Uraian Materi
A.
Anatomi Fisiologis Organ Reproduksi Wanita
I.
Genitalia Interna
dan Eksterna
Terdiri alat /
organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul.
Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi. Internal : fungsi ovulasi,
fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus,
kelahiran. Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh
hormon-hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus - hipothalamus
- hipofisis - adrenal - ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem
ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi :
payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
Genitalia Eksterna
a)
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
b) Mons pubis /
mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior
symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
c) Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke
arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik
dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas
labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura
posterior).
d) Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia
mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot
polos dan ujung serabut saraf.
e) Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis
yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di
dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung
serabut saraf, sangat sensitif.
f) Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris,
batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus
urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum,
introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene
kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
g) Introitus /
orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum.
Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen,
utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah
menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau
fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang
menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk
himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput
dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang
abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total
lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia
interna.
h) Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk
tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di
bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4
kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri.
Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi
epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina : untuk
mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi
(persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari
sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior,
posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot),
merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat
sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
i)
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan
tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus)
dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor
urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan
vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi)
untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
Genitalia Interna
a)
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis
(berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri
dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan
glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio
cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah
vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri
internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida)
lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan
(primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke
kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat
(musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan
viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang
melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah
serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus
haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar
dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama
pertumbuhan dan perkembangan wanita.
Ligamenta
penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri,
ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum
rectouterina.
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri
hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
b)
Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri.
Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi
ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan :
serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel
bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis,
serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan
ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.
Pars isthmica
(proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat
sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.
Pars ampularis
(medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah
ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi
implantasi di dinding tuba bagian ini.
Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale
pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap”
ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam
tuba.
Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium
pada usus).
c)
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
Organ
Reproduksi / Organ Seksual Ekstragonadal
a)
Payudara
Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin pascapersalinan. Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai sexually responsive organ.
Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin pascapersalinan. Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai sexually responsive organ.
b)
Kulit
Di berbagai area tertentu tubuh, kulit
memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dan responsif secara seksual, misalnya
kulit di daerah bokong dan lipat paha dalam. Protein di kulit mengandung
pheromone (sejenis metabolit steroid dari keratinosit epidermal kulit) yang
berfungsi sebagai ‘parfum’ daya tarik seksual (androstenol dan androstenon
dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar liur). Pheromone
ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat dan liur.
II.
Anatomi Panggul
Panggul (Pelvis) terdiri atas :
- Bagian keras yang dibentuk oleh tulang
- Bagian yang lunak yang dibentuk oleh otot-otot dan
ligamenta.
a)
Pelvis wanita terdiri atas :
1)
Os Coxae
Terletak di
sebelah depan dan samping dari Pelvis wanita. Os Coxae terdiri dari 3 buah
tulang penyusun, yaitu Os Ilium, Os Ischium, dan Os Pubis.
Os Ilium
¨
Os Ilium merupakan
tulang terbesar dari panggul dan membentuk bagian atas dan belakang panggul.
¨
Memiliki permukaan anterior
berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaca.
Bagian atasnya disebut Krista iliaca. Ujung-ujung disebut Spina Iliaca anterior superior dan spina Iliaca posterior superior.
Bagian atasnya disebut Krista iliaca. Ujung-ujung disebut Spina Iliaca anterior superior dan spina Iliaca posterior superior.
¨
Terdapat tonjolan
memanjang di bagian dalam os ilium yang membagi pelvis mayor dan pelvis minor
disebut linea innominata (linea terminalis).
Os Ischium
¨
Terdapat disebelah
bawah os ilium.
¨
Merupakan tulang
yang tebal dengan tiga tepi di belakang foramen obturator.
¨
Os Ichium merupakan
bagian terendah dari Os Coxae.
¨
Memiliki tonjolan di
bawah tulang duduk yang sangat tebal disebut Tuber Ischii berfungsi penyangga
tubuh sewaktu duduk.
Os Pubis
¨
Terdapat disebelah
bawah dan depan os ilium.
¨
Dengan tulang duduk
dibatasi oleh foramen obturatum.
¨
Terdiri atas korpus
(mengembang ke bagian anterior).
¨
Os Pubis terdiri
dari ramus superior (meluas dari korpus ke asetabulum) dan ramus inferior
(meluas ke belakang dan berat dengan ramus ischium). Ramus superior os pubis
berhubungan dengan dengan os ilium, sedangkan ramus inferior kanan dan kiri
membentuk arkus pubis. Ramus inferior berhubungan dengan os ischium.
2)
Os Sacrum
Tulang ini
berbentuk segitiga dengan lebar dibagian atas dan mengecil dibagian bawahnya.
Tulang
kelangkang terletak di antara kedua tulang pangkal paha yang terdiri dari dan
mempunyai ciri :
¨
Os sacrum berbentuk
baji, terdiri atas 5 vertebra sacralis.
¨
Vertebra pertama
paling besar, mengahadap ke depan. Pinggir atas vertebra ini dikenal sebagai
promontorium, merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran
panggul.
¨
Di kanan dan kiri,
garis tengah terdapat lubang yang akan dilalui saraf foramina sacralis
anterior.
3)
Os Coccygis
¨
Berbentuk segitiga
dengan ruas 3 sampai 5 buah bersatu.
¨
Pada saat
persalinan, Os Coccygis dapat didorong ke belakang sehingga dapat memperluas jalan
lahir.
b)
Sendi Pelvis
Terdapat 4 sendi pelvis yaitu :
Ø 2 Articulatio Sacroiliaca
Ø Symphisis Pubis
Ø Articulatio Sacrococygea
Dalam
kehamilan dan persalinan, Articulatio ini dapat bergeser sedikit dan lebih
longgar. Pada disproporsi sefalovelvik 'ringan' kelonggaran ini kadang-kadang
dapat memungkinkan janin lahir pervaginam.
1)
Articulatio
Sacroiliaca
Ø Sebagai penghubung antara Os Sacrum dengan Os Ilium,
memungkinkan gerakan terbatas ke depan dan ke belakang.
Ø Pergeseran yang terlalu lebar pada articulatio ini sering
menimbulkan rasa nyeri dibagian persendian.
2)
Symphisis Pubis
Ø Terbentuk dari hubungan 2 os pubis.
Ø Merupakan articulatio cartilagenia dan sendi
amphiarthrosis yang pergerakan sendinya lebih sedikit.
Ø Longgarnya hubungan symphisis pubis ini dapat menimbulkan
simfisiolisis yang terasa sangat nyeri.
3)
Articulatio
Sacroocygea
Ø Memiliki hubungan dengan os sacrum dan os coccygeus.
Ø Adanya sendi ini memungkinkan os coccygeus tertekan ke
belakang pada waktu kepala janin lahir.
c)
Ligamen-Ligamen Pelvis
·
Ligamen yang
menghubungkan os sacrum dengan os ilium pada articulatio sacroiliaca merupakan
yang terkuat di seluruh tubuh.
·
Ligamen
Sacrotuberosum mengikat sacrum dengan tuber ischii, sedang ligamen
sacrospinosum menghubungkan sacrum dengan spina ischiadika. Kedua ligamen ini
membentuk dinding posterior dari pintu bawah panggul.
d)
Bagian-Bagian Pelvis
Secara
fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yaitu :
ü Pelvis Mayor
Bagian pelvis
di atas linea terminalis, yang tidak banyak kepentingannya dalam obsetri.
ü Pelvis Minor
Dibatasi oleh
pintu atas panggul (inlet) dan pintu bawah panggul (outlet). Pelvis minor
berbentuk saluran yang mempunyai sumbu lengkung ke depan (sumbu carus).
1)
Pintu Atas Pelvis
♥ Merupakan satu bidang yang dibatasi sebelah posterior
oleh promontrium, di lateral oleh linea terminalis dan anterior oleh pinggir
atas symphisis.
♥ Pada pelvis ginekoid pintu atas panggul hampir bundar,
kecuali di daerah promontrium agak masuk sedikit.
Ukuran pintu atas pelvis, yaitu :
♥ Diameter anteroposterior yang di ukur dari promontorium
sampai ke tengah permukaan posterior symphisis. Diameter anteroposterior
disebut juga konyugata obsetrika.
♥ Konyugata diagonalis yaitu jarak bagian bawah symphisis
sampai ke promontorium, yang dapat diukur dengan memasukkan jari tengah dan telunjuk
ke dalam vagina dan mencoba meraba promontorium. Pada panggul normal
promontorium tidak teraba dengan jari yang panjangya 12 cm.
♥ Konyugata Vera yaitu jarak pinggir atas symphisis dengan
promontorium diperoleh dengan mengurangi konyugata diagonalis dengan 1,5 cm.
♥ Diameter tranversa adalah jarak terjauh garis lintang
pintu atas panggul, biasanya sekitar 12,5 - 13 cm.
♥ Diameter Oblikua, yaitu garis yang dibuat antara
persilangan konyugata vera dengan diameter tranversa ke articulation
sacroiliaca yang panjangnya sekitar 13 cm.
2)
Rongga Pelvis
♥ Merupakan saluran di antara pintu atas panggul dan pintu
bawah panggul.
♥ Dinding anteriornya sekitar 4 cm terdiri atas os pubis
dengan symphisisnya.
♥ Dinding posteriornya dibentuk oleh os sacrum dan os coccygeus,
sepanjang kurang lebih 12 cm, Karena itu ruang panggul berbentuk saluran dengan
sumbu melengkung ke depan.
Sumbu ini
adalah garis yang menghubungkan titik temu konyugata vera dengan diameter
transversa di pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge II, III,
dan IV. Arah sumbu ini sesuai pula dengan arah tarikan cunam atau vakum pada
persalinan dengan tindakan.
3)
Pintu Bawah Pelvis
♥ Batas atas pintu bawah panggul adalah segitiga spina
ischiadika. Jarak antara kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah
sekitar 9.5 – 10 cm.
♥ Batas bawah pintu bawah panggul berbentuk segi empat
panjang, di sebelah anterior dibatasi oleh arkus pubis, di lateral oleh tuber
ischii, dan di posterior oleh os coccygeus dan ligamen sacrotuberosum. Pada
panggul normal besar sudut (arkus pubis) adalah kurang lebih 900,
lahirnya kepala janin lebih sulit karena ia memerlukan lebih banyak tempat ke
posterior.
♥ Diameter anteroposterior pintu bawah panggul diukur dari
aspeks arkus pubis ke ujung os coccygeus (± >13 cm)
Ø Bidang Hodge
Untuk
menentukan berapa jauhnya bagian depan janin itu turun ke dalam rongga panggul,
maka Hodge telah menentukan beberapa bidang khayalan dalam panggul :
-
Hodge I : ialah sejajar atau sama dengan pintu
atas panggul
-
Hodge II : sejajar dengan H I melalui pinggir bawah
symphysis
-
Hodge III : sejajar dengan H I melalui spinae
ischiadicae
-
Hodge IV : sejajar dengan H I melalui ujung os
coccygis
Jadi misalnya dikatakan bahwa kepala janin sudah turun
sampai H IV berarti sudah sampai di dasar panggul.
e)
Jenis
Pelvis menurut Caldwell-Moloy
v Pelvis Ginekoid : ditemukan pada 45% wanita. Panjang
diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter tranversa.
v Pelvis Android : bentuk pintu atas panggul hampir
segitiga. Walaupun diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter
tranversa, tetapu diameter tranversa dekat dengan sacrum. Bagian dorsal dari
pintu atas panggul gepeng, bagian ventral menyempit ke muka. Ditemukan 15% pada
wanita.
v Pelvis Antropoid : ditemukan pada 35% wanita. Bentuk
pintu atas panggul agak lonjong seperti telor. Diameter anteroposterior lebih
besar daripada diameter tranversa.
v Pelvis Platipelloid : Ditemukan pada 5% wanita. Diameter
tranversa lebih besar daripada diameter anteroposterior.
f)
Perbedaan Pelvis Berdasarkan Jenis Kelamin
q Pintu panggul pada pria mengalami penyempitan yang jelas
karena adanya Promontorium ossis sacrum.
q Cabang-cabang Os pubis pada pria membentuk suatu sudut
tegak lurus, Angulus subpubicus.
q Diameter terbesar Foramen obturatum pada panggul pria
terletak pada bidang vertical.
q Pintu panggul wanita memiliki pintu panggul yang lebih
bulat dan oval melintang.
q Sementara pada wanita berbentuk lengkung, Arcus pubicus.
q Ala ossis ilium pada panggul wanita dapat bergeser lebih
lebar.
q
Diameter terbesar Foramen obturatum pada panggul wanita
terletak pada bidang transversal.
Diaphragma Pelvis dan Urogenital
Dasar rongga panggul terbentuk dari dua lapisan otot yang
sebagian saling tumpang tindih. Diaphragma pelvis dibentuk oleh :
·
Musculus Levator
Ani
·
Musculus
Ischiococcygeus
III.
Sistem Hormonal
a)
Badan pineal
Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan
suatu penonjolan dari bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak
di tengah antara 2 hemisfer otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal
diensefalon. Memiliki hubungan dengan hipotalamus melalui suatu batang
penghubung yang pendek berisi serabut-serabut saraf. Menurut kepercayaan kuno,
dipercaya sebagai “tempat roh”. Hormon melatonin : mengatur sirkuit
foto-neuro-endokrin reproduksi. Tampaknya melatonin menghambat produksi GnRH dari
hipotalamus, sehingga menghambat juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan
memicu aktifasi pertumbuhan dan sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini
yang menentukan pemicu / onset mulainya fase pubertas.
b)
Hipotalamus
Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas
hipofisis, di bawah talamus. Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang
berlanjut ke hipofisis sebgai hipofisis posterior (neurohipofisis).
Menghasilkan hormon- hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone),
TRH (Thyrotropin Releasing Hormone), CRH (Corticotropin Releasing Hormone) ,
GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone), PRF (Prolactin Releasing Factor).
Menghasilkan juga hormon-hormon penghambat : PIF (Prolactin Inhibiting Factor).
GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
Diproduksi di
hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior
untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ).
FSH (Follicle
Stimulating Hormone)
Diproduksi di
sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH. Berfungsi
memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium
wanita (pada pria : memicu pematangan sperma di testis). Pelepasannya periodik
/ pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam), sering tidak
ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel
granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.
c)
Pituitari / hipofisis
Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid.
Menghasilkan hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi,
yaitu perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH - Follicle Stimulating
Hormone) dan hormon lutein (LH - luteinizing hormone). Selain hormon-hormon
gonadotropin, hipofisis menghasilkan juga hormon-hormon metabolisme,
pertumbuhan, dan lain-lain.
LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell
Stimulating Hormone)
Diproduksi di
sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu
perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan
terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus,
LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam
menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam
darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1
jam). Kerja sangat cepat dan singkat. (Pada pria : LH memicu sintesis
testosteron di sel-sel Leydig testis).
LTH
(Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas
memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di
ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi
fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL
/ Human Placental Lactogen). Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak
terutama pada masa laktasi / pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek
inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan
(hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan
ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.
d)
Ovarium
Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan
pengeluaran sel telur (ovum). Selain itu juga berfungsi steroidogenesis,
menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel) dan progesteron (dari korpus
luteum), atas kendali dari hormon-hormon gonadotropin.
Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis. Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita.
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis. Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita.
§ Pada uterus :
menyebabkan proliferasi endometrium.
§ Pada serviks :
menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
§ Pada vagina :
menyebabkan proliferasi epitel vagina. Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan
payudara. Juga mengatur distribusi lemak tubuh.
§ Pada tulang,
estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi
tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos /
osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.
Progesteron
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum
di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga
diproduksi di plasenta. Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan
sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan
endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
e)
Endometrium
Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai
bakal tempat implantasi hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan
endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian jika tidak
ada pembuahan / implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar berupa darah
/ jaringan haid. Jika ada pembuahan / implantasi, endometrium dipertahankan
sebagai tempat konsepsi. Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus
hormon-hormon ovarium.
HCG (Human
Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh
jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan
10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester
kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga
(sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus
luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan
awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau
urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli
Mainini, tes Pack, dsb).
B.
Konsepsi
I.
Ovum dan Sperma
Proses
reproduksi pada manusia meliputi:
a.
Spermatogenesis
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Pada
tubulus seminiferus testis terdapat sel-sel induk spermatozoa atau
spermatogonium, sel Sertoli yang berfungsi memberi makan spermatozoa juga sel
Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus yang berfungsi menghasilkan
testosteron. Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa
hormon.
Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon perangsang folikel (Folicle Stimulating
Hormone/FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormone/LH). LH merangsang sel
Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH merangsang
sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu
spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan
spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi
di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
Proses Spermatogenesis : Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit
primer. Sel spermatosit primer bermiosis menghasilkan spermatosit sekunder,
spermatosit sekunder membelah lagi menghasilkan spermatid, spermatid
berdiferensiasi menjadi spermatozoa masak. Bila spermatogenesis sudah selesai,
maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan
lagi, sel sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik
kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar
cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal
sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat
mengeluarkan 300 - 400 juta sel spermatozoa.
b.
Oogenesis
Di dalam ovarium janin sudah terkandung sel pemula atau oogonium. Oogonium
akan berkembang menjadi oosit primer. Saat bayi dilahirkan oosit primer dalam
fase profase pada pembelahan meiosis. Oosit primer kemudian mengalami masa
istirahat hingga masa pubertas.
Pada masa pubertas terjadilah oogenesis. Oosit primer membelah secara
meiosis, menghasilkan 2 sel yang berbeda ukurannya. Sel yang lebih kecil, yaitu
badan polar pertama membelah lebih lambat, membentuk 2 badan polar. Sel yang
lebih besar yaitu oosit sekunder, melakukan pembelahan meiosis kedua yang
menghasilkan ovum tunggal dan badan polar kedua. Ovum berukuran lebih besar
dari badan polar kedua.
Pengaruh Hormon dalam Oogenesis. Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon FSH
yang merangsang pertumbuhan sel-sel folikel di sekeliling ovum. Ovum yang
matang diselubungi oleh sel-sel folikel yang disebut Folikel Graaf, Folikel
Graaf menghasilkan hormon estrogen. Hormon estrogen merangsang kelenjar
hipofisis untuk mensekresikan hormon LH, hormon LH merangsang terjadinya
ovulasi. Selanjutnya folikel yang sudah kosong dirangsang oleh LH untuk menjadi
badan kuning atau korpus luteum. Korpus luteum kemudian menghasilkan hormon
progresteron yang berfungsi menghambat sekresi DSH dan LH. Kemudian korpus
luteum mengecil dan hilang, sehingga aklurnya tidak membentuk progesteron lagi,
akibatnya FSH mulai terbentuk kembali, proses oogenesis mulai kembali.
Catatan : Pada laki-laki spermatogenesis terjadi seumur hidup, dan
pelepasan spermatozoa dapat terjadi setiap saat. Pada wanita, ovulasi hanya
berlangsung sampai umur sekitar 45 - 5O tahun. Seorang wanita hanya mampu
menghasilkan paling banyak 400 ovum selama hidupnya, meskipun ovarium seorang
bayi perempuan sejak lahir sudah berisi 500 ribu sampai 1 juta oosit primer.
II. Fertilisasi dan Implantasi
Peristiwa prinsip pada terjadinya kehamilan :
Pembuahan /
fertilisasi : bertemunya sel telur / ovum wanita dengan sel benih / spermatozoa
pria.
Pembelahan
sel (zigot) hasil pembuahan tersebut.
Nidasi /
implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal
: implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri).
Pertumbuhan
dan perkembangan zigot - embrio - janin menjadi bakal individu baru.
C.
Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi
I.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Embrio.
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba
fallopii, terjadilah zigot, zigot membelah secara mitosis menjadi dua, empat,
delapan, enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula, di dalam
morula terdapat rongga yang disebut blastosoel yang berisi cairan yang
dikeluokan oleh tuba fallopii, bentuk ini kemudian disebut blastosit. Lapisan
terluar blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi
untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta),
sedangkan masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan
calon janin. Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi
(perlekatan dengan dinding uterus).
Pada hari ke-4 atau ke-5 sesudah ovulasi, blastosit sampai di rongga
uterus, hormon progesteron merangsang pertumbuhan uterus, dindingnya tebal,
lunak, banyak mengandung pembuluh darah, serta mengeluarkan sekret seperti air
susu (uterin milk) sebagai makanan embrio.
Enam hari setelah fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus
(melakukan implantasi) dan melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini
melindungi kehamilan dengan cara menstrimulasi produksi hormon estrogen dan
progesteron sehingga mencegah terjadinya menstruasi. Trofoblas kemudian menebal
beberapa lapis, permukaannya berjonjot dengan tujuan memperluas daerah
penyerapan makanan. Embrio telah kuat menempel setelah hari ke-12 dari
fertilisasi.1.
Setelah
minggu pertama (hari 7-8), sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas
yang berimplantasi di endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dan
berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda :
1) sitotrofoblas : terdiri dari selapis sel kuboid,
batas jelas, inti tunggal, di sebelah dalam (dekat embrioblas)
2) sinsitiotrofoblas : terdiri dari selapis sel tanpa
batas jelas, di sebelah luar (berhubungan dengan stroma endometrium).
Unit trofoblas ini akan berkembang menjadi
Plasenta. Di antara massa embrioblas dengan lapisan sitotrofoblas terbentuk suatu
celah yang makin lama makin besar, yang nantinya akan menjadi Rongga Amnion.
Sel-sel embrioblas juga berdiferensiasi menjadi
dua lapis yang berbeda :
1) epiblas : selapis sel kolumnar tinggi, di bagian
dalam, berbatasan dengan bakal rongga amnion
2) hipoblas : selapis sel kuboid kecil, di bagian
luar, berbatasan dengan rongga blastokista (bakal rongga kuning telur)
Unit sel-sel blast ini akan berkembang menjadi
Janin.
Pada kutub embrional, sel-sel dari hipoblas
membentuk selaput tipis yang membatasi bagian dalam sitotrofoblas (selaput
Heuser). Selaput ini bersama dengan hipoblas membentuk dinding bakal yolk sac
(kandung kuning telur). Rongga yang terjadi disebut rongga eksoselom
(exocoelomic space) atau kandung kuning telur sederhana. Dari struktur-struktur
tersebut kemudian akan terbentuk kandung kuning telur, lempeng korion dan
rongga korion. Pada lokasi bekas implantasi blastokista di permukaan dinding
uterus terbentuk lapisan fibrin sebagai bagian dari proses penyembuhan luka.
Jaringan endometrium di sekitar blastokista yang
berimplantasi mengalami reaksi desidua, berupa hipersekresi, peningkatan lemak
dan glikogen, serta edema. Selanjutnya endometrium yang berubah di
daerah-daerah sekitar implantasi blastokista itu disebut sebagai desidua.
Perubahan ini kemudian meluas ke seluruh bagian endometrium dalam kavum uteri
(selanjutnya lihat bagian selaput janin). Pada stadium ini, zigot disebut
berada dalam stadium bilaminar (cakram berlapis dua).
Pembuatan Lapisan Lembaga. Setelah hari ke-12, tampak dua lapisan jaringan
di sebelah luar disebut ektoderm, di sebelah dalam endoderm. Endoderm tumbuh ke
dalam blastosoel membentuk bulatan penuh. Dengan demikian terbentuklah usus
primitif dan kemudian terbentuk Pula kantung kuning telur (Yolk Sac) yang
membungkus kuning telur. Pada manusia, kantung ini tidak berguna, maka tidak
berkembang, tetapi kantung ini sangat berguna pada hewan ovipar (bertelur),
karena kantung ini berisi persediaan makanan bagi embrio.
Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terbentuk lapisan mesoderm. Ketiga
lapisan tersebut merupakan lapisan lembaga (Germ Layer). Semua bagian tubuh
manusia akan dibentuk oleh ketiga lapisan tersebut. Ektoderm akan membentuk
epidermis kulit dan sistem saraf, endoderm membentuk saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan, mesoderm membentuk antara lain rangka, otot, sistem
peredaran darah, sistem ekskresi dan sistem reproduksi.
Membran
(Lapisan Embrio). Terdapat 4 macam membran embrio, yaitu :
a)
Kantung Kuning Telur (Yolk Sac)
Kantung kuning telur merupakan pelebaran endodermis
berisi persediaan makanan bagi hewan ovipar, pada manusia hanya terdapat
sedikit dan tidak berguna.
b)
Amnion
Amnion merupakan kantung yang berisi cairan tempat embrio
mengapung, gunanya melindungi janin dari tekanan atau benturan.
c)
Alantois
Pada alantois berfungsi sebagai organ respirasi dan
pembuangan sisa metabolisme. Pada mammalia dan manusia, alantois merupakan
kantung kecil dan masuk ke dalam jaringan tangkai badan, yaitu bagian yang akan
berkembang menjadi tall pusat.
d)
Korion
Korion adalah dinding berjonjot yang terdiri dari
mesoderm dan trofoblas. Jonjot korion menghilang pada hari ke-28, kecuali pada
bagian tangkai badan, pada tangkai badan jonjot trofoblas masuk ke dalam daerah
dinding uterus membentuk ari-ari (plasenta). Setelah semua membran dan plasenta
terbentuk maka embrio disebut janin/fetus.
II.
Struktur dan Fungsi
Amnion (Selaput Janin)
Pada minggu-minggu pertama
perkembangan, villi / jonjot meliputi seluruh lingkaran permukaan korion. Dengan
berlanjutnya kehamilan :
1) jonjot pada kutub embrional membentuk struktur
korion lebat seperti semak-semak (chorion frondosum) sementara
2) jonjot pada kutub abembrional mengalami
degenerasi, menjadi tipis dan halus disebut chorion laeve.
Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami
reaksi desidua, juga mencerminkan perbedaan pada kutub embrional dan
abembrional :
1) desidua di atas korion frondosum menjadi desidua
basalis.
2) desidua yang meliputi embrioblas / kantong janin
di atas korion laeve menjadi desidua kapsularis.
3) desidua di sisi / bagian uterus yang abembrional
menjadi desidua parietalis.
Antara membran korion dengan membran amnion terdapat rongga korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup akibat persatuan membran amnion dan membran korion. Selaput janin selanjutnya disebut sebagai membran korion-amnion (amniochorionic membrane). Kavum uteri juga terisi oleh konsepsi sehingga tertutup oleh persatuan chorion laeve dengan desidua parietalis.
Cairan
Amnion
Di dalam ruangan ini terdapat cairan amnion
(likuor amnii). Asal cairan amnion diperkirakan terutama disekresi oleh dinding
selaput amnion / plasenta, kemudian setelah sistem urinarius janin terbentuk,
urine janin yang diproduksi juga dikeluarkan ke dalam rongga amnion.
Fungsi cairan amnion :
1) Proteksi :
melindungi janin terhadap trauma dari luar
2) Mobilisasi : memungkinkan ruang gerak bagi janin
3) Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan
lingkungan asam-basa (pH) dalam rongga amnion, untuk suasana lingkungan yang
optimal bagi janin.
4) Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam
seluruh ruangan intrauterin (terutama pada persalinan).
5) Pada persalinan : membersihkan / melicinkan jalan
lahir, dengan cairan yang steril, sehingga melindungi bayi dari kemungkinan
infeksi jalan lahir.
Keadaan normal cairan amnion :
1)
pada usia
kehamilan cukup bulan, volume 1000-1500 cc
2)
keadaan
jernih agak keruh
3)
steril
4)
bau khas,
agak manis dan amis
5)
terdiri dari
98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein terutama
albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel epitel.
6)
sirkulasi
sekitar 500 cc/jam
Kelainan jumlah cairan amnion
Hidramnion (polihidramnion)
air ketuban berlebihan, di atas 2000 cc. Dapat
mengarahkan kecurigaan adanya kelainan kongenital susunan saraf pusat atau
sistem pencernaan, atau gangguan sirkulasi, atau hiperaktifitas sitem urinarius
janin.
Oligohidramnion
air ketuban sedikit, di bawah 500 cc. Umumnya kental, keruh, berwarna kuning kehijauan. Prognosis bagi janin buruk.
air ketuban sedikit, di bawah 500 cc. Umumnya kental, keruh, berwarna kuning kehijauan. Prognosis bagi janin buruk.
III.
Struktur, Fungsi
dan Sirkulasi Tali Pusat dan Plasenta
Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih
terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke
dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan
ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam
rongga abdomen janin yang telah membesar.
Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai
kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion,
yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan
proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning
telur dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung
pembuluh darah umbilikal (2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis) yang
menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta.
Pembuluh darah umbilikal ini diliputi oleh
mukopolisakarida yang disebut Wharton’s jelly.
Pada hari 8-9, perkembangan
trofoblas sangat cepat, dari selapis sel tumbuh menjadi berlapis-lapis.
Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan sinsitiotrofoblas
(selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya saling berhubungan. Stadium ini
disebut stadium berongga (lacunar stage).
Pertumbuhan
sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi perusakan
endotel kapiler di sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna)
tersebut dialiri masuk oleh darah ibu, membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa
ini menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta / sistem sirkulasi
feto-maternal.
Menjelang
akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang dimilikinya, mesoderm
dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler,
sehingga jonjot yang tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan
vaskular (disebut jonjot tersier / tertiary stem villi) (selanjutnya lihat
bagian selaput janin).
Selom ekstraembrional / rongga
korion makin lama makin luas, sehingga jaringan embrional makin terpisah dari
sitotrofoblas / selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan
mesoderm yang kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk).
Mesoderm connecting stalk yang
juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh
darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi Tali Pusat.
Setelah infiltrasi pembuluh
darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring dengan perkembangan
trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah komponen sirkulasi
utero-plasenta.
Melalui pembuluh darah tali
pusat, sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun
demikian, darah ibu dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut
sistem hemochorial), tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan
lapisan korion. Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal)
berhubungan dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan
tali pusat. Sistem tersebut dinamakan sirkulasi feto-maternal.
Pertumbuhan
plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai pembentukan lengkap
pada usia kehamilan sekitar 16 minggu.
Plasenta "dewasa" /
lengkap yang normal :
1)
bentuk bundar
/ oval
2)
diameter
15-25 cm, tebal 3-5 cm.
3)
berat
rata-rata 500-600 g
4)
insersi tali
pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di tengah / sentralis, di
samping / lateralis, atau di ujung tepi / marginalis.
5)
di sisi ibu,
tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis
desidua basalis.
6)
di sisi
janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion) menuju tali
pusat. Korion diliputi oleh amnion.
7)
sirkulasi
darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat sampai 600-700
cc/menit (aterm).
CATATAN : pada kehamilan multipel / kembar, dapat
terjadi variasi jumlah dan ukuran plasenta dan selaput janin.
Fungsi plasenta
PRINSIP : Fungsi plasenta adalah menjamin
kehidupan dan pertumbuhan janin yang baik.
1.
Nutrisi :
memberikan bahan makanan pada janin
2.
Ekskresi :
mengalirkan keluar sisa metabolisme janin
3.
Respirasi :
memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin
4.
Endokrin :
menghasilkan hormon-hormon : hCG, HPL,estrogen,progesteron
5.
Imunologi :
menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin
6.
Farmakologi :
menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin, yang diberikan melalui
ibu.
7.
Proteksi :
barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat toksik (tetapi akhir-akhir
ini diragukan, karena pada kenyataanya janin sangat mudah terpapar infeksi /
intoksikasi yang dialami ibunya).
IV.
Sirkulasi Darah
Fetus
Melalui
vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena cafa
inferior, bercampur darah yang kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium
kanan di mana aliran darah dari vena cafa inferior lewat melalui foramen ovale ke
atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke
seluruh tubuh.
Darah
yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas, memasuki ventrikel kanan
melalui vena cafa superior. Kemudian melalui arteri pulmonalis besar meninggalkan
ventrikel kanan menuju aorta melewati duktus arteriosus. Darah ini kembali ke
plasenta melaui aorta, arteri iliaka interna dan arteri umbilikalis untuk
mengadakan pertukaran gas selanjutnya. Foramen ovale dan duktus arteriosus
berfungsi sebagai saluran/jalan pintas yang memungkinkan sebagian besar dari
cardiac output yang sudah terkombinasi kembali ke placenta tanpa melalui
paru-paru.
Referensi
1)
Hanifa
Wiknjosastro, Prof, dr,SpOG dkk. 2005. Ilmu
Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2)
Hanifa
Wiknjosastro, Prof, dr,SpOG dkk. 2005. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
3)
Pearce, Evelyn.C.
2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk
Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.
4)
UNPAD. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman
Rujukan
1) R. Putz, R. Pabst. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 21
Jilid 2. Jakarta: EGC. 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar