Minggu, 02 November 2014

4. Pencegahan Infeksi



1.1    Perlindungan Dari Infeksi di Kalangan Petugas
Pelayanan KB membutuhkan kepatuhan dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan kewaspadaan standar (standart precaution) diruang pemeriksaan dan laboratoriun. Petugas harus memperlakukan semua spesimen darah, jaringan dan cairan  tubuh sebagai pembawa infeksi. Menggunakan pelindung (barier) fisik, mekanik, maupun kimia antara mikroorganisme dan petugas kesehatan merupakan cara yang sangat efektif untuk mencegah penularan infeksi (misalnya, pelindung diri berfungsi memutuskan siklus penularan penyakit).
1.1.1   Cara pelaksanaan kewaspadaan standar sebagai berikut :
1.      Anggap setiap orang (klien atau staf) dapat menularkan infeksi.
2.      Cuci tangan, upaya yang paling penting untuk mencegah kontaminasi silang.
3.      Gunakan (sepasang) sarung tangan sebelum menyentuh apapun yang basah, seperti kulit terkelupas, membran mukosa, darah, atau cairan tubuh lain, atau alat-alat yang telah dipakai dan bahan-bahan lain yang terkontaminasi, atau sebelum melakukan tindakan infasif.
4.      Gunakan pelindung fisik (misalnya : kacamata pelindung, masker, dan celemek) untuk mengantipasi percikan cairan tubuh (sekresi maupun eksresi), contohnya ketika membersihkan alat-alat maupun bahan lainnya.
5.      Gunakan bahan antiseptik untuk membersihkan kulit maupun membran mukosa sebelum melakukan operasi, membersihkan luka, atau menggosok tangan sebelum operasi dengan bahan antiseptik berbahan dasar alkohol.
6.      Lakukan upaya kerja yang aman seperti tidak memasang tutup jarum suntik (recapping), memberikan alat-alat tajam dengan cara yang aman, bila mungkin, gunakan jarum tumpul untuk menjahit luka.
7.      Buang bahan-bahan terinfeksi setelah tepakai dengan aman untuk melindungi petugas pembuangan dan untuk mencegah cedera maupun penularan infeksi kepada masyarakat.
8.      Pemprosesan terhadap instrumen, sarung tangan, dan bahan lain setelah dipakai dengan cara mendokumentasikan dalam larutan klorin 0,5% dan cuci bersih, kemudian disterilisasi atau didisinfeksi tingkat tinggi (DTT) dengan cara-cara yang dianjurkan.
      
Tabel 3-1: Upaya Kewaspadaan Standar
Mencuci tangan
1.       Setelah mencuci darah, cairan tubuh, sekresi, eksresi, dan benda–benda yang terkontaminasi.
2.       Segera setelah melepas sarung tangan.
3.       Sebelum dan sesudah memeriksa pasien satu ke pasien lain.
Sarung tangan
1.        Untuk kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi bahan-bahan yang terkontaminasi.
2.        Untuk kontak dengan membran mukosa dan kulit yang tak utuh (non-intack skin): koyak, terkelupas dan lain-lain.
Masker, kacamata, pelindung wajah
1.       Melindungi membran mukosa mata, hidung, dan mulut ketika terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh.
Gaun operasi
1.       Melindungi kulit dari percikan darah maupun cairan tubuh lain.
2.       Mencegah agar pakaian tidak terkontaminasidarah maupun cairan tubuh selama melakukan tindakan.
Kain linen
1.       Tangani linen yang telah terkontaminasi sedemikian rupa agar tidak menyentuh kulit maupun membran mukosa.
2.       Jangan lakukan pembilasan awal untuk kain linen yang telah terkontaminasi.
Peralatan untuk perawatan pasien
1.       Tangani alat yang telah terkontaminasi sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh kulit atau membran mukosa dan untuk mencegah agar baju maupun lingkungan tidak terkontaminasi.
2.       Membersihkan peralatan pakai ulang (reusable) sebelum digunakan kembali.
Membersihkan lingkungan
1.        Perawatan rutin, membersihkan dan disinfeksi perlengkapan dan perabotan diruang asuhan pasien.
Benda-benda tajam
1.       Hendaknya selalu memakai autidisable syringe.
2.       Jangan memasang kembali tutup jarum suntik yang telah digunakan.
3.       Jangan lepas jarum dari alat suntik/semprit sekalin pakai (disposable).
4.       Jangan membengkokkan atau mematahkan jarum bekas pakai dengan tangan.
5.       Letakkan benda-benda tajam yang telah digunakan ke dalam wadah anti tusukan.

Resusitasi pasien
1.       Gunakan pelindung mulut, kantung resusitasi, atau alat pernafasan lainnya untuk menghindari pemberian resusitasi dari mulut ke mulut.
Penempatan pasien
1.       Tempatkan pasien yang dapat mengkontaminasi lingkungan maupun yang tidak terjamin kebersihannya pada ruang khusus/terpisah.

1.1.2   Mencuci tangan
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi. Cuci tangan harus dilakukan :
1.      Segera setelah tiba di tempat kerja.
2.      Sebelum dan setelah memeriksa klien.
3.      Sebelum memakai dan setelah melepas sarung tangan.
4.      Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya meskipun sedang menggunakan sarung tangan.
5.      Setelah terpapar oleh darah atau cairan tubuh lainnya.
6.      Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir selama 10-15 detik, lalu keringkan dengan handuk pribadi atau dianginkan.
7.      Setelah ke kamar mandi.
8.      Sebelum pulang kerja.
9.      Sebagai pengganti cuci tangan dengan air, gunakan larutan alkohol (100 ml alkohol 60-90 % + 2 ml gliserin) untuk mencuci tangan.

Catatan : Untuk mencuci tangan :
1.      Lepaskan perhiasan ditangan dan pergelangan.
2.      Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.
3.      Gosok kedua tangan dengan kuat, gosok kedua tangan dengan sabun selama 10 - 15 detik.
4.      Bilas tangan dengan air bersih dan mengalir.
5.      Biarkan tangan kering dan di angin-anginkan atau handuk pribadi yang bersih.

1.1.3   Sarung tangan
Tindakan yang memerlukan penggunaan sarung tangan, seperti :
1.      Tindakan diklinik/ OK, misalnya ketika memeriksa panggul.
2.      Menangani alat - alat/ bahan linen yang terkontaminasi.
3.      Membuang bahan - bahan/ limbah yang terkontaminasi.
Ganti sarung tangan setiap kali memeriksa pasien yang berbeda. Sarung tangan bedah dapat dipakai ulang apabila telah dikontaminasi dalam larutan klorin 0,5 %, kemudian :
1.      Dicuci dan dibilas.
2.      Disterilisasi atau diDisinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).

Tabel 3-2: Persyaratan Sarung Tangan (ST) untuk Prosedur Bedah dan Medis Umum
TUGAS ATAU AKTIFITAS
PERLUKAH MEMAKAI SARUNG TANGAN ?
SARUNG TANGAN YANG DIANJURKAN
SARUNG TANGAN YANG BOLEH DIPAKAI
Memeriksa tekanan darah

  Tidak perlu



Memeriksa suhu tubuh
  Tidak perlu



Memberikan suntikan
Tidak perlu




Melepas AKDR (dalam paket steril dan dimasukkan dengan teknik ”tanpa sentuh”)

Perlu

Periksa

Bedah DTT

Memasang dan mencabut susuk atau implan
Perlu

Bedah sterilc

Bedah DTT

Tindakan vaginal
       Perlu
   Bedah sterilc

Bedah DTTd

Operasi sesar atau laparotomi

Perlu


Bedah sterilc


Bedah DTTd

Vasektomi atau laparoskopi
Perlu

Bedah sterilc

Bedah DTTd

Menangani dan membersihkan peralatan
Perlu

Rumah tangga

Periksa atau bedahd

Menangani limbah yang terkontaminasi
Perlu

Rumah tangga

Periksa atau bedahd

Membersihkan percikan darah atau cairan tubuh
Perlu

Rumah tangga

Periksa atau bedahd


a.   Meskipun sarung tangan steril dapat digunakan untuk semua tindakan operasi, namun tidak selalu diperlukan. Dalam beberapa kasus, sarung tangan pemeriksaan atau sarung tangan bedah yang telah di DTT cukup aman dan tidak mahal
b.   Termasuk sarung tangan baru, “belum pernah” di pakai baik satuan maupun dalam kotak kemasan (selama kotak disimpan dengan benar)
c.   Apabila alat sterilisasi (otoklaf) tidak tersedia, alternatif yang diperbolehkan hanya Disinfeksi Tingkat Tinggi
d.   Sarung tangan bedah yang diproses ulang.
Catatan : Jangan menggunakan sarung tangan jika sarung tangan tersebut retak,   tipis atau ada robekkan. Buang dan gunakan sarung tangan yang lain.

1.1.4   Mencegah Luka Tusuk Jarum
1.      Dikamar operasi (OK)
1)      Gunakan wadah “zona aman” (seperti “kidney basin”) untuk membawa atau memberikan alat-alat tajam, seperti skalpel, jarum, dan lain - lain.
2)      Jangan memberikan alat - alat tajam selain menggunakan wadah “zona aman”.
3)      Beri tahu provider atau petugas lain sebelum memberikan alat - alat tajam dalam wadah “zona aman”.
2.      Menggunakan jarum dan alat suntik dengan benar
1)      Gunakan jarun dan suntik sekali pakai.
2)      Jangan melepaskan jarun dari alat suntik setelah digunakan.
3)      Jangan memasang tutup jarum, membengkokkan, atau mematahkan jarum sebelum dibuang.
4)      Lakukan dekontaminasi terhadap jarum dan alat suntik sebelum dibuang (untuk alat suntik disposable) atau sebelum diproses (untuk alat suntik pakai ulang-reusable).
5)      Buang jarum dan alat suntik kedalam wadah tahan tusuk.
6)      Hancurkan jarum dan alat suntik dengan dibakar (incinerated).

1.1.5   Prosedur antisepsis
Prosedur ini mencegah infeksi dengan mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya. Persiapan kulit dan serviks merupakan langkah penting dalam melakukan tindakan untuk metode keluarga berencana seperti suntik, pemasangan atau pencabutan AKDR dan implan. Larutan antisepsis yang dapat digunakan, diantaranya :
1.      Alkohol 60-90% : etil, isopropil, atau metil spiritus.
2.      Sentrimid atau klorheksidin glukonad, berbagai konsentrasi : (Savlon).
3.      Klorheksidin glukonat 4%: (Hibiscrub®, Hibitane®, Hibiclens®)
4.      Heksaklorofen 3%: (Phisohex®)
5.      Paraklorometaksilenol (PCMX atau kloroksilenol), berbagai konsentrasi: (Dettol)
6.      Iodine 1 – 3%, larutan yang di campur alcohol atau encer (e:g. Lugol®) atau tincture (iodine dalam alcohol 70%). Catatan : Iodine tidak boleh digunakan pada selaput mukosa seperti vagina.
7.      Iodofor, berbagai konsentrasi (Betadine).

1.2    Pemrosesan Alat
1.2.1        Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan  bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara melakukan dekontaminasi :
1.      Masih pakai sarung tangan.
2.      Rendam alat – alat selama 10 menit dalam larutan klorin 0,5% (didapatkan dengan mencampur 1 bagian pemutih detergen dengan 9 bagian air).
3.      Permukaan (terutama meja tindakan) yang mungkin terkena cairan tubuh harus didekontaminasi. Lap dengan dissinfektan misalnya denga klorin 0,5% sebelum dipakai kembali, atau jika tampak terkontaminasi, atau sekurang – kurangnya setiap hari merupakan cara dekontaminasi yang tidak mahal.
Gambar 3 – 2 : Skema Prosedur Pemprosesan Alat

DEKONTAMINASI

Rendam dalam larutan klorin 0,5% Selama 10 menit
 


CUCI DAN BILAS
Gunakan deterjen dan sikat.
Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda tajam.
 



             Metode yang dipilih                                                          Metode alternatif

STERILISASI                                                      DISINFEKSI TINGKAT TINGGI


Otoklaf                          Panas Kering                          Rebus/Kukus                  Kimiawi
106 kPa
121 oC
30 menit jika terbungkus
20 menit jika tidak dibungkus
 

170 oC
60 menit
 

Panci tertutup
20 menit
 

Rendam
20 menit
 
 










DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN
(Peralatan yang sudah diproses dapat disimpan dalam wadah tertutup yang didisinfeksi tingkat tinggi1 sampai satu minggu jika wadahnya tidak dibuka)

1Untuk menyiapkan wadah yang didisinfeksi tingkat tinggi, rebus (jika kecil) atau isi dengan larutan klorin 0,5% selama 20 menit (larutan klorin bisa dipindah ke wadah yang lain untuk digunakan ulang dalam waktu 24 jam). Bilas wadah dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering sebelum digunakan.


1.2.2        Petunjuk Pembuatan Larutan Klorin
Gambar 3 – 3: Rumus untuk membuat Larutan Klorin 0,5% dari Larutan Konsentrat Cair


                                   % larutan konsentrat
Jumlah bagian air   =        ––––––––––––––––––––––––––––––––––––––  –  1

                                                                            % larutan yang diinginkan


Contoh: Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan klorin 5.25% (misalkan BAYCLIN®):

                                                                       5.25%
1.     Jumlah bagian air =  –––––––  –  1  =  10  –  1  =  9,5
                                          0.5%
2.     Tambahkan 9 bagian (pembulatan ke bawah dari 9,5) air ke dalam 1 bagian larutan klorin konsentrat  (5.25%).

Catatan: air tidak perlu dimasak.
Sumber: Pocket Guide for Family Planning Service Providers, JHPIEGO, 1995


Gambar 3 – 4: Rumus untuk Membuat Larutan Klorin 0,5% dari Sebuk Kering


                                                  % larutan yang diinginkan
Jumlah bagian air   =      ––––––––––––––––––––––––––––––––––––––  X 1000

                                                          % konsentrat


Contoh: Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari serbuk yang bisa melepaskan klorin (seperti kalsium hipoklorida) yang mengandung 35% klorin: 

                                              0.5%
1.        Gram/liter  =  –––––––  X 1000  =  14,3 gram/liter
                                             35%
2.     Tambahkan 14 gram (pembulatan kebawah dari 14,3)  serbuk kedalam 1 liter air mentah yang bersih.
Sumber: Pocket Guide for Family Planning Service Providers, JHPIEGO, 1995


1.2.3        Pencucian dan Pembilasan
Mencuci dan membilas adalah tindakan – tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing dari kulit atau instrument / peralatan. Cara melakukan pencucian dan pembilasan :
1.      Pakai sarung tangan yang tebal (sarung tangan rumah tangga).
2.      Cuci semua instrument dengan air, detergen dan sikat yang lembut.
3.      Sikat semua geligi, sambungan dan permukaan alat.
4.      Bilas bersih hingga detergen hilang karena beberapa detergen dapat menghambat kerja disinfektan kimiawi.
5.      Keringkan instrumen.
1.2.4        Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri pada benda – benda mati atau instrumen. Macam – macam cara sterilisasi :
1.      Sterilisasi Uap
1)      121OC, 106 kpa, waktu yang diperlukan: 20 menit untuk alat yang tidak di bungkus, 30 menit untuk alat yang di bungkus.
2)      Jangan memuat alat terlalu banyak .
3)      Diamkan semua alat sampai kering sebelum diangkat.
2.      Sterilisasi Panas Kering (Oven)
1)      170OC selama 1 jam (total waktu keseluruhan proses), waktu penghitungan dimulai setelah suhu yang di inginkan tercapai.
2)      Untuk alat – alat tajam (gunting, jarum), sterilisasi dilakukan dengan suhu 160OC selama 2 jam (total waktu keseluruhan proses).
3.      Sterilisasi Kimia
1)      Glutaraldehid (Cydex) : direndam selama 8 – 10 jam.
2)      Formaldehid 8%, direndam selama 24 jam.
3)      Bilas dengan air steril sebelum digunakan kembali atau sebelum disimpan.

1.2.5        Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Disinfeksi Tingkat Tinggi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus, mengkukus atau kimiawi. Macam – macam cara DTT :
1.       DTT dengan merebus
Petunjuk merebus :
1)      Seluruh alat harus terendam.
2)      Mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih
3)      Selalu merebus selama 20 menit dalam panic tertutup.
4)      Jangan menambah apa pun ke dalam air mendidi.
5)      Pakai alat tersebut sesegera mungkin atau simpan dalam wadah tertutup dan kering yang telah di DTT. Simpan selama satu minggu.
2.      DTT dengan Mengukus
1)      Selalu kukus selama 20 menit dalam kukusan.
2)      Kecilkan api sehingga air tetap mendidih.
3)      Waktu dihitung ,ulai saat keluarnya uap.
4)      Jangan pakai lebih dari 3 panci uap.
5)      Keringkan dalam panic tertutup atau container DTT sebelum dipakai atau disimpan.
3.      DTT dengan Kimia
Sejumlah disinfektan kimia untuk Disinfektan Tingkat Tinggi :
1)          Klorin
2)          Formaldehid (Formalin).
3)          Glutaraldehid
Langkah – langkah untuk DTT dengan Kimia :
1)   Setelah didekontaminasi, cuci dan bilas alat – alat hingga bersih, kemudian keringkan.
2)          Rendam semua alat dalam larutan disinfektan selama 20 menit.
3)          Bilas dengan air yang telah direbus dan keringkan dengan anginkan.
4) Dapat disimpan selama 1 minggu dalam wadah kering dan tertutup yang telah di DTT.
5) Untuk melakukan DTT pada wadah, rebus wadah tersebut (bila kecil) atau isi dengan larutan klorin 0,5% dan rendam selama 20 menit. Bilas sisi dalam wadah dengan air yang telah direbus. Keringkan dengan dianginkan sebelum digunakan.   


1.3    Pembuangan Limbah
1.3.1   Tujuan pembuangan llimbah dengan cara yang aman adalah :
1.      Untuk mencegah penularan infeksi kepada petugas yang menangani limbah.
2.      Untuk mencegah penularan infeksi kepada masyarkat sekitar, dan
3.      Untuk melindungi petugas yang menangani timbah yang terkena dari luka tusuk.
Limbah medis dapat berupa limbah terkontaminasi maupun tidak terkontaminasi. Limbah yang tidak terkontaminasi (seperti kertas dari kantor) tidak menimbulkan risiko infeksi dapat dibuang ketempat sampah umum. Limbah terkontaminasi (darah atau alat/bahan terkontaminasi darah) memerlukan penanganan yang benar untuk mengurangi penularan infeksi kepada petugas klinik maupun kepada masyarakat setempat.

1.3.2   Cara-cara penanganan limbah yang benar :
1.      Menggunakan sarung tangan rumah tangga (utility gloves).
2.      Memindahkan limbah terkontaminasi ke tempat pembuangan dalam wadah tetutup.
3.      Membuang alat/ benda tajam ke dalam wadah tahan tusuk.
4.      Menuangkan limbah cair secara hati-hati ke dalam saluran pembuangan.
5.      Membakar atau mengubur limbah padat yang terkontaminasi.

6.      Mencuci tanagan, sarung tangan, dan wadah yang telah digunakan untuk membuang limbah yang dapat menginfeksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar