1.1 Metode
Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat
1.1.1
Siklus
Menstruasi Normal
Menstruasi merupakan perdarahan teratur dari uterus sebagai tanda
bahwa alat kandungan telah memulai fungsinya. Siklus haid sebagai akibat
pertumbuhan dan pengelupasan lapisan endometrium uterus. Pada akhir fase haid
endometrium menebal lagi atau fase proliferasi. Perubahan endometrium dikontrol
oleh siklus ovarium. Siklus menstruasi normalnya terjadi setiap 22 - 35 hari dengan
lamanya menstruasi selama 2 - 7 hari. Rata-rata siklus 28 hari dan terdiri
atas: Fase Folikular, Fase Ovulasi, dan Fase Luteal.
1.1.1.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Haid
1.
Faktor
Hormon
1)
Foliicle Stimulating Hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis.
2)
Estrogen
yang dihasilkan oleh ovarium.
3)
Luteinizing Hormone
(LH) yang dihasilkan oleh hipofisis.
4)
Progesterone
yang dihasilkan oleh ovarium.
2.
Faktor
Enzim
Enzim hidrolik yang terdapat pada endometrium merusak sel yang
berperan terhadap sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga
mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
3.
Faktor
Faskular
Saat fase poliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi
dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut pula
tumbuh arteri – arteri, vena – vena, dan hubungan diantara keduanya. Dengan
regresi endometrium, timbul statis dalam vena – vena serta saluran – saluran
yang menghubungkannya dengan arteri maupun vena.
4.
Faktor
Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya
desintregasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi
miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
Gambar 1: Siklus
Menstruasi
Hipotalamus
memacu kelenjar hipofisis dengan menyekresi GnRH. Pulsasi sekitar 90 menit mensekresi
GnRH melalui pembuluh darah kecil di sistem portal di kelenjar hipofisis ke
hipofisis anterior. Gonadotrophin hipofisis memacu sintesis dan pelepasan FSH
dan LH. FSH juga membantu LH memacu sekresi hormon steroid, terutama estrogen.
1.
Fase
Folikular
1)
Hari ke 1 –
8
Pada awal siklus kadar FSH dan LH relatif tinggi dan memacu 10 –
20 folikel dengan 1 folikel dominan. Folikel dominan tersebut tampak pada fase
midfollicular, sisa folikular mengalami atresia. Relatif tingginya kadar FSH
dan LH merupakan penyebab turunnya estrogen dan progesteron pada akhir siklus.
Selama dan segera setelah haid kadar estrogen relatif rendah tetapi mulai
meningkat kembali karena terjadi perkembangan folikel.
2)
Hari ke 9 –
14
Pada saat ukuran folikel meningkat, memberikan peningkatan cairan
di ruang sentral yang merupakan perubahan folikel menjadi sebuah graafian
folikel dimana oosit menempati posisi eksentrik, dikelilingi oleh 2 – 3 lapis
sel granulosa yang disebut kumulus ooforus.
2.
Fase
Ovulasi
1)
Hari ke 14
Ovulasi adalah pembesaran folikel secara cepat yang diikuti dengan
protusi dari permukaan korteks ovarium dan pecahnya folikel dengan eksrusinya
oosit yang ditempeli oleh kumulus ooforus. Pada perempuan saat ovulasi dapat
dirasakan dengan adanya nyeri di fosa iliaka.
Perubahan hormon estrogen meningkatkan sekresi LH (melalui
hipotalamus) mengakibatkan produksi androgen dan estrogen (umpan balik
positif). Segera sebelum ovulasi terjadi penurunan kadar estradiol yang cepat
dan peningkatan produksi progesteron. Ovulasi terjadi dalam 8 jam dari mid –
cycle – surge LH.
3.
Fase Luteal
1)
Hari ke 15
– 28
Sisa folikel tertahan dalam ovarium dipenitrasi oleh kapiler dan
fibroblas dari teka, sel granulosa mengalami luteinisasi menjadi korpus luteum.
Korpus luteum merupakan sumber utama hormon steroid seks, estrogen dan
progesteron disekresi oleh ovarium pada fase pasca - ovulasi.
Korpus luteum meningkatkan produksi progesteron dan estradiol.
Kedua hormon tersebut diproduksi dari prekursor yang sama. Selama fase luteal
kadar gonadotropin mencapai nadi dan tetap rendah sampai terjadi regresi korpus
luteum yang terjadi pada hari ke 26 – 28. Jika terjadi konsepsi dan implantasi
korpus luteum tidak mengalami regresi karena di pertahankan oleh gonadotropin
yang dihasilkan oleh trofoblas. Jika konsepsi dan implantasi tidak terjadi,
maka korpus luteum akan mengalami regresi dan terjadilah haid.
1.1.2
Metode
Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
1.1.2.1 Profil
1. Ibu
harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung.
2. Efektif
bila dipakai dengan tertib.
3. Tidak
ada efek samping.
4. Pasangan
secara sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu (ketika ibu hamil
tersebut dapat menjadi hamil) atau senggama pada masa subur untuk mencapai
kehamilan.
1.1.2.2 Macam
– Macam KBA
1. Metode
Kalender atau Pantang Berkala (Calender
Method or Periodic Abstinence)
Penelitian pada tahun
1930-an oleh Dr.Ogino (Jepang) dan Dr.Knaus (Austria), telah membuahkan metode
terkini keluarga berencana alami, yakni metode “ritmik” yang dikenal sebagai
metode kalender. Metode kalender yang dibuat untuk menentukan kemungkinan awal
dan akhir fase subur dari siklus menstruasi sehingga ovulasi terjadi pada hari
tertentu. Berdasarkan temuan ini, masa subur seorang wanita dapat ditentukan. Pengukuran
statistik untuk metode kalender berdasarkan tiga fakta berikut:
1)
Panjang
siklus terpanjang dan terpendek lebih dari 6 sampai 12 bulan.
2) Umur dari sperma dan sel telur.
3) Panjang fase luteal (rata-rata 14 hari).
Hal ini memerlukan memiliki sejarah yang akurat dari panjang
siklus menstruasi selama minimal 6-12 bulan.
Untuk
kontrasepsi, pasangan suami istri tidak senggama pada saat istri mengalami masa
subur. Masa subur adalah masa ketika sel telur keluar dari indung telurnya atau
masa terdapat tanda-tanda kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari lubang
vagina atau pun masa mendekati pertengahan siklus haid (14 hari sebelum haid
yang akan datang atau hari ke 12 sampai hari ke 16). Karena sel sperma masih
hidup 3 hari setelah ejakulasi; maka hari ke 17, ke 18 dan hari ke 11 merupakan
waktu untuk hidupnya sel telur. Maka, masa subur menjadi 8 hari. Karena siklus
menstruasi pada umumnya 28 hari, maka hari ke 11 – 18 dinyatakan sebagai hari
subur.
Sebelum
menggunakan metode kalender, siklus haid selama 6 – 12 bulan perlu di catat
untuk menetapkan masa subur. Misalnya: siklus haid pada bulan Januari sampai
Juni 2011 sebagai berikut: 28, 30, 28, 25, 30, 32. Haid biasanya bervariasi
antara 25 – 32 hari, maka untuk mengetahui masa aman pre ovulasi yaitu dengan
cara mengurangi 18 dari siklus terpendek (25 – 18 = 7) sedangkan untuk
mengetahui masa aman post ovulasi yaitu dengan cara mengurangi 11 dari siklus
yang terpanjang (32 – 11 = 21). Dengan demikian, maka masa aman (tidak subur)
yaitu sebelum hari ke 7 dan sesudah hari ke 21. Sebaliknya masa tidak aman
(masa subur) yaitu dari tanggal 7 sampai dengan tanggal 21.
2. Metode
Suhu Basal (Basal Body Temperature Method).
Pada tahun 1868 Dr. W. Squire, London mencatat bahwa suhu tubuh
basal mengikuti pola biphasic pada periode reproduksi kehidupan dan pada tahun 1876
Dr. Mary Putnam Jacobi, Philadelphia menggambarkan kenaikan BBT (Basal Body
Temperature) dalam siklus. Pada 1904 Van de Velde di Belanda mencatat bahwa
pergeseran suhu dari rendah ke tingkat yang lebih tinggi terkait dengan
ovulasi. Pada tahun 1928 Van de Velde menunjukan bahwa kenaikan suhu adalah
karena sekresi progesteron dari corpus luteum. Pada tahun 1947 suhu basal tubuh
digunakan untuk menilai masa subur dengan Ferin. Pada tahun 1968 Dr John
Marshall ahli saraf di Inggris melakukan uji coba lapangan pertama calon BBT.
Dasarnya
metode suhu basal adalah naiknya suhu basal pada waktu ovulasi karena kadar
progesteron naik antara 0,3 – 0,5 OC. Peningkatan segera/ berangsur
– angsur dan terus menerus seperti bentuk tangga atau gambaran gigi gergaji.
Gambar 2: Metode Suhu Basal
Suatu contoh catatan suhu basal yang
lengkap, misalnya: ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan mengukur suhu
badan secara teliti dengan menggunakan termometer khusus yang bisa mencatat
perubahan suhu sampai 0,1 OC untuk mendeteksi, bahkan suatu
perubahan kecil pada suhu tubuh.
1) Pemakaian
aturan perubahan suhu :
(1) Ukur
suhu ibu pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangkit dari tempat
tidur atau sebelum makan dan minum karena bila sudah makan atau minum dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan suhu, terutama bila pengukuran secara oral. Lama
pengukuran suhu secara oral selama 3 menit dan secara rektal hanya 1 menit) dan
catat suhu ibu pada kartu yang disediakan oleh struktur KBA ibu.
(2) Pakai
catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid ibu
untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal, rendah” (misalnya,
catatan suhu harian pada pola tertentu tanpa suatu kondisi yang luar biasa).
Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
(3) Tarik
garis pelindungn (cover line atau
garis suhu), garis pada 0,05OC – 0,1OC di atas suhu
tertinggi dari suhu 10 hari tersebut.
(4) Masa
tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut – turut suhu berada
di atas garis pelindung tersebut (aturan perubahan suhu).
Untuk kontrasepsi, pantang senggama
mulai dari awal siklus haid sampai sore hari atau hari ketiga berturut-turut
setelah suhu berada diatas garis pelindung (cover
line). Masa pantang pada aturan perubahan suhu lebih panjang dari pemakaian
MOB.
Catatan :
(1) Jika
salah satu dari suhu berada di garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari ini, mungkin tanda ovulasi
belum terjadi. Untuk menghindari tanda kehamilan tunggu sampai 3 hari
berturut-turut suhu tercatat diatas garis pelindung sebelum memulai senggama.
(2) Ketika
mulai masa tak subur, tidak perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu dapat
berhenti mencatat sampai haid berikut mulai dan bersenggama sampai hari pertama
haid berikutnya.
Kekurangan metode suhu basal yaitu
tidak dapat mengetahui masa aman post ovulasi sehingga penggunaannya sering
dikombinasikan dengan metode kalender agar dapat diketahui masa aman pre
ovulasi. Dalam penatalaksanaannya yaitu masa aman pre ovulasi dengan
menggunakan metode kalender atau dengan mengurangi peningkatan suhu dini yang
telah tercatat selama 6 bulan, maka masa aman post ovulasi terjadi 3 hari
setelah kenaikan suhu basal.
3. Metode
Mukosa Serviks (Cervical Mucous Method or
Ovulasi Billings).
Dr. Evelyn Billings
(dokter spesialis anak) dan suaminya, Dr. John Billings (dokter spesialis
saraf) telah membantu jutaan perempuan di seluruh dunia untuk menerapkan
pengaturan kesuburan yang alamiah, sehat, serta selaras dengan irama tubuhnya
sendiri dengan Metode Ovulasi Billings (MOB). Pada tahun 1964 pengamatan digunakan dari kualitas dan kuantitas
perubahan sekresi lendir leher rahim sebagai indikator kesuburan tunggal untuk
mengidentifikasi awal dan akhir dari fase subur dari siklus. Pada tahun 1968 mereka
diundang untuk mengajarkan Metode Ovulasi Billings (MOB) di luar negara mereka,
Australia. Sejak saat itu, pengajaran resmi MOB dibentuk di lebih dari 100
negara. Mereka berkarya bersama Profesor Erik Odeblad di Swedia yang telah
melakukan penelitian mengenai struktur dan fungsi lendir mulut rahim. Metode
Ovulasi Billings ini sangat sederhana dan dapat dipelajari oleh setiap
perempuan yang tidak berpendidikan sekalipun.
Pada tahun 1964 pengamatan digunakan dari kualitas dan kuantitas
perubahan sekresi ormon leher rahim sebagai ormoner kesuburan tunggal untuk
mengidentifikasi awal dan akhir dari fase subur dari siklus dan menyebutnya
‘MOB’ mereka rekan kerja termasuk Dr James Brown, pelopor dalam estrogen
biokimia, Prof Erik Ode blad, School of Medicine, Umea, Swedia yang telah
melakukan penelitian perintis dalam sifat biofisik ormon serviks sejak 1959.
Dasarnya
adalah perubahan kualitatif dan kuantitatif dari hormon serviks yang akan
dipengaruhi hormon ovarium.
1) Intruksi
kepada klien
(1) Klien
dapat mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari
vagina, pengamatan sepanjang hari dan kesimpulan pada malam hari periksa lendir
dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan
kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa kedalam vagina.
(2) Untuk
menggunakan Metode Ovulasi Billings (MOB), klien harus belajar mengenali Pola
Kesuburan dan Pola Dasar ke Tidak Suburannya. Untuk menghindari kekeliruannya
dan untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar, pasangan diminta secara
penuh tidak bersenggama pada satu siklus haid, untuk mengenali pola kesuburan
dan pola ketidaksuburannya.
(3) Pola
kesuburan adalah pola yang terus berubah sedangkan pola dasar ketidaksuburan
adalah pola yang sama sekali tidak berubah dari hari ke hari. Kedua pola ini
mengikuti kegiatan hormon - hormon (khususnya estrogen dan progesteron) yang
mengontrol daya tahan hidup sperma dan pembuahan. Oleh karena itu, dapat
memberi informasi yang dapat diandalkan untuk mendapatkan atau menunda
kehamilan.
(4) Suatu
catatan yang sederhana dan tepat adalah kunci untuk keberhasilan. Suatu
rangkaian kode yang digunakan untuk melengkapi catatan. Kode ini harus cocok
dengan budaya lokal dan dapat digunakan oleh pengguna KBA secara luas. Di
beberapa tempat dipakai tempelan/ stiker atau tinta berwarna, ditempat lain
lebih praktis membuat kode yang dapat ditulis dengan tangan, ada juga yang
mengkombinasi keduanya yaitu kode yang ditulis tangan dengan menggunakan pensil
warna. Contoh berikut adalah tabel pencatatan kode untuk siklus normal
(teratur) biasa, berkisar antara 28 hari dan siklus normal(teratur) pendek
berkisar antara 20-25 hari.
Gambar
3: Metode Ovulasi Billings
2) Fase
perubahan lendir serviks :
(1) Fase masa kering
adalah terjadi segera setelah menstruasi karena kadar estrogen menurun sehingga
kurang merangsang sekresi. Oleh karena itu, kebanyakan ibu mempunyai satu
sampai beberapa hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa
kering.
(2) Fase masa preovulasi
dini (hari subur) adalah karena adanya
kadar estrogen mulai meningkat, terobservasi adanya lendir sebelum ovulasi, ibu
dianggap subur, ketika terlihat adanya walaupun jenis lendir yang keruh, kental
dan lengket. Lendir subur yang basah dan licin mungkin sudah ada di serviks dan
hari subur sudah mulai.
(3) Hari – hari basah (Hari
puncak) adalah beberapa hari sebelum dan sesudah
ovulasi atau hari – hari terakhir.
Karena estrogen meningkat, maka lendir berubah menjadi jernih, paling licin,
mulur, dan ada perasaan basah (seperti putih telur).
(4) Masa post ovulasi yaitu
kadar progesterone meningkat, sehingga lendir berkurang sekali dan menjadi
keruh, kental dan lengket.
(5) Masa pre menstruasi
yaitu dimana lendir kadang – kadang menjadi jernih lagi dan sangat cair, fase
ini tidak selalu terjadi. Masa subur mulai terjadi pada hari ke-1 adanya lendir
serviks pasca haid (fase 2) yaitu 4 hari sesudah keluarnya lendir yang jernih
dan licin.
Contoh kode yang dipakai untuk mencatat
kesuburan, pakai tanda * atau merah untuk menandakan perdarahan (haid). Pakai
huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering . Gambar suatu tanda (L)
atau biarkan kosong untuk memperlihatkan lendir subur basah, jernih, licin, dan
mulur. Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak subur
yang kental, putih, keruh, dan lengket.
3) Untuk
kontrasepsi/ menghindari kehamilan
(1) Lendir
mungkin berubah pada hari yang sama, periksa lendir setiap kali ke belakang dan
sebelum tidur, kecuali ada perasaan sangat basah waktu siang. Setiap malam
sebelum tidur, tentukan tingkat yang paling subur (lihat kode di atas) dan beri
tanda pada catatan ibu dengan kode yang sesuai.
(2) Pantang
senggama untuk paling sedikit satu siklus sehingga ibu akan kenali hari – hari
lendir, mengenali pola kesuburan dan pola dasar ketidaksuburan ibu dengan
bimbingan pelatih/ guru KBA.
(3) Hindari
senggama pada waktu haid. Hari – hari ini tidak aman; pada siklus pendek,
ovulasi dapat terjadi pada hari – hari haid.
(4) Pada
hari kering setelah haid, aman untuk bersenggama selang satu malam (selang -
seling). Ini akan menghindari ibu bingung dengan cairan sperma dan lendir.
(5) Setelah
segera ada lendir jenis apa saja atau perasaan basah muncul, hindari senggama
atau kontak seksual. Hari – hari lendir, terutama hari – hari lendir subur,
adalah tidak aman. (aturan awal atau “jika hari basah, ibu akan memperoleh bayi”).
(6) Tanda
hari terakhir dengan lendir paling licin dan mulut dengan tanda X. Ini adalah
hari puncak; ini adalah hari ovulasi dan hari paling subur.
(7) Setelah
hari puncak, hindari senggama untuk 3 hari baik siang atau malam. Hari – hari
ini adalah tidak aman (aturan puncak). Mulai dari pagi hari keempat setelah
kering, ini adalah hari – hari aman untuk bersenggama sampai hari haid
berikutnya bila ingin menghindari kehamilan.
(8) Pada
siklus yang tidak teratur seperti pasca persalinan atau pra menopause maka perlu
memperhatikan (pola dasar ketidaksuburan) dimana ada waktu 1 – 2 hari subur
yang menyelingi di antara hari – hari tidak subur. Ibu harus mengamati
perubahan ini dan bila PDTS sudah pulih kembali dan berlangsung minimal 3 hari
berturut – turut tanpa perubahan maka senggama boleh dilakukan (aturan sabar
menunggu/ wait and see rule).
Untuk konsepsi/ mencapai
kehamilan bersenggama, pada setiap siklus pada hari
– hari terdapat lendir yang terasa basah dan licin.
4. Metode
Simtomtermal (Method Simptomthermal yaitu
paduan suhu tubuh basal dan ovulasi billings)
Metode ini diajarkan oleh Dr Josef Roetzer, seorang dokter
kesehatan masyarakat Austria pada tahun 1951 dan oleh Dr Edward Keefe dokter
kandungan di New York pada tahun 1953. Metode ini merupakan metode kombinasi
Keluarga Berencana Alami yang menggunakan kedua ‘lendir Serviks’ dan ‘Suhu
Basal Tubuh’, dan Dr Keefe juga melaporkan pada tahun 1962 pada perubahan yang
terjadi pada leher rahim pada saat ovulasi. Kombinasi Lendir Serviks dan Suhu
Basaal Tubuh dipelajari oleh Dr John Marshall di London.
1) Instruksi
Pasien
Ibu
harus mendapat intruksi untuk mendapat metode lendir serviks dan suhu basal.
Ibu dapat menentukan masa subur ibu dengan mengamati suhu tubuh dan lendir
serviks, seperti :
(1) Setelah
darah haid berhenti, ibu dapat bersenggama pada malam hari, pada hari kering
dengan berselang sehari selama masa tak subur. Ini adalah aturan selang hari
kering (aturan awal). Aturan yang sama dengan metode lendir serviks.
(2) Masa
subur mulai ketika ada ketika ada perasaan basah atau munculnya lendir, ini
adalah aturan awal. Aturan yang sama dengan metode lendir serviks. Berpantang
bersenggama sampai masa subur berakhir.
(3) Pantang
bersenggama sampai hari puncak dan aturan perubahan suhu telah terjadi.
(4) Apabila
aturan ini tidak mengidentifikasi hari yang sama sebagai akhir masa subur,
selalu ikuti aturan yang paling konservatif, yaitu aturan yang mengidentifikasi
masa subur yang paling terpanjang.
Dari
ke empat metode kontrasepsi alamiah diatas, Metode Lendir Serviks (Metode Billings/
MOB/ Metode Dua Hari Mukosa Serviks) dan
Metode Simptomtermal adalah yang paling efektif. Cara yang kurang efektif
misalnya Sistem Kalender (Pantang Berkala) dan Metode Suhu Basal yang sudah
tidak di ajarkan lagi oleh pengajar KBA. Hal ini disebabkan oleh kegagalan yang
cukup tinggi ( > 20%) dan waktu pantang yang lebih lama. Cara lain yang
lebih efektif dan masa pantang lebih singkat. Di Indonesia, dengan surat dari
BKKBN pusat kepada BKKBN provinsi dengan SK 6668/K.S. 002/E2/90, tgl. 28 Desember
1990, Metode Ovulasi Billings (MOB) sudah diterima sebagai salah satu metode KB
(mandiri).
1.1.2.3 Manfaat
KBA
1.
Kontrasepsi
1) Dapat
digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan.
2) Tidak
ada risiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
3) Tidak
ada efek samping sistemik.
4) Murah
atau tanpa biaya.
2.
Nonkontrasepsi
1) Meningkatkan
keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
2) Menambah
pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri.
3) Memungkinkan
mengeratkan relasi/ hubungan melalui peningkatan komunikasi antara suami istri/
pasangan.
1.1.2.4 Keterbatasan
1. Sebagai
kontraseptif sedang (9 – 20 kehamilan / 100 perempuan selama tahun pertama
pemakaian). Catatan untuk metode ovulasi billings bila aturan di taati
kegagalan 0% (kegagalan metode/method failure dan 0% – 3% kegagalan pemakaian/
user’s failure, yaitu pasangan dengan sengaja atau tanpa sengaja melanggar
aturan untuk mencegah kehamilan).
2. Keefektifan
tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti instruksi.
3. Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk
menggunakan jenis KBA yang paling efektif secara benar.
4. Dibutuhkan/
guru KBA (bukan tenaga medis).
5. Pelatih/
guru KBA harus mampu membantu ibu mengenali masa suburnya, memotivasi pasangan
untuk mentaati aturan jika ingin menghindari kehamilan dan menyediakan alat
bantu jika di perlukan; misalnya buku catatan khusus, termometer (oral atau
suhu basal).
6. Perlu
pantang senggama selama masa subur untuk menghindari kehamilan.
7. Perlu
pencatatan setiap hari.
8. Infeksi
vagina membuat dinding serviks sulit dinilai.
9. Termometer
basal diperlukan untuk metode tertentu.
10. Tidak
terlindung dari IMS termasuk HBV (virus hepatitis B) dan HIV/AIDS.
1.1.2.5 Yang
Dapat Mengunakan KBA
1. Untuk
kontrasepsi
1) Semua
perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur,
tidak haid baik karena menyusui maupun pre menopause.
2) Semua
perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nullipara.
3) Perempuan
kurus ataupun gemuk.
4) Perempuan
yang merokok.
5) Perempuan
dengan alasan kesehatan tertentu antara lain; hipertensi sedang, varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat,
mioma uteri, endometritis, kista ovari, anemia defisiensi besi, hepatitis
virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.
6) Pasangan
dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode lain.
7) Perempuan
yang tidak dapat mengunakan metode lain.
8) Pasangan
yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid.
9) Pasangan
yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan
gejala kesuburan.
2. Untuk
konsepsi
Pasangan
yang ingin mencapai kehamilan, sengama dilakukan pada masa subur untuk mencapai
kehamilan.
Tabel 1: Keadaan yang memerlukan
perhatian
Keadaan
|
Anjuran
|
Pengeluaran cairan vagina
|
Jelaskan pada klien bahwa
akan menjadi lebih sulit untuk memprediksi kesuburan dengan menggunakan
lendir serviks. Jika dia kehendaki, bantu di memilih metode lain. Pada Metode
Ovulasi Billings (MOB) klien harus belajar benar-benar untuk mengenal pola
dasar ketidaksuburan.
|
Menyusui
|
Jelaskan pada klien bahwa
akan menjadi lebih sulit untuk memprediksi kesubura dengan menggunakan lendir
serviks. Jika dia kehendaki, bantu dia memilih metode lain. Pada Metode
Ovulasi Billings (MOB) klien harus belajar benar-benar untuk mengenal pola
dasar ketidaksuburban.
|
1.1.2.6 Yang
Seharusnya Tidak Mengunakan KBA
1. Perempuan
yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan
menjadi suatu kondisi resiko tinggi.
2. Perempuan
dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB.
3. Perempuan
sebelum mendapat haid ( menyusui, segera setelah abortus), kecuali MOB.
4. Perempuan
dengan siklus haid dengan tidak teratur, kecuali MOB.
5. Perempuan
yang pasangannya tidak mau bekerja sama (berpantang) selama waktu tertentu
dalam siklus haid.
6. Perempuan
yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya.
1.1.3
Coitus
Interuptus (Senggama Terputus)
Sejak zaman Mesir kuno,
diketemukan lima papirus berasal dari tahun 1900-1100 sebelum Masehi
yang berisi cara-cara mencegah kehamilan. Ada beberapa cara yang dianjurkan
untuk mencegah kehamilan, di antaranya ialah dengan menaburkan madu dan sodium
carbonat di vulva untuk membunuh sel sperma. Cara lain di Mesir yang
dipergunakan ialah dengan menaburkan kotoran buaya di dalam cervix. dalam dunia Yahudi kuno, coitus interuptus,
yakni dengan cara menumpahkan sel sperma di luar vagina pada waktu bersenggama
sehingga tidak terjadi kehamilan. Cara ini dapat kita lihat dalam kitab
kejadian 38 : 8-10, di mana Onan yang menikahi istri almarhum kakaknya
melakukan coitus interuptus supaya istrinya itu tidak hamil. Dari kitab Talmud
Babilonia, para Rabbi mencatat bahwa cara kontrasepsi yang secara luas
dipratekkan zaman itu ialah dengan memperpanjang masa menyusui bayi. Selain
cara itu, juga masih dikenal berbagai cara kontrasepsi dengan racun steril,
ramuan berbagai akar dan madu serta wol. Senggama
Terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pasangan
menghentikan senggama dengan pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari
vagina menjelang pria mencapai ejakulasi.
Cara kerjanya
yaitu alat kelamin (penis) dikeluarkan menjelang ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk kedalam vagina dan tidak ada pertemuan antara sperma dengan ovum,dengan cara ini kemungkinan kehamilan
dapat dicegah dan terjadinya pembuahan (kehamilan) bisa dikurangi.
1.1.3.1 Manfaat
Coitus Interuptus
1. Kontrasepsi
1) Efektif
bila dilaksanakan dengan benar.
2) Tidak
mengganggu produksi ASI.
3) Dapat
digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
4) Tidak
ada efek samping.
5) Dapat
digunakan setiap waktu.
6) Tidak
memerlukan alat atau obat.
7) Tidak
membutuhkan biaya.
8) Relatif
sehat dibandingkan metode lain
2. Nonkontrasepsi
1) Meningkatkan
keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
2) Untuk
pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam.
3) Efektifitas
bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap
melaksanakannya (angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun).
4) Efektifitas
akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat
pada penis.
5) Memutus
kenikmatan dalam berhubungan seksual.
6) Menyebabkan
ketegangan sehingga merusak keharmonisan hubungan seksual.
1.1.3.2 Dapat
Dipakai Untuk
1. Suami
yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.
2. Pasangan
yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak memakai metode -
metode lain.
3. Pasangan
yang memerlukan kontrasepsi segera.
4. Pasangan
yang memerlukan kontrasepsi sementara, sambil menunggu metode yang lain.
5. Pasangan
yang membutuhkan metode pendukung.
6. Pasangan
yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
1.1.3.3 Tidak
Dapat di Pakai Untuk
1.
Suami dengan pengalaman
ejakulasi dini.
2.
Suami yang sulit
melakukan senggama terputus.
3.
Suami yang mempunyai
kelainan fisik atau psikologis.
4.
Ibu yang mempunyai
pasangan yang sulit diajak kerja sama.
5.
Pasangan yang kurang
dapat saling berkomunikasi.
6.
Pasangan yang tidak
bersedia melakukan senggama terputus.
1.1.3.4 Intruksi
Bagi Klien
1. Meningkatkan
kerja sama dan membangun saling pengertian sebelum melakukan hubungan seksual
dan pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati penggunaan metode senggama
terputus.
2. Sebelum
berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih dan membersihkan
ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
3. Apabila
merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan penisnya dari vagina
pasangannya dan mengeluarkan sperma diluar vagina.
4. Pastikan
pria tidak terlambat melaksanakannya.
1.1.4
Metode
Amenore Laktasi (MAL)
1.1.4.1 Profil
1. Metode
Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu
ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makann
atau minuman apapun lainnya.
2. MAL
dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
1) Menyusui
secara penuh (full breast feeding) ;
lebih efektif bila pemberian ≥ 8x sehari
2) Belum
haid
3) Umur
bayi kurang dari 6 bulan
3. Efektif
sampai 6 bulan.
4. Harus
dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.
5. Cara
kerjanya menunda/ penekanan ovulasi.
1.1.4.2 Keuntungan
MAL
1. Keuntungan
kontrasepsi
1) Efektifitas
tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan).
2) Segera
efektif.
3) Tidak
mengganggu sanggama.
4) Tidak
ada efek samping secara sistemik.
5) Tidak
perlu pengawasan medis.
6) Tidak
perlu obat atau alat.
7) Tanpa
biaya.
2. Keuntungan
nonkontrasepsi
Untuk
bayi
1) Mendapat
kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan lewat ASI).
2) Sumber
asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal.
3) Terhindar
dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula, atau
alat minum yang dipakai.
Untuk ibu
1) Mengurangi
perdarahan pasca persalinan.
2) Mengurangi
resiko anemia.
3) Meningkatkan
hubungan psikologi ibu dan bayi.
1.1.4.3 Keterbatasan
1. Perlu
persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca
persalinan.
2. Mungkin
sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
3. Efektifitasn
tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.
4. Tidak
melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/ HBV dan HIV/AIDS.
1.1.4.4 Yang
Dapat Menggunakan MAL
Ibu
yang menyusui secara ekslusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum
mendapat haid setelah melahirkan.
Tabel 2 : Keadaan yang memerlukan
perhatian
Keadaan
|
Anjuran
|
Ketika mulai memberikan
makanan pendamping secara teratur (menggantikan satu kali menyusui)
|
Membantu klien memilih
metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,klien harus didorong
untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
|
Ketika haid sudah kembali
|
Membantu klien memilih
metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,klien harus didorong
untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
|
Keadaan
|
Anjuran
|
Bayi menghisap susu tidak
sering (on demand) atau jika < 8x sehari
|
Membantu klien memilih
metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,klien harus didorong
untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
|
Bayi berumur 6 bulan atau
lebih
|
Membantu klien memilih
metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,klien harus didorong
untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
|
1.1.4.5 Yang Seharusnya Tidak Pakai MAL
1. Sudah
mendapat haid setelah bersalin.
2. Tidak
menyusui secara ekslusif.
3. Bayinya
sudah berumur 6 bulan.
4. Bekerja
dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.
1.1.4.6 Instruksi Kepada Klien (Hal Yang Harus di
Sampaikan Kepada Klien)
1. Seberapa sering harus
menyusui.
Bayi disusui
secara on demand (menurut kebutuhan
bayi). Biarkan bayi menyelesaikan menghisap dari satu payudara sebelum
memberikan payudara lain, supaya bayi dapat cukup banyak susu akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan
sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu
dapat memulai dengan memberikan payudara lain pada waktu menyusui berikutnya
sehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.
2. Waktu
antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
3. Biarkan
bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan hisapannya.
4. Susui
bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu malam membantu
mempertahankan kecukupan persediaan ASI.
5. Bayi
terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
6. ASI
dapat disimpan dalam lemari pendingin.
7. Kapan mulai memberikan
makanan padat sebagai makanan pendamping ASI.
Selama bayi
tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan berat badan cukup, bayi tidak
memerlukan makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan.(berat badan naik
sesuai umur, sebulan BB naik minimal 0,5kg, ngompol sedikitnya 6 kali sehari).
8. Apabila
ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi akan menghisap
kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode
kontrasepsi.
9. Haid
Ketika ibu mulai
dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera mulai
menggunakan metode KB lainnya.
10. Untuk
kontrasepsi dan kesehatan.
11. Anda
memerlukan metode kontrasepsi lain ketika anda mulai dapat haid lagi, jika anda
tidak lagi menyusui secara ekslusif atau
bila bayi anda sudah berumur 6 bulan.
12. Konsultasi
dengan bidan/dokter atau diklinik/puskesmas sebelum anda myulai memakai metode
kontrasepsi lainnya.
13. Jika
suami/pasangan anda beresikjo tinggi terpapar Infeksi Menular Seksual termasuk
AIDS, anda harus pakai kondom ketika pakai MAL.
14. Apa
yang harus dilakukan bila anda menyusui tidak secara ekslusif atau berhenti
menyusui.
15. Anda
perlu kondom atau metode kontrasepsi lain ketika anda tidak menyusui lagi
secara eksklusif.
16. Ke
klinik KB untuk membantu memilihkan atau memberikan metode kontrasepsi lain
yang sesuai.
1.1.4.7 Beberapa
Catatan dari Konsensus Bellagio (1988) Untuk Mencapai Keefektifan 98%
1. Ibu
harus menyusu secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1 sampai 2
teguk air/minuman pada upacara adat/agama).
2. Perdarahan
sebelum 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid).
3. Bayi
menghisap secara langsung.
4. Menyusui
dimulai dari setengah sampai 1 jam setelah bayi lahir.
5. Kolostrum
diberikan kepada bayi.
6. Pola
menyususi on demand (menyusui setiap saat bayi membutuhkan) dan dari kedua
payudara.
7. Sering
menyusui selama 24 jam termasuk malam hari.
8. Hindari
jarak menyusui lebih dari 4 jam.
Setelah bayi berumur 6
bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid, tetpai dapat juga tanpa
didahului haid. Efek ketidaksuburan
karena menyusui sangat di pengaruhi oleh aspek - aspek :
1. Cara
menyusui.
2. Seringnya
menyusui.
3. Lamanya
setiap kali menyusui.
4. Jarak
antara menyusui.
5. Kesungguhan
menyusui.
Supaya berhasil dan
aman untuk pemakaian Metode Amenore Laktasi maka ibu harus menerapkan menyusui
secara eksklusif sampai dengan 6 bulan. Untuk
mendukung keberhasilan menyusui dan MAL beberapa hal yang penting untuk
diketahui yaitu cara menyusui yang benar meliputi posisi, pelekatan dan
menyusui secara efektif :
1. Posisi
bayi yang benar (4 tanda) :
1) Kepala
dan tubuh bayi dalam satu garis lurus.
2) Badan
bayi menghadap ke dada ibu.
3) Badan
bayi melekat ke ibu.
4) Seluruh
badan bayi tersanggah dengan baik, tidak hanya leher dan bahu saja.
2. 4
Tanda bayi melekat dengan baik
1) Dagu
bayi menempel pada payudara ibu.
2) Mulut
bayi terbuka lebar.
3) Bibir
bawah membuka lebar (dower), lidah terlihat di dalamnya.
4) Areola
bagian atas tampak lebih banyak/lebar (areola juga masuk ke mulut bayi, tidak
hanya putting susu).
3. Tanda
bayi menghisap efektif
1) Menghisap
secara mendalam dan teratur.
2) Kadang
diselingi istirahat.
3) Hanya
terdengar suara menelan.
4) Tidak
terdengar suara kecap atau mengecap.
4. Setelah
selesai
1) Bayi
melepas payudara secara spontan.
2) Bayi
tampak tenang dan mengantuk.
3) Bayi
tampak tidak berminat lagi pada ASI.
5. Tanda
bayi menghisap tidak efektif
1) Menghisap
dengan cepat dan dangkal.
2) Mungkin
terlihat lekukan kedalam pada pipi bayi.
3) Tidak
terdengar suara menelan.
1.2
Metode
Kontrasepsi Sederhana dengan Alat
1.2.1
Mekanis/Barier
1.2.1.1 Kondom
1.
Pengertian Kondom Pria
Kondom
adalah suatu sarung karet yang tipis, berwarna atau tidak berwarna, dipakai
untuk melingkupi penis/zakar sewaktu melakukan hubungan seksual (DepKes RI
1999)
Kondom
merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbgai bahan di
antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami seperti kulit tatu
usus domba yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari
karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir
tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting
susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan
efektivitasya ( misalnya penambahan spermisida) maupun berbagai aksesoris
aktivitas seksual.
Kondom
pria adalah suatu alat kontasepsi, berupa karet lateks atau lembaran sintetis
dipasang pada penis ereksi sebelum koitus, dengan angka kegagalan 2 – 12
kehamilan per 100 perempuan per tahun.
2. Cara
Kerja Alat Kontrasepsi Kondom
1)
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel
telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada
penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan
|
|
2)
Mencegah penularan mikroorganisme/ PMS dari satu pasangan
kepasangan lain
3.
Manfaat Kondom secara Kontrasepsi
dan Nonkontrasepsi:
1)
Efektif mencegah kehamilan bila digunakan secara benar.
2)
Tidak mengganggu produksi ASI
3)
Tidak mengganggu kesehatan klien.
4)
Murah dan dapat dibeli secara umum.
5)
Sebagai metode kontasepsi sementara.
6)
Mencegah terjadinya PMS
7)
Mencegah ejakulasi dini
8)
Tidak memerlukan pemeriksaan medis
9)
Pria ikut secara aktif dalam program KB
4.
Keterbatasan dari Kondom
1)
Efektivitas tidak terlalu tinggi
2)
Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan
kontrasepsi
3)
Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan
langsung)
5.
Efek Samping Alat Kontrasepsi
Kondom
1)
Kondom rusak atau diperkirakan bocor sebelum atau selama
berhubungan.
2)
Iritasi local pada penis/Adanya reaksi alergi (jarang).
3)
Mengurangi kenikmatan hubungan seksual.
4)
Iritasi vagina
6.
Cara Penggunaan Alat Kontrasepsi
Kondom
1)
Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
2)
Jangan menggunakan benda tajam seperti gigi, pisau’ silet,
gunting atau benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan.
3)
Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan
ujungnya pada glans penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung
uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut
kearah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke
vagina.
4)
Kondom dilepas sebelum penis melembek.
5)
Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
6) Buang kondom
bekas pakai pada tempat yang aman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar