Senin, 03 November 2014

4. Perdarahan di Luar Haid



4.1  EROSI PORTIO
Pengertian
Erosio portiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah portio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia/ alat tertentu, umumnya disebabkan oleh infeksi.
Erosio portio atau disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya sebagian/ seluruh permukaan epitel squamous dari serrviks adalah hilangnya sebagian / seluruh permukaan dan atau mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks. Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan tampak merah, erosi, dan terinfeksi.
Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks. Erosi serviks dapat dibagi menjadi 3:
a.       Erosi ringan            : meliputi ≤ 1/3 total area serviks
b.      Erosi sedang           : meliputi 1/3 – 2/3 total area serviks
c.       Erosi berat              : meliputi ³ 2/3 total area serviks

PENYEBAB
a.    Level estrogen: erosi serviks merupakan respons terhadap sirkulasi estrogen dalam tubuh.
-  Dalam kehamilan: erosi serviks sangat umum ditemukan dalam kehamilan karena level estrogen yang tinggi. Erosi serviks dapat menyebabkan perdarahan minimal selama kehamilan, biasanya saat berhubungan seksual ketika penis menyentuh serviks. Erosi akan menghilang spontan 3-6 bulan setelah melahirkan.
-  Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB: erosi serviks lebih umum terjadi pada wanita yang mengkonsumsi pil KB dengan level estrogen yang tinggi.
-  Pada bayi baru lahir: erosi serviks ditemukan pada 1/3 bayi wanita dan akan menghilang pada masa anak-anak oleh karena respons maternal saat bayi berada di dalam rahim.
-  Wanita yang menjalani Hormon Replacement Therapy (HRT): karena penggunaan estrogen pengganti dalam tubuh berupa pil, krim, dan lain-lain.
b.    Infeksi: teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai menghilang. Bukti-bukti menunjukkan bahwa infeksi tidak menyebabkan erosi, tapi kondisi erosi akan lebih mudah terserang bakteri dan jamur sehingga mudah terserang infeksi.
c.    Penyebab lain: infeksi kronis di vagina dan kontrasepsi kimia dapat mengubah level keasaman vagina dan menyebabkan erosi serviks. Erosi serviks juga dapat disebabkan karena trauma (hubungan seksual, penggunaan tampon, benda asing di vagina, atau terkena spekulum).

GEJALA
a.    Mayoritas tanpa gejala
b.    Perdarahan vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi) yang terjadi:
-  Setelah berhubungan seksual (post coital)
-  Diantara siklus menstruasi.
-  Disertai keluarnya cairan mukus yang jernih / kekuningan, dapat berbau jika disertai infeksi vagina.
c.    Erosi serviks disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks meningkat secara signifikan, berbentuk mukus, mengandung banyak sel darah putih, sehingga ketika sperma melewati serviks akan mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan perjalanan sperma. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita.
PENATALAKSANAAN
a.    Memberikan albotyl di sekitar erosi pada portio
b.    Melakukan penatalaksanaan pemberian obat:
-  Lyncopar 3x1 untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri/ streptokokus pneumokokus stafilokokus dan infeksi kulit dan jaringan lunak.
-  Ferofort 1x1 berfungsi untuk mengobati keputihan.
-  Mefinal 3x1 berfungsi untuk menghilang rasa sakit.

4.2     POLIP SERVIKS
PENGERTIAN
Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan mukosa. Servikal polip adalah polip yang terdapat dalam kanalis servikalis.

GEJALA
a.    Tanpa gejala
Polip serviks bisa saja dialami seseorang tanpa diketahui kalau sebenarnya memiliki polip serviks.
b.    Leukorea yang sulit disembuhkan
Jika sudah digunakan berbagai macam obat dan personal higiene telah dijaga, tetapi leukore belum juga sembuh
c.    Terasa tidak nyaman dalam vagina
Yaitu perasaan tidak nyaman dalam vagina, baik setelah buang air maupun dalam kondisi biasa
d.   Kontak berdarah
Misalnya, vagina selalu mengeluarkan darah setelah melakukan hubungan seks. Perlu dicurigai adanya polip serviks.
e.    Terdapat infeksi


PENATALAKSANAAN
Polip hanya dipelintir sampai putus, kemudian tangkainya dikuret. Tindakan dilakukan dalam pembiusan umum (general anasthesia). Selanjutnya jaringan polip dikirim ke laboratorium patologi guna memastikan bahwa histologinya jinak/ sesuai dengan gambaran jaringan polip serviks. Kemungkinan ganasnya kecil.

4.3     POLIP ENDOMETRIUM
PENGERTIAN
Polip endometrium juga disebut polip rahim. Mereka memiliki baris datar besar dan melekat pada rahim melalui gagang bunga memanjang. Bentuknya dapat bulat atau oval dan biasanya berwarna merah. Seorang wanita dapat memiliki polip endometrium satu atau banyak, dan kadang-kadang menonjol melalui vagina menyebabkan kram dan ketidaknyamanan. Polip endometrium dapat menyebabkan kram karena mereka melanggar pembukaan leher rahim. Polip ini dapat terjangkit jika mereka bengkok dan kehilangan semua pasokan darah mereka. Wanita yang telah mengalaminya trekadang sulit untuk hamil.

PENYEBAB
Tidak ada penyebab pasti dari polip endometriu, tetapi pertumbuhan mereka dapat dipengaruhi oleh kadar hormon, terutama estrogen. Seringkali tidak ada gejala, tetapi beberapa gejala dapat diidentikasi terkait dengan pembentukannya.

GEJALA
a.    Sebuah kesenjangan antara perdarahan hais.
b.    Tidak teratur atau perdarahan menstruasi yang berkepanjangan.
c.    Perdarahan haid yang terlalu berat.
d.   Rasa sakit atau dismenorea (nyeri saat menstruasi)

PENATALAKSANAAN
Polip endometrium dapat dideteksi melalui pelebaran dan kuretase, CT scan, ultrasound atau histeroskopi. Histeroskopi adalah prosedur dimana lingkup kecil dimasukkan melalui leher rahim ke dalam rongga rahim untuk mencari polip atau kelainan rahim lainnya.
Polip endometrium dapat dihapus dan diobati melalui operasi dengan menggunakan kuretase atau histerektomi. Jika kuretase dilakukan, polip dapat terjawab tapi untuk mengurangi resiko ini, rahim biasanya dieksplorasi oleh histerektomi pada awal proses bedah. Sebuah polip besar dapat dipotong menjadi beagian-bagian sebelum sepenuhnya disingkirkan. Jika ditemukan polip menjadi kanker, histerektomi harus dilakukan. Ada probabilitas tinggi kekambuhan polip bahkan dengan perawatan di atas.

4.4     ULKUS PORTIO
PENGERTIAN
Ulkus portio adalah suatu perdarahan dan luka pada portio berwarna merah dengan batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum.

PENYEBAB
a.    Pengunaan IUD
b.    Pemakaian pil
c.    Perilaku seksual yang tidak sehat
d.   Trauma

GEJALA
a.    Adanya flukus
b.    Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas
c.    Adanya kontak berdarah
d.   Portio teraba tidak rata


PENATALAKSANAAN
a.    Membatasi hubungan suami istri
Adanya ulkus portio membuat portio mudah sekali berdarah setiap kali mengalami gesekan sekecil apapun, sehingga sebaiknya koitus dihindari sampai ulkus sembuh.
b.    Menjaga kebersihan vagina
Bila kebersihan vagina tidak dijaga, maka akan dapat memperburuk kondisi portio, sebab akan semakin rentan terkena infeksi lainnya.
c.    Lama pemakaian IUD diperhatikan

4.5     TRAUMA
PENGERTIAN
Trauma adalah dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Sedangkan dalam pengertian medikolegal, trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan kecerdasan.

PENYEBAB
Trauma yang menyebabkan perdarahan di luar haid contohnya yang sering terjadi pada akseptor IUD dan usai berhubungan intim (utamanya pada wanita yang telah menopause). Tempat perlukaan yang paling sering akibat koitus adalah dinding lateral vagina, forniks posterior dan kubah vagina (setelah histerektomi).

GEJALA
Nyeri vulva dan vagina, perdarahan, dan pembengkakan merupakan gejala-gejala yang paling khas. Kemungkinan gejala lainnya adalah kesulitan dalam urinasi dan ambulasi.
PENATALAKSANAAN

Penanganannya sesuai dengan penyebabnya, misalnya: trauma yang disebabkan translokasi IUD, maka IUD-nya harus dicabut dan diganti dengan alat kontrasepsi lain. Sedangkan buat para wanita yang menopause yang mengalami perdarahan setelah koitus, bisa diberi terapi hormon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar