuk Perawatan Luka Insisi Di Rumah
1) Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah insisi selama beberapa hari. Hal ini normal .
2) Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam. Luka insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi atau mencuci pakain.
3) Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan band aid  ditempatnya sampai luka insisi sembuh (umumnya 3-5 hari).
4) Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau luka didaerah tersebut atau menambahkan tekanan.
5) Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dibersihkan dengan tekanan normal.
6) Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi kemerahan dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.
10.          Bila Terjadi Infeksi
1)      Obati dengan pengobatan yang sesuai untuk infeksi lokal.
2)      Bila terjadi abses ( dengan atau tanpa ekspulsi kapsul ) cabut semua kapsul.
11.          Petunjuk Untuk Menjaga Agar Trokar Tetap Tajam
1)      Pemakaian yang berulang-ulang akan menyebabkan trokar menjadi tumpul. Trokar harus diperiksa dengan hati-hati setelah setiap 10 kali pemasangan.
2)      Setelah selesai di pakai, pisahkan trokar dari pendorongan ( hal ini untuk menjaga trokar agar tetap tajam).
3)      Bila trokar tampak telah menjadi tumpul, harus diasah seperti pengasah pisau atau gunting denganm menggunakan batu asah yang halus.
4)      Pada waktu mengasah trokar, jangan terlalu berlebihan oleh karena dapat mengubah sudut ketajamannya sehingga trokat tidak dapat dipakai lagi. Pengasahan yang berlebihan akan memperpendek trokar, mengurangi jarak ketanda (2) dengan ujung trokar.
5)      Masalah lain yang ditimbulkan karena pengasahan yeng berlebihan adalah pada waktu memasukkan pendorong sepenuhnya, maka ujung tumpul pendorong akan menonjol keluar melewati ujung tajam trokar. Hal ini akan menyulitkan waktu memasukkan trokar terdapat dibawah kulit. Bila hal ini terjadi, tarik kembali pendorong sehingga ujung tumpulnya tidak menonjol keluar dari ujung tajam trokar.
6)      Setelah kira-kira 50-100 kali pemasangan, trokar harus diganti, tidak boleh dipasang lagi.
12.          Pencabutan Implan
1)      Metode Pencabutan
Metode pencabutan untuk implan Norplant (R), JadenaTM, Indoplant(R) maupun implanon(R) sama hanya berbeda dalam jumlah kapsul yang terpasang.
Metode standar pencabutan menggunakan klem mosquito atau Crile untuk menjepit kapsul telah digunakan sejak awal 1980an. Sejak itu telah banyak dilaporkan modifikasi dari metode standar  pencabutan, misalnya metode “pop out” yang diperkenalkan oleh Darney dkk. Pada ahun 1992. Kenyataan bahwa banyak yang memikirkan untuk terus menyempurnakan metode pencabutan, sedang perubahan pada metode pemasangan sangat sedikit, menunjukan dengan jelas metode setandar pencabutan tidak seluruhnya sempurna. Pengamatan ini didukung oleh pengalaman dari berbagai negara. Dibandingkan pemasangan, pencabutan lebih memerlukan kesabaran dan keahlian. Selain itu pemasangan yang tidak baik (misalnya terlalu dalam atau tidak menggunakan pola) menyebabakan pencabutan dengan metode apapun akan memakan waktu yang lama dan lebih banyak perdarahan di bandingkan pada waktu pemasangan.
Praptohardjo dan Wibowo (1993) melaporkan metode baru untuk pencabutan implan Norplanet yaitu teknik “U”. Perbedaan yang besar antara teknik “U” dan teknik standar adalah :
2)      Posisi dari insisi kulit
3)      Pemasangan klem pemegang implan Norplanet, merupakan modifikasi klem yang di gunakan untuk pasektomi tanpa pisau dengan diameter ujung klem di perkecei dari 3,5 menjadi 2,2 mm.
13.          Persiapan dan Peralatan
Dalam melakukan persiapan yang penting adalah alat-alat dalam kondisi baik (misalnya klem harus dapat menjepit dengan kuat dan sekalpel harus tajam). Periksa alat-alat dan bahan yanh akan di pakai sudah dalam keadaan steril ayau DTT. Peralatan yang di perlukan untuk setiap pencabutan adalah sebagai berikut (gambar 23) :
1)      Meja periksa untuk tempat tidur klien .
2)      Penyangga lengan atau meja samping.
3)      Sabun untuk mencuci lengan.
4)      Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering
5)      Tiga mangkok steril atau DTT (satu untuk larutan anti septik, satu tempat air mendidih atau steril yang berisi kapas bulat untuk membersihkan bedak pada sarung tangan dan satu lagi berisi larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi kapsul yang telah di cabut).
6)      Sepasang sarung tangan steril atau DTT.
7)      Larutan antiseptik
8)      Anastesi lokal (konsentrasi 1 % tanpa epinefrin).
9)      Tabung suntik (5 atau 10 ml) dan jarum suntik dengan panjang 2,3-4 cm (nomor 22).

Bahan dan peralatan standar untuk pencabutan
1)      Skalpel (pisau bedah nomor 11)
2)      Klem lengkung dan lurus (moskuito dan crile).
3)      Band aid atau kasa steril dngan plester.
4)      Kasa pembalut.
5)      Epinefrin untuk syok anafilatik  (haus selalu tersedia untuk keadaan daruat).
14.          Konseling Sebelum Pencabutan
Sebelum mencabut kapsul, ajak klien berbicara tentang alasannya ingin mencabut dan jawab semua pertanyaannya. Tanyakan pada klien tentang tujuan reproduksinya (misalnya: Apakah klien ingin mengatur jarak kehamilan atau membatasi kelahiran). Terangkan secara ringkas proses pencabutan dan apa yang dapat diharapkan selama dan sesudah pencabutan.
15.          Kunci Keberhasilan Pencabutan
1)      Pencabutan yang mudah tergantung pada pemasangan yang benar. Bila kapsul dipasang tepat di bawah kulit maka akan lebih mudah dicabut. Bila dipasang terlalu dalam akan menimbulkan masalah.
2)      Pencabutan rutin (tanpa masalah) sedikit lebih lama dari pemasangan- biasanya 10 sampai 20 menit.
3)      Raba tempat pencabutan untuk menentukan lokasi  dari masing-masing kapsul dan beri tanda posisi masing-masing kapsul dengan sepidol.
4)      Gunakan tindakan pencegahan infeksi yang dianjurkan  untuk menghindari infeksi.
5)      Suntikkan sedikit (biasanya seluruhnya tidak lebih dari 3 ml) obat anestesi lokal di bawah ujung kapsul dekat insisi yang lama. Bila disuntikan di atas kapsul akan membuat kapsul tidak teraba dari luar sehingga menyulitkan pencabutan.
6)      Bila posisi kapsul benar, hanya diperlukan insisi kecil tidak melebihi 4 mm untuk mencabut keenam kapsul.
7)      Kapsul yang pertama kali dicabut adalah yang terletak paling dekat insisi atau peling dekat permukaan kulit.
8)      Bila memang diperlukan, tambahkan sedikit lagi anestesi hanya di bawah ujung kapsul.
9)      Atasi perdarahan dengan melakukan penekanan pada luka insisi.
10)  Bila masih tersisa 1 atau 2 kapsul yang sulit dicapai, jangan dipaksakan untuk melakukan pencabutan. Bila waktu pencabutan telah mencapai lebih dari30 menit, minta klien untuk kembali setelah luka insisi sembuh benar(sekitar 4-6 minggu) dan coba lagi atau rujuk ke klinisi yang lebih berpengalaman.
11)  Terakhir dan yang paling penting, klinisi harus bekerja dengan baik , hati-hati dan sabar untuk menghindari luka yang besar pada lengan klien.
16.          Penatalaksanaan Umum
Pencabutan yang mudah bergantung pada pemasangan yang benar. Proses pencabutan umumnya lebih lama dari proses pemasangan-biasanya antara 10-20 menit.
Bila kapsul terpasang dengan benar atau lebih mudah mencabutnya, sedang yang letaknya dalam akan lebih sulit mencabutnya.
Menentukan lokasi kapsul lebih dulu dengan meraba tanpa menggunakan sarung tangan akan sangat membantu untuk proses pencabutan. Banyak klinis memilih untuk memberi tanda dengan sepidol pada setiap posisi kapsul. Usap lengan klien dengan larutan antiseptik sebelum menyuntikkan anestesi lokal. Anestesi lokal harus di suntikkan di bawah ujung kapsul dekat tempat insisi suntikan di atas kapsul akan membuat kapsul sulit di raba.
Pada umumnya hanya satu insisi kecil yang di perlukan untuk mencabut seluruh kapsul. Panjang insisi tidak boleh lebih dari 4 mm. Dimana insisi dilakukan bergantung pada posisi implan dan metode pencabutan yang akan di gunakan, metode standar atau teknik “ U”.
Kapsul pertama yang di cabut harus yang paling mudah di capai (misalnya aling dekat dari insisi atau paling mudah di raba). Bila 1 atau 2 kapsul terakhir sulit di cabut, jangan paksakan untuk mencabutnya. Bila seluruh 6 kapsul tidak dapat di cabut dalam 20 sampai 30 menit, hentikan pencabutan. Klien harus di beri metode kontrasepsi pengaman (bila klien menginginkan) dan di minta datang kembali setelah luka insisi sembuh (sekitar 4 sampai 6 minggu) untuk pencabutan kapsul yang tersisa. (bila kapsul yang tersisa tersebut tidak teraba, lakukan foto dengan sinar X atau Ultrasound untuk menentukan lokasinya). Klinis harus bekerja dengan halus, hati-hati dan sabar.
Sebelum memulai tindakan, periksa untuk memastikan bahwa klien tidak alergi terhadap obat anestesi.
17.          Persiapan Sebelum Tindakan
1)      Langkah 1
Persilahkan klien untuk mencuci seluruh lengan dan tangan dengan sabun dan air yang mengalir, serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun (sisa sabun menurunkan efektivitas  antiseptik tertentu). Langkah ini sangat penting bila higiene klien buruk (kurang menjaga kebersihan dirinya untuk menjaga kes ehatan dan mencegah penularan penyakit).
2)      Langkah 2
Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping, bila digunakan) dengan kain bersih yang kering.
3)      Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan (misalnya : lengan kiri) diletakkan pada lengan penyangga atau meja samping. Lengan harus disangga dengan baik dan dapat digerakkan dengan lurus atau sedikit bengkok sesuai dengan posisi yang disukai oleh klinisi untuk memudahkan pencabutan (Gambar 24).

4)      Langkah  4
Raba keenam kapsul untuk menentukan lokasinya (Gambar 20-25). Untuk menentukan insisi, raba (tanpa sarung tangan) ujung kapsul dekat lipatan siku. Bila tidak dapat meraba kapsul, lihat lokasi pemasangan pada rekam medik klien.

Petunjuk : untuk memudahkan meraba kapsul, basahkan sedikit ujung jari dengan sabun atau larutan antisepsitk seperti salvon atau betadin. Dengan cara ini dapat menghilangkan gesekan antara ujung jari klinisi dengan kulit klien sehingga kapsul lebih mudah diraba.
5)      Langkah 5
Pastikan posisi dari setiap kapsul dengan membuat tanda pada kedua ujung setiap kapsul dengan menggunakan spidol (Gambar 26).

                      Gambar 26: member tanda pada kapsul
6)      Langkah 6
Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat didalamnya.
18.          Tindakan Sebelum Pencabutan
1)      Langkah 1
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
2)      Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti sarung tangan untuk setiap klien guna mencagah kontaminasi silang).
Catatan : jangan menggunakan bedak untuk memakai sarung tangan. Butir-butir bedak yang halus dapat jatuh ke tempat insisi dan menyebabakan terjadinya jaringan parut (reaksi jaringan ikat). Bila sarung tangan diberi bedak, bersihkan dengan kain kasa steril yang direndam deangan air steril atau air mendidih.
3)      Langkah 3
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai.
4)      Langkah 4
Usap tempat pencabutan dengan kasa berantiseptik. Gunakan klem steril atau DTT untuk memegang kasa tersebut. (bila memegang kasa berantiseptik hanya dengan tangan, hati-hati jangan sampai mrngkontaminasi sarung tangan dengan menyentuh kearah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan. Hapus antiseptik yang berlebihan hanya bila tanda yang sudah dibuat tidak terlihat.
5)      Langkah 5
Bila ada gunakan kain (deck) lobang untuk menututupi lengan. Lobang tertutup harus cukup lebar untuk memaparkan lokasi kapsul. Dapat juga dengan menutupi lengan dibawah tempat kapsul dipasang dengan megunakan kain steril (pilihan lain adalah menggunakan kain yang telah didekontaminasi, dicuci dan dikeringkan di udara dengan mesin pengering).
6)      Langkah 6
Sekali lagi raba seluruh kapsul untuk menentukan lokasinya.
7)      Langkah 7
Setelah memastikan klien tidak alergi terhadap anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anestesi (1% tanpa Epnefrin). Masukkan jarum tepat di bawahkulit pada tempat insisi akan dibuat, kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Sutikkan sedikit obat anestesi untuk membuat gelembung kecil di bawah kulit . masukkan jarum secara hati-hati di bawah ujung kapsul pertama sampai lebih kurang sepertiga panjang kapsul (1cm), tarik pelan-pelan sambil menyuntikkan obat anestesi (kira-kira 0,5 ml) untuk mengangkat unjung kapsul (gambar 27).

Ingat : menyuntikkan obat anestesi lokal dibawah ujung kapsul sangat menentukan kemudahan dan kecepatan proses pencabutan.

Tanpa mencabut jarum. Geser ujung jarum dan masukkan ke bawah kapsul berikutnya. Ulangi proses ini sampai seluruh unjung keenam kapsul terangkat. Jangan  menyuntikkan obat anestesi di atas kapsul karena akan membuat jaringan menjadi oedem sehingga kapsul sulit diraba. Bila perlu dapat ditambahkan lagi anestesi, selama berlangsungnya proses pencabutan.
Sebelum memulai, sentuh tempat insisi dengan ujung jarum atau skalpel untuk memastikan obat anestesi telah bekerja.
Catatan : untk mencegahtoksisitas dosis total tidak boleh melebihi 10 ml (10 g/l) dari 1% anestesi lokal tanpa epinefrin.

19.          Tindakan Pencabutan Kapsul
1)      Metode Standar
(1)   Langkah 1
Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah semua kapsul (dekat siku), kira – kira 5 mm dari ujung bawah kapsul (gambar 28). Bila jarak tersebut sama maka insisi dibuat pada tempat insisi waktu pemasangan. Sebelum mennentuka lokasi, pastikan tidak ada ujung kapsul yang berada di bawah insisi lama (hal ini untuk mencegah terpotongnya kapsul saat melakukan insisi).

(2)   Langkah 2
Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang yang kecil lebih kurang 4 mm dengan menggunakan scalpel. Jangan membuat insisi yang besar. (gambar 29).

Catatan : bila akan memasang kembali satu set kapsul baru, biasanya insisi yang sama dapat dipakai untuk mencabut kapsul yang lama dan memasang kapsul yang baru.

(3)   Langkah 3
Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang berdekat tempat infeksi.
(4)   Langkah 4
Dorong unjung kapsul kea rah insisi dengan jari tangan sampai ujung kasul tampak pada luka insisi. Saat ujung kapsul tampak pada luka insisi, masukan klem lengkung (mosquito atau Clile) dengan lengkungan jepitan mengarah ke atas, kemudian jepit ujung kapsul dengan klem tersebut (gambar 30).

Catatan: bila kapsul sulit degerakan kea rah insisi, hal ini mungkin karena jarang (pembentuk jaringan fibrous) yang mengelilingi kapsul.
(5)   Langkah 4A
Masukan klem lengkung melalui luka insisi dengan lengkungan jepitan mengarah ke kulit, teruskan sampai berada di bawah unjung kapsul dekat siku. Buka dan tutup jepitan klem untuk memotong secara tumpul jaringan parut yang mengelilingi ujung kapsul (gambar 31). Ulangi sampai ujung ke 6 kapsul seluruhnya bebas dari jaringan parut yang mengelilinginya (mudah digerakan).

(6)   Langkah 4B
Dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi. Sambil mekan (fisasi) kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah, masukan lagi klem lengkung (lengkungan jepitan mengarah ke kulit), sampai berada di bawah ujung kapsul, jepit kapsul de dekat ujungnya (5-10 mm) dan secara hati-hati tarik keluar melalui luka insisi.(gambar30)
(7)   Langkah 5
Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan cara menggosok-gosok padai kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul. (gambar 32).

Cara lain bila jaringan ikat tidak bisa dibuka dengan cara mengosok-gosok pake kasa steril, dapat dengan menggunakan scalpel secara hati-hati. Untuk mencegah terpotongnya kapsul, gunakan sisi yang tidak tajam dari scalpel waktu membersihkan jaringan ikat yang mengelilingi kapsul. (gambar 33).

(8)   Langkah 6
Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem ke 2 (gambar 34). Lebaskan klem pertama dan cabut kapsul secara perlan-pelan dan hati-hati dengan klem kedua. (gambar 35). Kapsul akan mudah dicabut karena jaringan ikat yang mengelilingi tidak melekat pada karet silicon. Bila kapsul sulit dicabut, pisahkan secara hati-hati sisa jaringan ikat yang melekat pada kapsul dengan menggunakan kasa atau skalpel.


Catatan: setelah kapsul berhasil dicabut, taruh dlam mangkuk kecil yang berisi larutan klorin yang berisi larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi sebelum dibuang. Didalam mangkok tersebut, kapsul dapat dengan mudah dihitung untuk memastikan ke enam kapsul telah dicabut semuanya. Dengan melihat kapsul dalam mangkuk tersebut. Mangkuk tersebut juga dapat mengetahui keadaan kapsul tersebut. Kapsul yang utuh akan mengambang sedangkan kapsul yang putus akan tenggelam secara pelan-pelan.

(9)   Langkah 7
Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut. Gunakan teknik yang sama langkah 4-6 untuk mencabut kapsul bagian berikutnya.

Ingat: Bila memerlukan pemanbahan obat anastesi, suntikan dibawah kapsul agar kapsul tetap teraba dari luar.
Sebelum mengakhiri tindakan. Hitung untuk memastikan ke 6 kapsul sudah di cabut. Tunjukan ke 6 kapsul tersebut pada klien. Hal ini sangan penting untuk meyakinkan klien.
2)      Metode pencabutan teknik “U”
Diameter dalam 2,2 mm klem yang dipakai mencabut kapsul teknik U, merupakan modifiksasi klem yang digunakan untuk pasektomi tanpa pisau dengan diameter ujung klem diperkecil dari 3,5 menjadi 2,2 (gambar 36).

Untuk menggunakan teknik ini, raba tempat pencabutan secara hati-hati untuk mementukan dan menadai kapsul. Selanjutnya cuci tangan dan pakai sarungtangan steril atau DTT. Usap lengan dengan larutan antiseptic dan suntikan obat anastesi local seperti yang telah diuraikan sebelumnya (persiapan dan tindakan sebelum pencabutan).
(1)   Langkah 1
Tentukan lokasi insisi pada kulit diantara kapsul 3 dan 4 lebih kurang 5 mm dari ujung kapsul dekat siku (gambar 37).

Catatan: bila akan memasang kembai kapsul implant yang baru. Biasanya insisi yang sama dapat dilakukan untuk mencabut dan pemasangan kapsul yang baru (lihat uraian selanjutnya tentang pemasangan ke 2).

(2)   Langkah 2
Buat insisi kecil (4 mm) memanjang sejajar diantara sumbu panjang kapsul dengan menggunakan scalpel.
(3)   Langkah 3
Masukan ujung klem pemegang implant norplant secara hati-hati melalui luka insisi. (dengan teknik ini tidap perlu memisahkan jaringan secara tumpul seperti pada metode standar).
(4)   Langkah 4
Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk sejajar panjang kapsul (gambar 38).

(5)   Langkah 5
Masukan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka klem dan jepit kapsul dengan sudut yang tepat pada sumu panjang kapsul lebih kurang 5 mm di atas ujung bawah kapsul (gambar 39). Setelah kapsul terjepit, cari kea rah insisi (1) dan balikan pegangan klem 180O ke arah bahu klien (2) untuk memaparkan ujung bawah kapsul.

(6)   Langkah 6
Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggosok-gosok menggunakan kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul sehingga sudah mudah dicabut (gambar 32). Bila tidak bisa dengan kasa, boleh menggunakan scalpel (gambar 33).
(7)   Langkah 7
Gunakan klem lengkung (mosquito atau crile) untuk mejepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan klem pemegang norplent dan cabut kapsul dengan pelan-pelan dan hati-hati (gambar 35). Taruh kapsul yang telah dicabut dalam mangkuk kecil yang berisikan klorin 0,5% untuk dekontaminasi sebelum dibuang. Kapsul akan keluar dengan mudah karena jaringan ikat tidak melekan pada kapsul. Bila kapsul tidak bisa keluar dengan mudah, bersihkan kembali jaringan ikat yang mengelilinginya dengan mengosok-gosok pakai kasa atau sisi yang tidak tajam dari skapel.
(8)   Langkah 8
Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah dicabut. Gunakan teknik yang sama  (langkah 3-7) untuk mencabut kapsul berikutnya.
Ingat: Bila memerlukan penambahan obat anestesi, suntikan dibawah kapsul agar kapsul teraba dari luar.
Sebelum mengakhiri tindakan, hitung untuk memastikan keenam kapsul sudah dicabut. Tunjukkan keenam kapsul tersebut pada klien. Hal ini sangat penting untuk meyakinkan klien.
3)      Kapsul Yang Sudah di Cabut
Kadang – kadag satu atau beberapa kapsul sulit dicabut. Sebagai contoh, meskipun jaringan parut telah dipotong secara tumpul, ujung kapsul tidak dapat didorong mendekati luka insisi atau kapsul dipasang terlalu dalam (misalnya kedalam jaringan subkutan atau jaringan lemak). Bila ini terjadi, teknik “U” dapat digunakan untuk mencabut kapsul tersebut. Cara lain, ikuti langkah – langkah dibawah ini untuk mencabut kapsul:
(1)   Langkah 1
Raba kedua ujung kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah. Letakkan jari tengah pada ujung kapsul yan g dekat bahu dan jari telunjuk pada ujung kapsul yang dekat kapsul, kemudian dorong kapsul sedekat mungkin kearah insisi (gambar 40).

(2)   Langkah 2
Masukkan klem lengkung kedalam luka insisi sampai ujung jepitan klem kebawah kapsul lengan kedua jari tetap menekan ujung-ujung kapsul untuk tetap mengfiksasi (gambar 40).
(3)   Langkah 3
Jepit kapsul dari bawah dengan klem lengkung (gambar 41).

(4)   Langkah 4
Jangan mencoba untuk menarik kapsul keluar oleh karena ujung klem yang sekarang asuk kedalam luka insisi lebih kurang 1-2 cm. lebih baik sambil meneruskan mendorong ujung kapsul kearah insisi, balikkan (flip) dengan klem 180O kearah bahu klien dan kemudian pegang klem dengan tangan yang berlawanan (gambar 42).

Catatan: bila setelah klem dibalikkan, kapsul belum terlihat (langkah 4) putar (twist) klem 180O kearah sumbu utama nya (gbr 20-43). Tarik klem hati – hati sehingga ujung kapsul terlihat pada luka insisi dari sisi yang berlawanan dengan klem.


(5)   Langkah 5
Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan menggosok-gosok pakai kasa steril untuk memaparkan ujung kapsul. Cara lain bila jaringan ikat tidak bisa dibuka dengan menggosok-gosok pakai kasa steril dapat menggunakan skapel.
(6)   Langkah 6
Setelah jaringan ikat yang mengelilingi kapsul terbuka, gunakan klem ke-2 untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan klem pertama dan cabut kapsul dengan klem kedua.
(7)   Langkah 7
Sisa kapsul lain yang sulit dicabut, dapat dicabut dengan menggunakan teknik yang sama. Bila perlu dapat ditambahkan lagi anestesi lokal untuk mencabut sisa kapsul.
4)      Metode Pencabutan Teknik “Pop Out “
Pada tahun 1992,darney,klaisle dan  walket melaporkan metode pencabutan yang sederhana untuk mencabut beberapa atau seluruh kapsul Norplant. metode ini tanpa menggunakan klem dan disebut teknik” pop out “. teknik pencabutan ini dapat mengurangi,rasa sakit maupun perdarahan dan biasanya luka insisi lebih kecil .demikian juga trauma ataupun perdarahan dibawah kulit lebih sedikit dan jaringan parut yang terjadi lebih kecil bahkan sering tidak tampak.teknik ini akan mengurangi resiko robek pada kapsul selama tindakan pencabutan. satu-satunya kerugian dan teknik ini adalah tidak dapat dilakukan bila lokasi kapsul tidak baik (misalnya tidak dalam pola kipas ) pada waktu dipasang atau dipasang terlalu dalam.
Untuk menggunakan teknik ini,raba tempat pencabutan secara hati-hati untuk menentukan dan menandai kapsul. selanjutnya cuci tangan dan pakai sarung tangan steril atau  DTT. Usap lengan dengan larutan antiseptik dan suntikan obat anestesi lokal seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
(1)   Langkah 1
Raba ujung-ujung kapsul didaerah dekat siku untuk memilih salah satu kapsul yang lokasinya terletak ditengah-tengah dan mempunyai jarak yang sama dengan ujung kapsul lainnya. dorong ujung bagian atas kapsul (dekat bahu klien) yang telah dipilih tadi dengan menggunakan jari. pada saat ujung bagian bawah kapsul (dekat siku ) tampak jelas dibawah kulit,buat insisi kecil ( 2-3 mm) diatas ujung kapsul dengan menggunkan skalpel (gambar 44).


Gambar 44: membuat insisi
(2)   Langkah 2
Lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari tengah lainnya pada ujung bagian bawah kapsul untuk membuat ujung kapsul tersebut berada dibawah tempat insisi (gambar 45).

(3)   Langkah 3
Masukan ujung tajam skalpel kedalam luka insisi sampai terasa menyentuh ujung kapsul. bila perlu,potong jaringan ikat yang mengelilingi ujung kapsul sambil tetap memegang kapsul dengan ibu jari dan jari telunjuk (gambar 46).


(4)   Langkah 4
Tekan jaringan ikat yang sudah terpotong tadi dengan kedua ibu jari sehingga ujung bawah kapsul terpapar keluar (gambar 47).

(5)   Langkah 5
Tekan sedikit ujung atas kapsul (dekat bahu) sehingga kapsul muncul (pop out ) pada luka insisi dan dengan mudah dapat dipegang dan dicabut. Setelah kapsul pertama berhasil dicabut, kapsul berikutnya akan muncul dengan menggunakan teknik yang sama. kemungkinan tdak seluruh kapsul dapat dicabut dengan teknik ini. bila bmenemui kapsul yang sulit dicabut dengan teknik ini,gunakan metode pencabutan yang lain. Setelah keenam kapsul berhasil  dicabut dan di hitung kembali jumlahnya,luka insisi ditutup dengan band aid atau kasa steril dan plester. pembalut tekan biasanya tidak diperlukan karena teknik pop out ini tidak dapat menyebabkan atau hanya sedikit merusak jaringan (subkutaneus) ditempat pencabutan (gambar 48).

5)      Petunjuk Pencabutan
(1)   Kapsul yang Sulit Dicabut
Kadang–kadang kapsul tidak bisa dicabut semuanya pada kunjungan pertama.jangan paksakan untuk mencabut 1 atau 2 kapsul sisa yang sulit dicabut. aturan yang umum adalah bila seluruh kapsul tidak bisa dicabut dalm waktu 20 sampai 30 menit atau klien tanpak gelisah mka cara yang terbaik adalah menghentikan tindakan pencabutan,memulangkan klien dan meminta datang kembali bila luka insersi benra-benar sembuh(sekitar 4-6 minggu ). biasanya kapsul yang tersisa tersebut kan teraba dan dapt dicabut pada kunjungan ke dua .
Ingat : bila klien tidak ingin hamil,harus diberi metode kontrasepsi pengaman untuk dipakai selama menunggu pencabutan kapsul yang tersisa .
 
 




(2)   Kapsul Yang Tidak Dapat Diraba
Ada 2 cara untuk menentukan lokasi kapsul yang dipasang terlalu dalam sehingga tidak bisa diraba oleh jari yaitu dengan sinar X dan ultasound.Dengan menggunakan bahan radiopaque untuk memberi tanda pada tempat insisi,maka kapsul yag juga radiopaque biasanya dapat ditentukan dengan sinar X (pasang pada 50-55 kilovolts dan 4-5 miliampere,dengan waktu pemaparan 0,03 detik). kedalamannya tidak dapat ditentukan dengan sinar X,sehiingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan lokasi kapsul. Dengan ultasound,bayangan yang ditimbuklan oleh kapsul dapat ditrentukan (contohnya suatu bayangan dengan daerah yang tidak ada ehko akan tampak dibawah masing-masing kapsul). penyetelan khusus ( posisi probe ultasound)munkin diperlukan untuk memusatkan pada ultasound.
(3)   Kapsul Yang Putus
Pencabutan akan lebih sulit bila kapsul terputus pada waktu berusaha mengeluarkannya. sekali kapsul putus,maka ada kemunkinan akan putus lagi setiap kali melakukan jepitan dengan klem. kadang-kadang diperlukan insisi baru diujung atas kapsul ( dekat bahu)pada pencabutan kapsul yang sudah putus sehingga sisa kapsul tersebut dapat dicabut.
(4)   Pemasangan Kedua
Bila klien ingin meneruskan memakai implan,maka satu set kapsul yang baru dapat segera dipasang setelah selesai pencabutan. dari hasil pengamatan,tidak didapatkan perbedaan yamng bermakna antara kadar levonogestrel setelah pemasangan pertama dengan pemasangan kedua pada tempat yang sama maupun pada lengan yang lain.
a.       Kapsul yang baru dapat dipasang melalui insisi dan arah yang sama dengan yang terdahulu
b.      Pilihan lain,kapsul dipasang dengan arah yang berlawanan.saat memasang dengan arah yang berlawanan ,pastikan kapsul tidak terpasang terlalu dekat dengan siku karena akan menggangu gerakan siku.
c.       Insisi baru hanya dilakukan bila terlalu banyak jariungan ikat yang rusak pada tempat pemasangan pertama atau bila tidak ada tempat yang cukup antara tempat insisi dan lipatan siku.
d.      Bila pada tempat pencabutan tidak memunkinkan untuk dipasang lagi atau atas permintaan klien,maka pemasangan suatu set kapsul yang baru dapat dilakukan pada lengan yang lain.
6)      Tindakan Setelah Pencabutan Kapsul
(1)   Menutup Luka Insisi
Bila klein tidak ingin melanjutkan pemakain implan lagi,bersihkan tempat insisi dan sekitarnya dengan menggunakn kasa berantiseptik. gunakan klem untuk memegang kedua tepi luka insisi selama 10-15 detik untuk mengurangi perdarahan dari luka insisi,kemudian dilanjutkan dengan membalut luka insisi.
(2)   Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudiian tutup dengan band aid (plaster untuk luka ringan ) atau kasa stril dan plester.
Luka insisi tidak perlu dijahit,karena munkin dapat menimbulkan jaringan parut.periksa kemunkinan adanya perdarahan.
7)      Instruksi Kepada Klien Untuk Perawatan Luka Dirumah
(1)   Beritahu klien mungkin akan timbul memar ,pembengkakan dan kulit kemerahan pada daerah pencabutan selama beberapa hari,keadaan ini normal
(2)   Jaga luka insisi tetap kering dan bersih paling sedikit selama 48 jam (dapat terjadi infeksi bila luka insisi basah pada waktu mandi).
(3)   Bila memakai pembalut tekan jangan dibuka selam 48 jam dan band aid boleh dibuka selama luka insisi sembuh (biasanya 3-5 hari).
(4)   Klien dapat segara melakukan pekerjaan rutin.hindari benturan dan tekanan pada tempat insisi dan mengangakat beban yag berat.
(5)   Setelah sembuh,luka insisi boleh di cuci dan disentuh dengan tekan normal.
(6)   Segera kembali keklinik bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam,radang (kemerahan dan panas) pada tempat insisi atau sakit dilengan selama beberapa hari.
(7)   Beritahu klien kapan kembali ke klinik untuk perawatan untuk tindak lanjut ,bila diperlukan. diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah jawab semua pertanyaan klien.
(8)   Beritahu klien bahwa jaringan ikat dilengan (alur bekas tempat kapsul ) mungkin masih tetap terasa dan akan menghilang setelah beberapa bulan kemudian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar