Minggu, 02 November 2014

6. Metode Kontrasepsi Modern (Kontrasepsi Pil)


1.1    Kontrasepsi Pil
1.1.1        Sejarah Kontrasepsi Pil
Ada sejarah panjang dan menarik dibalik kesuksesan pil kontrasepsi seperti yang kita kenal sekarang ini.
Pada Abad Pertengahan, kondom dibuat dari usus hewan, kulit ikan, bahkan dari linen. Metode ini tidak efektif dan menyebabkan banyak kehamilan. Tahun 1901, seorang Ahli Fisiologi Ludwig Haberlandt dari Innsbruck menunjukkan bahwa siklus menstruasi diatur oleh hormon estrogen dan progeston yang diproduksi di otak dan di indung telur dari setiap perempuan. Tahun 1961, Schering, AG meluncurkan pil kontrasepsi pertama di Eropa, yaitu anovlar. Tahun 1970 – 1980, Schering, perusahaan farmasi yang bergerak di bidang hormonal, memiliki peran utama memperkenalkan berbagai jenis dan merk pil kontrasepsi dengan manfaat tambahan selain kontrasepsi. Saat ini, Pil kontrasepsi telah menjadi bagian dari kehidupan jutaan perempuan di dunia.
Bayer Health Care (dahulu Schering) telah melakukan penelitian dengan tujuan untuk menemukan senyawa baru, mengurangi dosis hormon estrogen dan juga merubah rejimen pil kontrasepsi. Bayer Health Care memperkenalkan inovasi terbarunya: pil pertama yang berisi progestin drospirenon. Pil kontrasepsi yang mengandung drospirenon tidak hanya bermanfaat sebagai kontrasepsi tetapi juga mencegah retensi cairan sehingga berat badan stabil, mengatasi jerawat ringan-sedang, dan mengatasi pre-menstrual syndrome (PMS) berat.

1.1.2        Pil Kombinasi (Hormon Estrogen dan Hormon Progesteron)
1.1.2.1  Profil
1.      Efektif dan reversibel.
2.      Harus diminum setiap hari.
3.      Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang.
4.      Efek samping serius sangat jarang terjadi.
5.      Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak maupun belum.
6.      Dapat mual diminum setiap saat, bila yakin sedang tidak hamil.
7.      Tidak dianjurkan pada ibu menyusui.
8.      Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

1.1.2.2  Jenis
1.      Monofasik:  pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/ progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
2.      Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/ progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
3.      Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/ progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

1.1.2.3  Cara kerja
1.      Menekan ovulasi.
2.      Mencegah implantasi.
3.      Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui sperma.
4.      Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula.

1.1.2.4  Manfaat
1.      Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan).
2.      Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
3.      Tidak menganggu hubungan seksual.
4.      Siklus haid menjadi teratur,  banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
5.      Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
6.      Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
7.      Mudah dihentikan setiap saat.
8.      Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
9.      Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
10.  Membantu mencegah :
1)      Kehamilan ektopik,
2)      Kanker ovarium,
3)      Kanker endometrium,
4)      Kista ovarium,
5)      Penyakit radang panggul,
6)      Kelainan jinak pada payudara,
7)      Dismenore, atau
8)      Akne.

1.1.2.5  Keterbatasan
1.      Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.
2.      Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
3.      Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama pada 3 bula pertama.
4.      Pusing.
5.      Nyeri payudara.
6.      Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat badan justru memiliki dampak positif.
7.      Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil kombinasi.
8.      Tidak boleh diberikan pada perempuan  menyusui (mungurangi ASI).
9.      Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk berhubungan seks berkurang.
10.  Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga risiko stroke, dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan usia >35 tahun dan merokok perlu hati-hati.
11.  Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular seksual), HBV, HIV/AIDS.

1.1.2.6  Yang dapat menggunakan pil kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi, seperti:
1.      Usia reproduksi.
2.      Telah memiliki anak atau pun yang belum memiliki anak.
3.      Gemuk atau kurus.
4.      Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi.
5.      Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6.      Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut.
7.      Pasca keguguran.
8.      Anemia karena haid berlebihan.
9.      Nyeri haid hebat.
10.  Siklus haid tidak teratur.
11.  Riwayat kehamilan ektopik.
12.  Kelainan payudara jinak.
13.  Kencing manis tanpa komplikasi ginjal, pembuluh darah, mata, dan saraf.
14.  Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium jinak.
15.  Menderita tuberculosis (kecuali yang sedang menggunakan rifampisin).
16.  Varises vena.

1.1.2.7  Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi
1.      Hamil atau dicurigai hamil.
2.      Menyusui eksklusif.
3.      Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
4.      Penyakit hati akut (hepatitis).
5.      Perokok dengan usia >35 tahun.
6.      Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >180/110 mmHg.
7.      Riwayat faktor pembekuan darah atau kencing  manis >20 tahun.
8.      Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara.
9.      Migraine dan gejala neurologic fokal (epilepsi/riwayat epilepsi).
10.  Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

1.1.2.8  Waktu mulai menggunakan pil kombinasi
1.      Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil.
2.      Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
3.      Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke 8 smpai hari ke 14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai anda telah menghabiskan paket  pil tersebut.
4.      Setelah melahirkan:
1)      Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif.
2)      Setelah 3 bulan dan tidak menyusui.
3)      Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari).
5.      Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi dan ingin menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.

1.1.2.9  Instruksi pada klien
Catatan: Tunjukan cara mengeluarkan pil dari kemasannya dan pesankan untuk mengikuti panah yang menunjuk deretan pil berikutnya.
1.      Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap hari.
2.      Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
3.      Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid.
4.      Pada paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil placebo sesuai dengan hari yang ada pada paket.
5.      Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil habis, sebaiknya anda mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21 habis sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari paket yang baru.
6.      Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambillah pil yang lain.
7.      Bila muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keadaan memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan Anda, pil dapat diteruskan.
8.      Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa.
9.      Bila lupa minum 1 pil (hari 1 - 21), segera minum pil setelah ingat boleh minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (hari 1 - 21), sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai sesuai jadwal yang ditetapkan. Juga sebaiknya gunakan metode kontrasepsi yang lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut.
10.  Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.

1.1.2.10        Informasi lain yang perlu disampaikan
1.      Pada permulaan penggunaan pil kadang-kadang timbul mual, pening atau sakit kepala, nyeri payudara, serta perdarahan bercak (spotting) yang bisa hilang sendiri. Kelainan seperti ini muncul terutama pada 3 bulan pertama penggunaan pil, dan makin makin lama penggunaannya kelainan tersebut akan hilang dengan sendirinya. Cobalah minum pil pada saat hendak tidur atau pada saat makan malam. Bila tetap saja muncul keluhan, silahkan berkonsultasi kembali ke dokter.
2.      Beberapa jenis obat akan mengurangi efektivitas pil, seperti rifampisin, fenitoin (Dilatin), barbiturate, griseofulvin, trisiklik antidepresan, ampisilin, dan penisilin, tetrasiklin. Klien yang memakai obat-obatan diatas untuk jangka panjng sebaiknya menggunakan pil kombinasi dengan dosis etinilestradiol 50 mg atau dianjurkan menggunakan metode kontrasepsi lain.
Tabel 6.1: Perhatian Khusus untuk Penggunaan Pil Kombinasi
Keadaan
Saran
Tekanan darah tinggi
Sistolik >160 mmHg atau Diastolik >90 mmHg
Pil tidak boleh digunakan
Kencing manis
Tanpa komplikasi
Pil dapat diberikan
Migrain
Tanpa gejala neurologik fokal yang berhubungan dengan nyeri kepala
Pil dapat diberikan
Menggunakan obat fenitoin, barbiturat, rifampisin.

Pil dengan dosis etinilestradiol 50 mg
Anemia bulan sabit.

Pil jangan digunakan

Tabel 6.2: Penanganan Efek Samping yang Sering Terjadi dan Masalah-Masalah Kesehatan Lainnya
Efek samping atau masalah
Penanganan
Amenorea (tidak ada perdarahan atau spotting)
Periksa Dalam atau Tes kehamilan, bila tidak hamil dan klien minum pil dengan benar, tenanglah. Tidak perlu pengobatan khusus. Coba berikan pil dengan dosis estrogen 50 mg atau dosis estrogen tetap, tetapi dosis progestin dikurangi. Bila klien hamil intrauterin, hentikan pil dan yakinkan pasien, bahwa pil yang telah diminumnya tidak punya efek pada janin.
Mual, pusing, atau muntah (akibar reaksi anafilaktik)
Tes kehamilan atau tes ginekologik. Bila tidak hamil, sarankan minum pil saat makan malam atau sebelum tidur.
Perdarahan pervaginam/ spotting
Tes kehamilan atau tes ginekologik. Sarankan minum pil pada waktu yang sama. Jelaskan bahwa perdarahan/spotting hal yang biasa terjadi pada 3 bulan pertama, dan lambat laun akan berhenti. Bila perdarahan/spotting tetap saja terjadi, ganti pil dengan dosis estrogen lebih tinggi (50 mg) sampai perdarahan teratasi, lalu kembali kedosis awal. Bila perdarahan/spotting timbul lagi, lanjutkan dengan dosis 50 mg, atau ganti dengan metode kontrasepsi yang lain.


Tabel 6.3: Keadaan yang Perlu Mendapat Perhatian
Tanda
Masalah yang mungkin terjadi
Nyeri dada hebat, batuk, napas pendek.

Sakit kepala hebat.

Nyeri tungkai hebat, (betis atau paha).

Nyeri abdomen hebat.


Kehilangan penglihatan atau kabur.

Tidak terjadi perdarahan/ spotting setelah selesai minum pil.
Serangan jantung atau bekuan darah didalam paru


Stroke, hipertensi, migraine.

Sumbatan pembuluh darah tungkai.


Penyakit kandung empedu, bekuan darah, pankreatitis.

Stroke, hipertensi atau problem vaskular.

Kemungkinan kehamilan.

1.1.3        Kontrasepsi Pil Progesteron (Minipil)
1.1.3.1  Profil
1.      Cocok untuk perempuan yang sedang menyusui yang ingin menggunakan pil KB.
2.      Sangat efektif pada masa laktasi.
3.      Dosis rendah.
4.      Tidak menurunkan produksi ASI.
5.      Tidak memberikan afek samping estrogen.
6.      Efek samping pertama adalah perdarahan : perdarahan bercak, atau perdarahan tidak teratur.
7.      Dapat dicapai sebagai kontrasepsi darurat.

1.1.3.2  Jenis Minipil
1.      Kemasan dengan isi 35 pil: 300 µglevonorgestrel 350 µg noretindron.
2.      Kemasan dengan isi 28 pil: 75 µg desogestrel.

1.1.3.3  Cara kerja
1.      Menekankan sekresi gonadortopin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak begitu kuat).
2.      Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi tidak sulit.
3.      Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
4.      Mengubah mobilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.

1.1.3.4  Efektivitas
Sangat efektif (98,5%), pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa 1-2 tablet atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal (muntah, diare), karena akibat kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Penggunaan obat-obatan mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil perlu dihindari karena mukolitik jenis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan kontrasepsi dari minipil dapat terganngu. Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka:
1.      Jangan sampai ada tablet yang terlupa.
2.      Tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari).
3.      Sanggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan pil.

1.1.3.5  Keuntungan kontrasepsi
1.      Sangat efektif bila digunakan secara benar.
2.      Tidak mengganggu hubungan seksual.
3.      Tidak mempengaruhi ASI.
4.      Kesuburan cepat kembali.
5.      Nyaman dan mudah digunakan.
6.      Sedikit efek samping.
7.      Dapat dihentikan setiap saat.
8.      Tidak mengandung estrogen.

1.1.3.6  Keuntungan nonkontrasepsi
1.      Mengurangi nyeri haid.
2.      Mengurangi jumlah darah haid.
3.      Menurunkan tingkat anemia.
4.      Mencegah kanker endometrium.
5.      Melindungi dari penyakit radang panggul.
6.      Tidak meningkatkan pembekuan darah.
7.      Dapat diberikan pada penderita endometritis.
8.      Kurang menyebabkan peningktan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi.
9.      Dapat mengurangi keluhan premenstruasi sindrom (sakit kepala, perut kembung, nyeri payudara, nyeri pada betis, lekas marah).
10.  Sedikit sekali mengganggu metabolisme karbohidrat sehingga relatif aman diberikan pada perempuan pengidap kencing manis yang belum mengalami komplikasi.

1.1.3.7  Keterbatasan
1.      Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spoting, amenorea).
2.      Peningkatan/ penurunan berat badan.
3.      Harus digunakan setiap hari pada waktu yang sama.
4.      Bila lupa 1 pil saja, kegagalan akan lebih besar.
5.      Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat.
6.      Risiko kehamilan ektopik tinggi (4 dari 100 wanita kehamilan), tetapi risiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan minipil.
7.      Efektivitasnya menjadi lebih rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsi.
8.      Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS.
9.      Hirsutisme (tumbuh rambut atau bulu berlebih di daerah muka), tetapi sangat jarang terjadi.

1.1.3.8  Yang Boleh Menggunakan Minipil
1.      Usia reproduksi.
2.      Telah memiliki anak atau yang belum memiliki anak.
3.      Meningkatkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui.
4.      Pascapersalinan dan tidak menyusui.
5.      Pascakeguguran.
6.      Perokok segala usia.
7.      Mempunyai tekanan darah tinggi (selama 180/119 mmHg) atau dengan masalah pembekuan darah.
8.      Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak menggunakan estrogen.

1.1.3.9  Yang tidak boleh menggunakan Minipil
1.      Hamil atau diduga hamil.
2.      Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3.      Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
4.      Menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin) atau obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat).
5.      Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
6.      Sering lupa menggunakan pil.
7.      Miom uterus (progestin memicu pertumbuhan miom uterus).
8.      Resiko stoke (progestin menyebabkan spasme pembulun darah).

1.1.3.10             Waktu mulai menggunakan Minipil
1.  Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak memerlukan pencegahan oleh kontrasepsi lain.
2.  Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila menggunakan setelah hari ke-5 siklus haid,  jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan alat kontrasepsi lain selama 2 hari saja.
3.  Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan dan tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan.
4.  Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan klien telah mendapat haid, minipil dapat dimulai pada hari 1-5 siklus haid.
5.  Minipil dapat diberikan segera pascakeguguran.
6.  Bila klien sebelum menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin menggantinya dengan minipil, minipil dapat segera diberikan, bila saja kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tersebut sedang tidak hamil. Tidak perlu menggunakan sampai datangnya haid berikutnya.
7.  Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, minipil diberikan pada jadwal suntikan berikutnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.
8.  Bila kontrasepsi sebelumnya menggunakan AKDR (termasuk AKDR yang mengandung hormon), minipil dapat diberikan setelah hari ke 1-5 siklus haid. Dilakukan pengangkatan AKDR.
Tabel 6.4: Keadaan yang Memerlukan Perhatian Khusus
Keadaan
Anjuran
Stroke
Penyakit jantung koroner/ infark


Kanker payudara
Sebaiknya jangan menggunakan minipil.
Jangan diberikan minipil. Progestin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah.

Tidap boleh diberi minipil.

1.1.3.11             Instruksi kepada Klien
1.  Minum setiap hari pada saat yang sama.
2.  Minum pil yang pertama pada hari pertama haid.
3.  Bila klien muntah 2 jam setelah menggunakan pil, minum pil yang lain, atau menggunakan metode kontrasepsi lain bila klien berniat melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya.
4.  Bila klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam, minum pil tersebut begitu klien ingat. Gunakan metode pelindung selama 48 jam.
5.  Bila klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam, minum pil tersebut begitu klien ingat dan gunakan pelindung sampai akhir bulan.
6.  Walaupun klien belum haid, mulailah paket baru sehari setelah paket terakhir habis.
7.  Bila haid klien teratur setuap bulan dan kemudian kehilangan satu siklus (tidak haid), atau merasa hamil, temui petugas klinik klien untuk memeriksa uji kehamilan.

1.1.3.12             Informasi lain yang perlu disampaikan
Terjadinya perubahan siklus haid merupakan hal yang sering ditemukan selama menggunakan minipil, terutama pada 2 atau 3 bulan pertama. Perubahan pola haid tersebut umumnya hanya bersifat sementara dan tidak sampai mengganggu kesehatan.
Kadang - kadang dapat timbul efek samping berupa peningkatan berat badan, sakit kepala ringan dan nyeri payudara. Semua efek samping ini tidak berbahaya dan biasanya hilang dengan sendirinya.
Obat - obatan tertentu seperti obat tuberkulosis (rifampisin) dan beberapa obat epilepsi dapat mengurangi efektifitas minipil. Minipil tidak mencegah terjadinya IMS, termasuk AIDS. Bila pasangan memiliki risiko, kondom perlu digunakan.

1.1.3.13             Peringatan khusus untuk pemakai Minipil
1.    Bila beberapa bulan mengalami haid teratur dan kemudian terlambat haid, perlu diperkirakan kemungkinan telah terjadi kehamilan.
2.    Bila mengeluh perdarahan bercak yang disertai dengan nyeri perut hebat, maka yang pertama kali diperkirakan adalah kemungkinan kehamilan ektopik.
3.    Problem mata (kehilangan penglihatan atau kabur), nyeri kepala hebat, maka perlu diperkirakan kemungkinan terjadinya hipertensi atau problem vaskular.
4.    Jika pengguna minipil mengalami kasus di atas datanglah ke dokter/klinik.
Tabel 6.5: Penanganan Efek Samping yang Sering Ditemukan
Efek Samping
Penanganan
Amenorea
Pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus. Cukup konseling saja. Bila amenorea berlanjut atau hal tersebut membuat klien khawatir, rujuk ke klinik. Bila hamil, hentikan pil, dan kehamilan dilanjutkan. Jelaskan kepada klien bahwa minipil sangat kecil menimbulkan kelainan pada janin. Bila diduga kehamilan ektopik, klien perlu dirujuk, jangan diberikan obat-obatan hormonal untuk menimbulkan haid. Kalaupun diberikan tidak akan ada gunanya.
Perdarahan tidak teratur/ (spoting)
Bila tidak menimbulkan masalah kesehatan/ tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus. Bila klien tetap saja tidak dapat menerima kejadian tersebut, perlu dicari metode kontrasepsi lain.


1.1.3.14        Kunjungan Ulang
Klien harus dijadwalkan kunjungan ulang. Yang dapat di evaluasi oleh Bidan ketika kunjungan klien, seperti:
1.      Tekanan darah
2.      Berat badan
3.      Riwayat
1)      Kepuasaan wanita atau pasangan terhadap metode tersebut.
2)      Penggunaan preparat spermisida dan kondom.
3)      Gambaran tentang cara dan waktu ia mulai meminum pil kontrasepsi.
4)      Obat – obatan yang diminum: apa, untuk apa.
4.      Setiap kunjungan kedokter atau ke ruang gawat darurat sejak klien mulai meminum pil: alasannya.
5.      Haid (bandingkan dengan haid sebelum menggunakan pil): tanggal, lama/ durasi, jumlah, nyeri.
6.      Efek samping
7.      Pertanyaan atau masalah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar