Minggu, 02 November 2014

5. Metode Kontrasepsi Sederhana


1.1    Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat
1.1.1        Siklus Menstruasi Normal
     Menstruasi merupakan perdarahan teratur dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan telah memulai fungsinya. Siklus haid sebagai akibat pertumbuhan dan pengelupasan lapisan endometrium uterus. Pada akhir fase haid endometrium menebal lagi atau fase proliferasi. Perubahan endometrium dikontrol oleh siklus ovarium. Siklus menstruasi normalnya terjadi setiap 22 - 35 hari dengan lamanya menstruasi selama 2 - 7 hari. Rata-rata siklus 28 hari dan terdiri atas: Fase Folikular, Fase Ovulasi, dan Fase Luteal.
1.1.1.1  Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Haid
1.      Faktor Hormon
1)      Foliicle Stimulating Hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis.
2)      Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium.
3)      Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis.
4)      Progesterone yang dihasilkan oleh ovarium.
2.      Faktor Enzim
Enzim hidrolik yang terdapat pada endometrium merusak sel yang berperan terhadap sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
3.      Faktor Faskular
Saat fase poliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut pula tumbuh arteri – arteri, vena – vena, dan hubungan diantara keduanya. Dengan regresi endometrium, timbul statis dalam vena – vena serta saluran – saluran yang menghubungkannya dengan arteri maupun vena.


4.      Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya desintregasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.


Gambar 1: Siklus Menstruasi
Hipotalamus memacu kelenjar hipofisis dengan menyekresi GnRH. Pulsasi sekitar 90 menit mensekresi GnRH melalui pembuluh darah kecil di sistem portal di kelenjar hipofisis ke hipofisis anterior. Gonadotrophin hipofisis memacu sintesis dan pelepasan FSH dan LH. FSH juga membantu LH memacu sekresi hormon steroid, terutama estrogen.
1.      Fase Folikular
1)      Hari ke 1 – 8
Pada awal siklus kadar FSH dan LH relatif tinggi dan memacu 10 – 20 folikel dengan 1 folikel dominan. Folikel dominan tersebut tampak pada fase midfollicular, sisa folikular mengalami atresia. Relatif tingginya kadar FSH dan LH merupakan penyebab turunnya estrogen dan progesteron pada akhir siklus. Selama dan segera setelah haid kadar estrogen relatif rendah tetapi mulai meningkat kembali karena terjadi perkembangan folikel.
2)      Hari ke 9 – 14
Pada saat ukuran folikel meningkat, memberikan peningkatan cairan di ruang sentral yang merupakan perubahan folikel menjadi sebuah graafian folikel dimana oosit menempati posisi eksentrik, dikelilingi oleh 2 – 3 lapis sel granulosa yang disebut kumulus ooforus.
2.      Fase Ovulasi
1)      Hari ke 14
Ovulasi adalah pembesaran folikel secara cepat yang diikuti dengan protusi dari permukaan korteks ovarium dan pecahnya folikel dengan eksrusinya oosit yang ditempeli oleh kumulus ooforus. Pada perempuan saat ovulasi dapat dirasakan dengan adanya nyeri di fosa iliaka.
Perubahan hormon estrogen meningkatkan sekresi LH (melalui hipotalamus) mengakibatkan produksi androgen dan estrogen (umpan balik positif). Segera sebelum ovulasi terjadi penurunan kadar estradiol yang cepat dan peningkatan produksi progesteron. Ovulasi terjadi dalam 8 jam dari mid – cycle – surge LH.
3.      Fase Luteal
1)      Hari ke 15 – 28
Sisa folikel tertahan dalam ovarium dipenitrasi oleh kapiler dan fibroblas dari teka, sel granulosa mengalami luteinisasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum merupakan sumber utama hormon steroid seks, estrogen dan progesteron disekresi oleh ovarium pada fase pasca - ovulasi.
Korpus luteum meningkatkan produksi progesteron dan estradiol. Kedua hormon tersebut diproduksi dari prekursor yang sama. Selama fase luteal kadar gonadotropin mencapai nadi dan tetap rendah sampai terjadi regresi korpus luteum yang terjadi pada hari ke 26 – 28. Jika terjadi konsepsi dan implantasi korpus luteum tidak mengalami regresi karena di pertahankan oleh gonadotropin yang dihasilkan oleh trofoblas. Jika konsepsi dan implantasi tidak terjadi, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan terjadilah haid.

1.1.2        Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
1.1.2.1  Profil
1.      Ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung.
2.      Efektif bila dipakai dengan tertib.
3.      Tidak ada efek samping.
4.      Pasangan secara sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu (ketika ibu hamil tersebut dapat menjadi hamil) atau senggama pada masa subur untuk mencapai kehamilan.
1.1.2.2  Macam – Macam KBA
1.      Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calender Method or Periodic Abstinence)
 Penelitian pada tahun 1930-an oleh Dr.Ogino (Jepang) dan Dr.Knaus (Austria), telah membuahkan metode terkini keluarga berencana alami, yakni metode “ritmik” yang dikenal sebagai metode kalender. Metode kalender yang dibuat untuk menentukan kemungkinan awal dan akhir fase subur dari siklus menstruasi sehingga ovulasi terjadi pada hari tertentu. Berdasarkan temuan ini, masa subur seorang wanita dapat ditentukan. Pengukuran statistik untuk metode kalender berdasarkan tiga fakta berikut:
1)      Panjang siklus terpanjang dan terpendek lebih dari 6 sampai 12 bulan.
2)      Umur dari sperma dan sel telur.
3)      Panjang fase luteal (rata-rata 14 hari).
Hal ini memerlukan memiliki sejarah yang akurat dari panjang siklus menstruasi selama minimal 6-12 bulan.
Untuk kontrasepsi, pasangan suami istri tidak senggama pada saat istri mengalami masa subur. Masa subur adalah masa ketika sel telur keluar dari indung telurnya atau masa terdapat tanda-tanda kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari lubang vagina atau pun masa mendekati pertengahan siklus haid (14 hari sebelum haid yang akan datang atau hari ke 12 sampai hari ke 16). Karena sel sperma masih hidup 3 hari setelah ejakulasi; maka hari ke 17, ke 18 dan hari ke 11 merupakan waktu untuk hidupnya sel telur. Maka, masa subur menjadi 8 hari. Karena siklus menstruasi pada umumnya 28 hari, maka hari ke 11 – 18 dinyatakan sebagai hari subur.
Sebelum menggunakan metode kalender, siklus haid selama 6 – 12 bulan perlu di catat untuk menetapkan masa subur. Misalnya: siklus haid pada bulan Januari sampai Juni 2011 sebagai berikut: 28, 30, 28, 25, 30, 32. Haid biasanya bervariasi antara 25 – 32 hari, maka untuk mengetahui masa aman pre ovulasi yaitu dengan cara mengurangi 18 dari siklus terpendek (25 – 18 = 7) sedangkan untuk mengetahui masa aman post ovulasi yaitu dengan cara mengurangi 11 dari siklus yang terpanjang (32 – 11 = 21). Dengan demikian, maka masa aman (tidak subur) yaitu sebelum hari ke 7 dan sesudah hari ke 21. Sebaliknya masa tidak aman (masa subur) yaitu dari tanggal 7 sampai dengan tanggal 21.
2.      Metode Suhu Basal (Basal Body Temperature Method).
Pada tahun 1868 Dr. W. Squire, London mencatat bahwa suhu tubuh basal mengikuti pola biphasic pada periode reproduksi kehidupan dan pada tahun 1876 Dr. Mary Putnam Jacobi, Philadelphia menggambarkan kenaikan BBT (Basal Body Temperature) dalam siklus. Pada 1904 Van de Velde di Belanda mencatat bahwa pergeseran suhu dari rendah ke tingkat yang lebih tinggi terkait dengan ovulasi. Pada tahun 1928 Van de Velde menunjukan bahwa kenaikan suhu adalah karena sekresi progesteron dari corpus luteum. Pada tahun 1947 suhu basal tubuh digunakan untuk menilai masa subur dengan Ferin. Pada tahun 1968 Dr John Marshall ahli saraf di Inggris melakukan uji coba lapangan pertama calon BBT.
Dasarnya metode suhu basal adalah naiknya suhu basal pada waktu ovulasi karena kadar progesteron naik antara 0,3 – 0,5 OC. Peningkatan segera/ berangsur – angsur dan terus menerus seperti bentuk tangga atau gambaran gigi gergaji.
Save0096.jpg
Gambar 2: Metode Suhu Basal
Suatu contoh catatan suhu basal yang lengkap, misalnya: ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan mengukur suhu badan secara teliti dengan menggunakan termometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0,1 OC untuk mendeteksi, bahkan suatu perubahan kecil pada suhu tubuh.

1)      Pemakaian aturan perubahan suhu :
(1)   Ukur suhu ibu pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangkit dari tempat tidur atau sebelum makan dan minum karena bila sudah makan atau minum dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan suhu, terutama bila pengukuran secara oral. Lama pengukuran suhu secara oral selama 3 menit dan secara rektal hanya 1 menit) dan catat suhu ibu pada kartu yang disediakan oleh struktur KBA ibu.
(2)   Pakai catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid ibu untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal, rendah” (misalnya, catatan suhu harian pada pola tertentu tanpa suatu kondisi yang luar biasa). Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
(3)   Tarik garis pelindungn (cover line atau garis suhu), garis pada 0,05OC – 0,1OC di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut.
(4)   Masa tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut – turut suhu berada di atas garis pelindung tersebut (aturan perubahan suhu).
Untuk kontrasepsi, pantang senggama mulai dari awal siklus haid sampai sore hari atau hari ketiga berturut-turut setelah suhu berada diatas garis pelindung (cover line). Masa pantang pada aturan perubahan suhu lebih panjang dari pemakaian MOB.
Catatan :
(1)   Jika salah satu dari suhu berada di garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari ini, mungkin tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari tanda kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat diatas garis pelindung sebelum memulai senggama.
(2)   Ketika mulai masa tak subur, tidak perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu dapat berhenti mencatat sampai haid berikut mulai dan bersenggama sampai hari pertama haid berikutnya.
Kekurangan metode suhu basal yaitu tidak dapat mengetahui masa aman post ovulasi sehingga penggunaannya sering dikombinasikan dengan metode kalender agar dapat diketahui masa aman pre ovulasi. Dalam penatalaksanaannya yaitu masa aman pre ovulasi dengan menggunakan metode kalender atau dengan mengurangi peningkatan suhu dini yang telah tercatat selama 6 bulan, maka masa aman post ovulasi terjadi 3 hari setelah kenaikan suhu basal.
3.      Metode Mukosa Serviks (Cervical Mucous Method or Ovulasi Billings).
Dr. Evelyn Billings (dokter spesialis anak) dan suaminya, Dr. John Billings (dokter spesialis saraf) telah membantu jutaan perempuan di seluruh dunia untuk menerapkan pengaturan kesuburan yang alamiah, sehat, serta selaras dengan irama tubuhnya sendiri dengan Metode Ovulasi Billings (MOB). Pada tahun 1964 pengamatan digunakan dari kualitas dan kuantitas perubahan sekresi lendir leher rahim sebagai indikator kesuburan tunggal untuk mengidentifikasi awal dan akhir dari fase subur dari siklus. Pada tahun 1968 mereka diundang untuk mengajarkan Metode Ovulasi Billings (MOB) di luar negara mereka, Australia. Sejak saat itu, pengajaran resmi MOB dibentuk di lebih dari 100 negara. Mereka berkarya bersama Profesor Erik Odeblad di Swedia yang telah melakukan penelitian mengenai struktur dan fungsi lendir mulut rahim. Metode Ovulasi Billings ini sangat sederhana dan dapat dipelajari oleh setiap perempuan yang tidak berpendidikan sekalipun.
Pada tahun 1964 pengamatan digunakan dari kualitas dan kuantitas perubahan sekresi ormon leher rahim sebagai ormoner kesuburan tunggal untuk mengidentifikasi awal dan akhir dari fase subur dari siklus dan menyebutnya ‘MOB’ mereka rekan kerja termasuk Dr James Brown, pelopor dalam estrogen biokimia, Prof Erik Ode blad, School of Medicine, Umea, Swedia yang telah melakukan penelitian perintis dalam sifat biofisik ormon serviks sejak 1959.
Dasarnya adalah perubahan kualitatif dan kuantitatif dari hormon serviks yang akan dipengaruhi hormon ovarium.
1)      Intruksi kepada klien
(1)   Klien dapat mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina, pengamatan sepanjang hari dan kesimpulan pada malam hari periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa kedalam vagina.
(2)   Untuk menggunakan Metode Ovulasi Billings (MOB), klien harus belajar mengenali Pola Kesuburan dan Pola Dasar ke Tidak Suburannya. Untuk menghindari kekeliruannya dan untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar, pasangan diminta secara penuh tidak bersenggama pada satu siklus haid, untuk mengenali pola kesuburan dan pola ketidaksuburannya.
(3)   Pola kesuburan adalah pola yang terus berubah sedangkan pola dasar ketidaksuburan adalah pola yang sama sekali tidak berubah dari hari ke hari. Kedua pola ini mengikuti kegiatan hormon - hormon (khususnya estrogen dan progesteron) yang mengontrol daya tahan hidup sperma dan pembuahan. Oleh karena itu, dapat memberi informasi yang dapat diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan.
(4)   Suatu catatan yang sederhana dan tepat adalah kunci untuk keberhasilan. Suatu rangkaian kode yang digunakan untuk melengkapi catatan. Kode ini harus cocok dengan budaya lokal dan dapat digunakan oleh pengguna KBA secara luas. Di beberapa tempat dipakai tempelan/ stiker atau tinta berwarna, ditempat lain lebih praktis membuat kode yang dapat ditulis dengan tangan, ada juga yang mengkombinasi keduanya yaitu kode yang ditulis tangan dengan menggunakan pensil warna. Contoh berikut adalah tabel pencatatan kode untuk siklus normal (teratur) biasa, berkisar antara 28 hari dan siklus normal(teratur) pendek berkisar antara 20-25 hari.

                    jhj.jpg
Gambar 3: Metode Ovulasi Billings

2)      Fase perubahan lendir serviks :
(1)   Fase masa kering adalah terjadi segera setelah menstruasi karena kadar estrogen menurun sehingga kurang merangsang sekresi. Oleh karena itu, kebanyakan ibu mempunyai satu sampai beberapa hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa kering.
(2)   Fase masa preovulasi dini (hari subur) adalah karena adanya kadar estrogen mulai meningkat, terobservasi adanya lendir sebelum ovulasi, ibu dianggap subur, ketika terlihat adanya walaupun jenis lendir yang keruh, kental dan lengket. Lendir subur yang basah dan licin mungkin sudah ada di serviks dan hari subur sudah mulai.
(3)   Hari – hari basah (Hari puncak) adalah beberapa hari sebelum dan sesudah ovulasi atau hari – hari  terakhir. Karena estrogen meningkat, maka lendir berubah menjadi jernih, paling licin, mulur, dan ada perasaan basah (seperti putih telur).
(4)   Masa post ovulasi yaitu kadar progesterone meningkat, sehingga lendir berkurang sekali dan menjadi keruh, kental dan lengket.
(5)   Masa pre menstruasi yaitu dimana lendir kadang – kadang menjadi jernih lagi dan sangat cair, fase ini tidak selalu terjadi. Masa subur mulai terjadi pada hari ke-1 adanya lendir serviks pasca haid (fase 2) yaitu 4 hari sesudah keluarnya lendir yang jernih dan licin.
 Contoh kode yang dipakai untuk mencatat kesuburan, pakai tanda * atau merah untuk menandakan perdarahan (haid). Pakai huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering . Gambar suatu tanda (L) atau biarkan kosong untuk memperlihatkan lendir subur basah, jernih, licin, dan mulur. Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak subur yang kental, putih, keruh, dan lengket.



3)      Untuk kontrasepsi/ menghindari kehamilan
(1)   Lendir mungkin berubah pada hari yang sama, periksa lendir setiap kali ke belakang dan sebelum tidur, kecuali ada perasaan sangat basah waktu siang. Setiap malam sebelum tidur, tentukan tingkat yang paling subur (lihat kode di atas) dan beri tanda pada catatan ibu dengan kode yang sesuai.
(2)   Pantang senggama untuk paling sedikit satu siklus sehingga ibu akan kenali hari – hari lendir, mengenali pola kesuburan dan pola dasar ketidaksuburan ibu dengan bimbingan pelatih/ guru KBA.
(3)   Hindari senggama pada waktu haid. Hari – hari ini tidak aman; pada siklus pendek, ovulasi dapat terjadi pada hari – hari haid.
(4)   Pada hari kering setelah haid, aman untuk bersenggama selang satu malam (selang - seling). Ini akan menghindari ibu bingung dengan cairan sperma dan lendir.
(5)   Setelah segera ada lendir jenis apa saja atau perasaan basah muncul, hindari senggama atau kontak seksual. Hari – hari lendir, terutama hari – hari lendir subur, adalah tidak aman. (aturan awal atau “jika hari basah, ibu akan memperoleh bayi”).
(6)   Tanda hari terakhir dengan lendir paling licin dan mulut dengan tanda X. Ini adalah hari puncak; ini adalah hari ovulasi dan hari paling subur.
(7)   Setelah hari puncak, hindari senggama untuk 3 hari baik siang atau malam. Hari – hari ini adalah tidak aman (aturan puncak). Mulai dari pagi hari keempat setelah kering, ini adalah hari – hari aman untuk bersenggama sampai hari haid berikutnya bila ingin menghindari kehamilan.
(8)   Pada siklus yang tidak teratur seperti pasca persalinan atau pra menopause maka perlu memperhatikan (pola dasar ketidaksuburan) dimana ada waktu 1 – 2 hari subur yang menyelingi di antara hari – hari tidak subur. Ibu harus mengamati perubahan ini dan bila PDTS sudah pulih kembali dan berlangsung minimal 3 hari berturut – turut tanpa perubahan maka senggama boleh dilakukan (aturan sabar menunggu/ wait and see rule).
 Untuk konsepsi/ mencapai kehamilan bersenggama, pada setiap siklus pada hari – hari terdapat lendir yang terasa basah dan licin.

4.      Metode Simtomtermal (Method Simptomthermal yaitu paduan suhu tubuh basal dan ovulasi billings)
Metode ini diajarkan oleh Dr Josef Roetzer, seorang dokter kesehatan masyarakat Austria pada tahun 1951 dan oleh Dr Edward Keefe dokter kandungan di New York pada tahun 1953. Metode ini merupakan metode kombinasi Keluarga Berencana Alami yang menggunakan kedua ‘lendir Serviks’ dan ‘Suhu Basal Tubuh’, dan Dr Keefe juga melaporkan pada tahun 1962 pada perubahan yang terjadi pada leher rahim pada saat ovulasi. Kombinasi Lendir Serviks dan Suhu Basaal Tubuh dipelajari oleh Dr John Marshall di London.
1)      Instruksi Pasien
Ibu harus mendapat intruksi untuk mendapat metode lendir serviks dan suhu basal. Ibu dapat menentukan masa subur ibu dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks, seperti :
(1)   Setelah darah haid berhenti, ibu dapat bersenggama pada malam hari, pada hari kering dengan berselang sehari selama masa tak subur. Ini adalah aturan selang hari kering (aturan awal). Aturan yang sama dengan metode lendir serviks.
(2)   Masa subur mulai ketika ada ketika ada perasaan basah atau munculnya lendir, ini adalah aturan awal. Aturan yang sama dengan metode lendir serviks. Berpantang bersenggama sampai masa subur berakhir.
(3)   Pantang bersenggama sampai hari puncak dan aturan perubahan suhu telah terjadi.
(4)   Apabila aturan ini tidak mengidentifikasi hari yang sama sebagai akhir masa subur, selalu ikuti aturan yang paling konservatif, yaitu aturan yang mengidentifikasi masa subur yang paling terpanjang.
Dari ke empat metode kontrasepsi alamiah diatas, Metode Lendir Serviks (Metode Billings/ MOB/ Metode Dua Hari Mukosa Serviks) dan Metode Simptomtermal adalah yang paling efektif. Cara yang kurang efektif misalnya Sistem Kalender (Pantang Berkala) dan Metode Suhu Basal yang sudah tidak di ajarkan lagi oleh pengajar KBA. Hal ini disebabkan oleh kegagalan yang cukup tinggi ( > 20%) dan waktu pantang yang lebih lama. Cara lain yang lebih efektif dan masa pantang lebih singkat. Di Indonesia, dengan surat dari BKKBN pusat kepada BKKBN provinsi dengan SK 6668/K.S. 002/E2/90, tgl. 28 Desember 1990, Metode Ovulasi Billings (MOB) sudah diterima sebagai salah satu metode KB (mandiri).

1.1.2.3  Manfaat KBA
1.         Kontrasepsi
1)      Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan.
2)      Tidak ada risiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
3)      Tidak ada efek samping sistemik.
4)      Murah atau tanpa biaya.
2.         Nonkontrasepsi
1)      Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
2)      Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri.
3)      Memungkinkan mengeratkan relasi/ hubungan melalui peningkatan komunikasi antara suami istri/ pasangan.

1.1.2.4  Keterbatasan
1.      Sebagai kontraseptif sedang (9 – 20 kehamilan / 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian). Catatan untuk metode ovulasi billings bila aturan di taati kegagalan 0% (kegagalan metode/method failure dan 0% – 3% kegagalan pemakaian/ user’s failure, yaitu pasangan dengan sengaja atau tanpa sengaja melanggar aturan untuk mencegah kehamilan).
2.      Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti instruksi.
3.       Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis KBA yang paling efektif secara benar.
4.      Dibutuhkan/ guru KBA (bukan tenaga medis).
5.      Pelatih/ guru KBA harus mampu membantu ibu mengenali masa suburnya, memotivasi pasangan untuk mentaati aturan jika ingin menghindari kehamilan dan menyediakan alat bantu jika di perlukan; misalnya buku catatan khusus, termometer (oral atau suhu basal).
6.      Perlu pantang senggama selama masa subur untuk menghindari kehamilan.
7.      Perlu pencatatan setiap hari.
8.      Infeksi vagina membuat dinding serviks sulit dinilai.
9.      Termometer basal diperlukan untuk metode tertentu.
10.  Tidak terlindung dari IMS termasuk HBV (virus hepatitis B) dan HIV/AIDS.

1.1.2.5  Yang Dapat Mengunakan KBA
1.      Untuk kontrasepsi
1)      Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pre menopause.
2)      Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nullipara.
3)      Perempuan kurus ataupun gemuk.
4)      Perempuan yang merokok.
5)      Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara lain; hipertensi sedang, varises,  dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista ovari, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.
6)      Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode lain.
7)      Perempuan yang tidak dapat mengunakan metode lain.
8)      Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid.
9)      Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan.
2.      Untuk konsepsi
Pasangan yang ingin mencapai kehamilan, sengama dilakukan pada masa subur untuk mencapai kehamilan.
Tabel 1: Keadaan yang memerlukan perhatian
Keadaan
Anjuran
Pengeluaran cairan vagina
Jelaskan pada klien bahwa akan menjadi lebih sulit untuk memprediksi kesuburan dengan menggunakan lendir serviks. Jika dia kehendaki, bantu di memilih metode lain. Pada Metode Ovulasi Billings (MOB) klien harus belajar benar-benar untuk mengenal pola dasar ketidaksuburan.
Menyusui
Jelaskan pada klien bahwa akan menjadi lebih sulit untuk memprediksi kesubura dengan menggunakan lendir serviks. Jika dia kehendaki, bantu dia memilih metode lain. Pada Metode Ovulasi Billings (MOB) klien harus belajar benar-benar untuk mengenal pola dasar ketidaksuburban.

1.1.2.6  Yang Seharusnya Tidak Mengunakan KBA
1.      Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi.
2.      Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB.
3.      Perempuan sebelum mendapat haid ( menyusui, segera setelah abortus), kecuali MOB.
4.      Perempuan dengan siklus haid dengan tidak teratur, kecuali MOB.
5.      Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama (berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid.
6.      Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya.

1.1.3        Coitus Interuptus (Senggama Terputus)
     Sejak zaman Mesir kuno,  diketemukan lima papirus berasal dari tahun 1900-1100 sebelum Masehi yang berisi cara-cara mencegah kehamilan. Ada beberapa cara yang dianjurkan untuk mencegah kehamilan, di antaranya ialah dengan menaburkan madu dan sodium carbonat di vulva untuk membunuh sel sperma. Cara lain di Mesir yang dipergunakan ialah dengan menaburkan kotoran buaya di dalam cervix.  dalam dunia Yahudi kuno, coitus interuptus, yakni dengan cara menumpahkan sel sperma di luar vagina pada waktu bersenggama sehingga tidak terjadi kehamilan. Cara ini dapat kita lihat dalam kitab kejadian 38 : 8-10, di mana Onan yang menikahi istri almarhum kakaknya melakukan coitus interuptus supaya istrinya itu tidak hamil. Dari kitab Talmud Babilonia, para Rabbi mencatat bahwa cara kontrasepsi yang secara luas dipratekkan zaman itu ialah dengan memperpanjang masa menyusui bayi. Selain cara itu, juga masih dikenal berbagai cara kontrasepsi dengan racun steril, ramuan berbagai akar dan madu serta wol. Senggama Terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pasangan menghentikan senggama dengan pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina menjelang pria mencapai ejakulasi.
     Cara kerjanya yaitu alat kelamin (penis) dikeluarkan menjelang ejakulasi sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina dan tidak ada pertemuan antara sperma dengan  ovum,dengan cara ini kemungkinan kehamilan dapat dicegah dan terjadinya pembuahan (kehamilan) bisa dikurangi.

1.1.3.1  Manfaat Coitus Interuptus
1.    Kontrasepsi
1)      Efektif bila dilaksanakan dengan  benar.
2)      Tidak mengganggu produksi ASI.
3)      Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
4)      Tidak ada efek samping.
5)      Dapat digunakan setiap waktu.
6)      Tidak memerlukan alat atau obat.
7)      Tidak membutuhkan biaya.
8)      Relatif sehat dibandingkan metode lain
2.    Nonkontrasepsi
1)      Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
2)      Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam.
3)      Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun).
4)      Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis.
5)      Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.
6)      Menyebabkan ketegangan sehingga merusak keharmonisan hubungan seksual.

1.1.3.2  Dapat Dipakai Untuk
1.    Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.
2.    Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak memakai metode - metode lain.
3.    Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera.
4.    Pasangan yang memerlukan kontrasepsi sementara, sambil menunggu metode yang lain.
5.    Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.
6.    Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

1.1.3.3  Tidak Dapat di Pakai Untuk
1.    Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.
2.    Suami yang sulit melakukan senggama terputus.
3.    Suami yang mempunyai kelainan fisik atau psikologis.
4.    Ibu yang mempunyai pasangan yang sulit diajak kerja sama.
5.    Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.
6.    Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.

1.1.3.4  Intruksi Bagi Klien
1.      Meningkatkan kerja sama dan membangun saling pengertian sebelum melakukan hubungan seksual dan pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati penggunaan metode senggama terputus.
2.      Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
3.      Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma diluar vagina.
4.      Pastikan pria tidak terlambat melaksanakannya.

1.1.4        Metode Amenore Laktasi (MAL)
1.1.4.1  Profil
1.      Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makann atau minuman apapun lainnya.
2.      MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
1)      Menyusui secara penuh (full breast feeding) ; lebih efektif bila pemberian ≥ 8x sehari
2)      Belum haid
3)      Umur bayi kurang dari 6 bulan
3.      Efektif sampai 6 bulan.
4.      Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.
5.      Cara kerjanya menunda/ penekanan ovulasi.

1.1.4.2  Keuntungan MAL
1.      Keuntungan kontrasepsi
1)      Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan).
2)      Segera efektif.
3)      Tidak mengganggu sanggama.
4)      Tidak ada efek samping secara sistemik.
5)      Tidak perlu pengawasan medis.
6)      Tidak perlu obat atau alat.
7)      Tanpa biaya.
2.      Keuntungan nonkontrasepsi
Untuk bayi
1)      Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan lewat ASI).
2)      Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal.
3)      Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai.
Untuk ibu
1)      Mengurangi perdarahan pasca persalinan.
2)      Mengurangi resiko anemia.
3)      Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi.

1.1.4.3  Keterbatasan
1.      Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan.
2.      Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
3.      Efektifitasn tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.
4.      Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/ HBV dan HIV/AIDS.

1.1.4.4  Yang Dapat Menggunakan MAL
Ibu yang menyusui secara ekslusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan.
Tabel 2 : Keadaan yang memerlukan perhatian
Keadaan
Anjuran
Ketika mulai memberikan makanan pendamping secara teratur (menggantikan satu kali menyusui)
Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
Ketika haid sudah kembali
Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.

Keadaan
Anjuran
Bayi menghisap susu tidak sering (on demand) atau jika < 8x sehari

Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
Bayi berumur 6 bulan atau lebih
Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.

1.1.4.5  Yang Seharusnya Tidak Pakai MAL
1.      Sudah mendapat haid setelah bersalin.
2.      Tidak menyusui secara ekslusif.
3.      Bayinya sudah berumur 6 bulan.
4.      Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.

1.1.4.6  Instruksi Kepada Klien (Hal Yang Harus di Sampaikan Kepada Klien)
1.      Seberapa sering harus menyusui.
Bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi menyelesaikan menghisap dari satu payudara sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi dapat cukup banyak susu akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain pada waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.
2.      Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
3.      Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan hisapannya.
4.      Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu malam membantu mempertahankan kecukupan persediaan ASI.
5.      Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
6.      ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
7.      Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan pendamping ASI.
Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan berat badan cukup, bayi tidak memerlukan makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan.(berat badan naik sesuai umur, sebulan BB naik minimal 0,5kg, ngompol sedikitnya 6 kali sehari).
8.      Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi.
9.      Haid
Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera mulai menggunakan metode KB lainnya.
10.  Untuk kontrasepsi dan kesehatan.
11.  Anda memerlukan metode kontrasepsi lain ketika anda mulai dapat haid lagi, jika anda tidak lagi  menyusui secara ekslusif atau bila bayi anda sudah berumur 6 bulan.
12.  Konsultasi dengan bidan/dokter atau diklinik/puskesmas sebelum anda myulai memakai metode kontrasepsi lainnya.
13.  Jika suami/pasangan anda beresikjo tinggi terpapar Infeksi Menular Seksual termasuk AIDS, anda harus pakai kondom ketika pakai MAL.
14.  Apa yang harus dilakukan bila anda menyusui tidak secara ekslusif atau berhenti menyusui.
15.  Anda perlu kondom atau metode kontrasepsi lain ketika anda tidak menyusui lagi secara eksklusif.
16.  Ke klinik KB untuk membantu memilihkan atau memberikan metode kontrasepsi lain yang sesuai.



1.1.4.7  Beberapa Catatan dari Konsensus Bellagio (1988) Untuk Mencapai Keefektifan 98%
1.      Ibu harus menyusu secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1 sampai 2 teguk air/minuman pada upacara adat/agama).
2.      Perdarahan sebelum 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid).
3.      Bayi menghisap secara langsung.
4.      Menyusui dimulai dari setengah sampai 1 jam setelah bayi lahir.
5.      Kolostrum diberikan kepada bayi.
6.      Pola menyususi on demand (menyusui setiap saat bayi membutuhkan) dan dari kedua payudara.
7.      Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari.
8.      Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.
Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid, tetpai dapat juga tanpa didahului haid. Efek ketidaksuburan karena menyusui sangat di pengaruhi oleh aspek - aspek :
1.      Cara menyusui.
2.      Seringnya menyusui.
3.      Lamanya setiap kali menyusui.
4.      Jarak antara menyusui.
5.      Kesungguhan menyusui.
Supaya berhasil dan aman untuk pemakaian Metode Amenore Laktasi maka ibu harus menerapkan menyusui secara eksklusif sampai dengan 6 bulan. Untuk mendukung keberhasilan menyusui dan MAL beberapa hal yang penting untuk diketahui yaitu cara menyusui yang benar meliputi posisi, pelekatan dan menyusui secara efektif :
1.  Posisi bayi yang benar (4 tanda) :
1)      Kepala dan tubuh bayi dalam satu garis lurus.
2)      Badan bayi menghadap ke dada ibu.
3)      Badan bayi melekat ke ibu.
4)      Seluruh badan bayi tersanggah dengan baik, tidak hanya leher dan bahu saja.
2.  4 Tanda bayi melekat dengan baik
1)      Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
2)      Mulut bayi terbuka lebar.
3)      Bibir bawah membuka lebar (dower), lidah terlihat di dalamnya.
4)      Areola bagian atas tampak lebih banyak/lebar (areola juga masuk ke mulut bayi, tidak hanya putting susu).
3.  Tanda bayi menghisap efektif
1)      Menghisap secara mendalam dan teratur.
2)      Kadang diselingi istirahat.
3)      Hanya terdengar suara menelan.
4)      Tidak terdengar suara kecap atau mengecap.
4.  Setelah selesai
1)      Bayi melepas payudara secara spontan.
2)      Bayi tampak tenang dan mengantuk.
3)      Bayi tampak tidak berminat lagi pada ASI.
5.  Tanda bayi menghisap tidak efektif
1)      Menghisap dengan cepat dan dangkal.
2)      Mungkin terlihat lekukan kedalam pada pipi bayi.
3)      Tidak terdengar suara menelan.









 
































1.2    Metode Kontrasepsi Sederhana dengan Alat
1.2.1        Mekanis/Barier
1.2.1.1  Kondom
1.      Pengertian Kondom Pria
Kondom adalah suatu sarung karet yang tipis, berwarna atau tidak berwarna, dipakai untuk melingkupi penis/zakar sewaktu melakukan hubungan seksual (DepKes RI 1999)
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbgai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami seperti kulit tatu usus domba yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasya ( misalnya penambahan spermisida) maupun berbagai aksesoris aktivitas seksual.
Kondom pria adalah suatu alat kontasepsi, berupa karet lateks atau lembaran sintetis dipasang pada penis ereksi sebelum koitus, dengan angka kegagalan 2 – 12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

2.      Cara Kerja Alat  Kontrasepsi Kondom
1)      Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan
ovum
 
sperma
 
           
2)      Mencegah penularan mikroorganisme/ PMS dari satu pasangan kepasangan lain
3.      Manfaat Kondom secara Kontrasepsi dan Nonkontrasepsi:
1)      Efektif mencegah kehamilan bila digunakan secara benar.
2)      Tidak mengganggu produksi ASI
3)      Tidak mengganggu kesehatan klien.
4)      Murah dan dapat dibeli secara umum.
5)      Sebagai metode kontasepsi sementara.
6)      Mencegah terjadinya PMS
7)      Mencegah ejakulasi dini
8)      Tidak memerlukan pemeriksaan medis
9)      Pria ikut secara aktif dalam program KB
4.      Keterbatasan dari Kondom
1)      Efektivitas tidak terlalu tinggi
2)      Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
3)      Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)
5.      Efek Samping Alat Kontrasepsi Kondom
1)      Kondom rusak atau diperkirakan bocor sebelum atau selama berhubungan.
2)      Iritasi local pada penis/Adanya reaksi alergi (jarang).
3)      Mengurangi kenikmatan hubungan seksual.
4)      Iritasi vagina
6.      Cara Penggunaan Alat Kontrasepsi Kondom
1)      Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
2)      Jangan menggunakan benda tajam seperti gigi, pisau’ silet, gunting atau benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan.
3)      Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut kearah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina.
4)      Kondom dilepas sebelum penis melembek.
5)      Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.

6)      Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar