1.1
Perlindungan
Dari Infeksi di Kalangan Petugas
Pelayanan KB
membutuhkan kepatuhan dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan kewaspadaan
standar (standart precaution) diruang pemeriksaan dan laboratoriun. Petugas
harus memperlakukan semua spesimen darah, jaringan dan cairan tubuh sebagai pembawa infeksi. Menggunakan
pelindung (barier) fisik, mekanik,
maupun kimia antara mikroorganisme dan petugas kesehatan merupakan cara yang
sangat efektif untuk mencegah penularan infeksi (misalnya, pelindung diri
berfungsi memutuskan siklus penularan penyakit).
1.1.1 Cara
pelaksanaan kewaspadaan standar sebagai berikut :
1. Anggap
setiap orang
(klien atau staf) dapat menularkan infeksi.
2. Cuci
tangan,
upaya yang paling penting untuk mencegah kontaminasi silang.
3. Gunakan
(sepasang) sarung tangan
sebelum menyentuh apapun yang basah, seperti kulit terkelupas, membran mukosa,
darah, atau cairan tubuh lain, atau alat-alat yang telah dipakai dan
bahan-bahan lain yang terkontaminasi, atau sebelum melakukan tindakan infasif.
4. Gunakan
pelindung fisik
(misalnya : kacamata pelindung, masker, dan celemek) untuk mengantipasi
percikan cairan tubuh (sekresi maupun eksresi), contohnya ketika membersihkan
alat-alat maupun bahan lainnya.
5. Gunakan
bahan antiseptik
untuk membersihkan kulit maupun membran mukosa sebelum melakukan operasi,
membersihkan luka, atau menggosok tangan sebelum operasi dengan bahan
antiseptik berbahan dasar alkohol.
6. Lakukan
upaya kerja yang aman
seperti tidak memasang tutup jarum suntik (recapping),
memberikan alat-alat tajam dengan cara yang aman, bila mungkin, gunakan jarum
tumpul untuk menjahit luka.
7. Buang
bahan-bahan terinfeksi
setelah tepakai dengan aman untuk melindungi petugas pembuangan dan untuk
mencegah cedera maupun penularan infeksi kepada masyarakat.
8. Pemprosesan
terhadap instrumen, sarung tangan, dan bahan lain setelah dipakai dengan cara
mendokumentasikan dalam larutan klorin 0,5% dan cuci bersih, kemudian
disterilisasi atau didisinfeksi tingkat tinggi (DTT) dengan cara-cara yang
dianjurkan.
Tabel 3-1: Upaya
Kewaspadaan Standar
Mencuci tangan
1.
Setelah mencuci
darah, cairan tubuh, sekresi, eksresi, dan benda–benda yang terkontaminasi.
2.
Segera setelah
melepas sarung tangan.
3.
Sebelum dan
sesudah memeriksa pasien satu ke pasien lain.
Sarung tangan
1.
Untuk kontak
dengan darah, cairan tubuh, sekresi bahan-bahan yang terkontaminasi.
2.
Untuk kontak
dengan membran mukosa dan kulit yang tak utuh (non-intack skin): koyak, terkelupas dan lain-lain.
Masker, kacamata, pelindung wajah
1.
Melindungi
membran mukosa mata, hidung, dan mulut ketika terjadi kontak dengan darah dan cairan
tubuh.
Gaun operasi
1.
Melindungi kulit
dari percikan darah maupun cairan tubuh lain.
2.
Mencegah agar
pakaian tidak terkontaminasidarah maupun cairan tubuh selama melakukan
tindakan.
Kain linen
1.
Tangani linen
yang telah terkontaminasi sedemikian rupa agar tidak menyentuh kulit maupun
membran mukosa.
2.
Jangan lakukan
pembilasan awal untuk kain linen yang telah terkontaminasi.
Peralatan untuk perawatan pasien
1.
Tangani alat yang
telah terkontaminasi sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh kulit atau
membran mukosa dan untuk mencegah agar baju maupun lingkungan tidak
terkontaminasi.
2.
Membersihkan
peralatan pakai ulang (reusable)
sebelum digunakan kembali.
Membersihkan lingkungan
1.
Perawatan rutin,
membersihkan dan disinfeksi perlengkapan dan perabotan diruang asuhan pasien.
Benda-benda tajam
1.
Hendaknya selalu
memakai autidisable syringe.
2.
Jangan memasang
kembali tutup jarum suntik yang telah digunakan.
3.
Jangan lepas
jarum dari alat suntik/semprit sekalin pakai (disposable).
4.
Jangan
membengkokkan atau mematahkan jarum bekas pakai dengan tangan.
5.
Letakkan
benda-benda tajam yang telah digunakan ke dalam wadah anti tusukan.
Resusitasi pasien
1.
Gunakan pelindung
mulut, kantung resusitasi, atau alat pernafasan lainnya untuk menghindari
pemberian resusitasi dari mulut ke mulut.
Penempatan pasien
1.
Tempatkan pasien
yang dapat mengkontaminasi lingkungan maupun yang tidak terjamin
kebersihannya pada ruang khusus/terpisah.
|
1.1.2
Mencuci
tangan
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari
pencegahan penyebaran infeksi. Cuci tangan harus dilakukan :
1.
Segera
setelah tiba di tempat kerja.
2.
Sebelum
dan setelah memeriksa klien.
3.
Sebelum
memakai dan setelah melepas sarung tangan.
4.
Setelah
menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh
lainnya meskipun sedang menggunakan sarung tangan.
5.
Setelah
terpapar oleh darah atau cairan tubuh lainnya.
6.
Cuci
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir selama 10-15 detik, lalu
keringkan dengan handuk pribadi atau dianginkan.
7.
Setelah
ke kamar mandi.
8.
Sebelum
pulang kerja.
9.
Sebagai
pengganti cuci tangan dengan air, gunakan larutan alkohol (100 ml alkohol 60-90
% + 2 ml gliserin) untuk mencuci tangan.
Catatan : Untuk mencuci tangan :
1.
Lepaskan
perhiasan ditangan dan pergelangan.
2.
Basahi
tangan dengan air bersih dan mengalir.
3.
Gosok
kedua tangan dengan kuat, gosok kedua tangan dengan sabun selama 10 - 15 detik.
4.
Bilas
tangan dengan air bersih dan mengalir.
5.
Biarkan
tangan kering dan di angin-anginkan atau handuk pribadi yang bersih.
1.1.3
Sarung
tangan
Tindakan yang memerlukan penggunaan sarung tangan,
seperti :
1.
Tindakan
diklinik/ OK, misalnya ketika memeriksa panggul.
2.
Menangani
alat - alat/ bahan linen yang terkontaminasi.
3.
Membuang
bahan - bahan/ limbah yang terkontaminasi.
Ganti sarung tangan setiap kali memeriksa pasien yang
berbeda. Sarung tangan bedah dapat dipakai ulang apabila telah dikontaminasi
dalam larutan klorin 0,5 %, kemudian :
1.
Dicuci
dan dibilas.
2.
Disterilisasi
atau diDisinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
Tabel 3-2: Persyaratan Sarung Tangan
(ST) untuk Prosedur Bedah dan Medis Umum
TUGAS ATAU AKTIFITAS
|
PERLUKAH MEMAKAI SARUNG TANGAN ?
|
SARUNG TANGAN YANG DIANJURKAN
|
SARUNG TANGAN YANG BOLEH DIPAKAI
|
Memeriksa
tekanan darah
|
Tidak perlu
|
|
|
Memeriksa suhu
tubuh
|
Tidak perlu
|
|
|
Memberikan
suntikan
|
Tidak perlu
|
|
|
Melepas AKDR (dalam paket steril dan
dimasukkan dengan teknik ”tanpa sentuh”)
|
Perlu
|
Periksa
|
Bedah DTT
|
Memasang dan mencabut susuk atau
implan
|
Perlu
|
Bedah sterilc
|
Bedah DTT
|
Tindakan
vaginal
|
Perlu
|
Bedah sterilc
|
Bedah DTTd
|
Operasi sesar
atau laparotomi
|
Perlu
|
Bedah sterilc
|
Bedah DTTd
|
Vasektomi atau laparoskopi
|
Perlu
|
Bedah sterilc
|
Bedah DTTd
|
Menangani dan membersihkan peralatan
|
Perlu
|
Rumah tangga
|
Periksa atau
bedahd
|
Menangani limbah yang terkontaminasi
|
Perlu
|
Rumah tangga
|
Periksa atau
bedahd
|
Membersihkan percikan darah atau
cairan tubuh
|
Perlu
|
Rumah tangga
|
Periksa atau
bedahd
|
a. Meskipun sarung tangan
steril dapat digunakan untuk semua tindakan operasi, namun tidak selalu diperlukan. Dalam beberapa
kasus, sarung tangan pemeriksaan atau sarung tangan bedah yang telah di DTT
cukup aman dan tidak mahal
b. Termasuk sarung tangan baru, “belum pernah” di pakai baik satuan
maupun dalam kotak kemasan (selama kotak disimpan dengan benar)
c. Apabila alat sterilisasi (otoklaf) tidak tersedia, alternatif yang
diperbolehkan hanya Disinfeksi
Tingkat Tinggi
d. Sarung tangan bedah yang diproses ulang.
Catatan : Jangan
menggunakan sarung tangan jika sarung tangan tersebut retak, tipis atau ada robekkan. Buang dan gunakan
sarung tangan yang lain.
1.1.4
Mencegah
Luka Tusuk Jarum
1.
Dikamar
operasi (OK)
1)
Gunakan
wadah “zona aman” (seperti “kidney basin”)
untuk membawa atau memberikan alat-alat tajam, seperti skalpel, jarum, dan lain
- lain.
2)
Jangan
memberikan alat - alat tajam selain menggunakan wadah “zona aman”.
3)
Beri
tahu provider atau petugas lain
sebelum memberikan alat - alat tajam dalam wadah “zona aman”.
2.
Menggunakan
jarum dan alat suntik dengan benar
1)
Gunakan
jarun dan suntik sekali pakai.
2)
Jangan
melepaskan jarun dari alat suntik setelah digunakan.
3)
Jangan
memasang tutup jarum, membengkokkan, atau mematahkan jarum sebelum dibuang.
4)
Lakukan
dekontaminasi terhadap jarum dan alat suntik sebelum dibuang (untuk alat suntik
disposable) atau sebelum diproses
(untuk alat suntik pakai ulang-reusable).
5)
Buang
jarum dan alat suntik kedalam wadah tahan tusuk.
6)
Hancurkan
jarum dan alat suntik dengan dibakar (incinerated).
1.1.5
Prosedur
antisepsis
Prosedur ini mencegah infeksi dengan mematikan atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
Persiapan kulit dan serviks merupakan langkah penting dalam melakukan tindakan
untuk metode keluarga berencana seperti suntik, pemasangan atau pencabutan AKDR
dan implan. Larutan antisepsis yang dapat digunakan, diantaranya :
1.
Alkohol
60-90% : etil, isopropil, atau metil spiritus.
2.
Sentrimid
atau klorheksidin glukonad, berbagai konsentrasi : (Savlon).
3.
Klorheksidin
glukonat 4%: (Hibiscrub®, Hibitane®, Hibiclens®)
4.
Heksaklorofen
3%: (Phisohex®)
5.
Paraklorometaksilenol
(PCMX atau kloroksilenol), berbagai konsentrasi: (Dettol)
6.
Iodine
1 – 3%, larutan yang di campur alcohol atau encer (e:g. Lugol®) atau tincture
(iodine dalam alcohol 70%). Catatan :
Iodine tidak boleh digunakan pada selaput mukosa seperti vagina.
7.
Iodofor,
berbagai konsentrasi (Betadine).
1.2
Pemrosesan
Alat
1.2.1
Dekontaminasi
Dekontaminasi
adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan
bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang
terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara melakukan dekontaminasi :
1.
Masih
pakai sarung tangan.
2.
Rendam
alat – alat selama 10 menit dalam larutan klorin 0,5% (didapatkan dengan
mencampur 1 bagian pemutih detergen dengan 9 bagian air).
3.
Permukaan
(terutama meja tindakan) yang mungkin terkena cairan tubuh harus didekontaminasi.
Lap dengan dissinfektan misalnya denga klorin 0,5% sebelum dipakai kembali,
atau jika tampak terkontaminasi, atau sekurang – kurangnya setiap hari
merupakan cara dekontaminasi yang tidak mahal.
Gambar 3 – 2 : Skema Prosedur
Pemprosesan Alat
DEKONTAMINASI
Rendam dalam larutan klorin 0,5%
Selama 10 menit
CUCI DAN BILAS
Gunakan deterjen dan sikat.
Pakai sarung tangan tebal untuk
menjaga agar tidak terluka oleh
benda-benda tajam.
Metode yang dipilih Metode alternatif
STERILISASI DISINFEKSI
TINGKAT TINGGI
Otoklaf Panas Kering Rebus/Kukus
Kimiawi
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|
||||||||||
DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN
(Peralatan yang sudah diproses dapat disimpan dalam wadah tertutup
yang didisinfeksi tingkat tinggi1 sampai satu minggu jika wadahnya tidak
dibuka)
1Untuk menyiapkan wadah yang didisinfeksi tingkat tinggi, rebus (jika kecil)
atau isi dengan larutan klorin 0,5% selama 20 menit (larutan klorin bisa
dipindah ke wadah yang lain untuk digunakan ulang dalam waktu 24 jam). Bilas
wadah dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering sebelum digunakan.
1.2.2
Petunjuk Pembuatan
Larutan Klorin
Gambar
3 – 3: Rumus untuk membuat Larutan Klorin 0,5% dari
Larutan Konsentrat Cair
% larutan konsentrat
Jumlah bagian air
=
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
– 1
% larutan yang diinginkan
Contoh: Untuk membuat larutan klorin
0,5% dari larutan klorin 5.25% (misalkan BAYCLIN®):
5.25%
1. Jumlah bagian
air = ––––––– –
1 = 10
– 1 =
9,5
0.5%
2.
Tambahkan 9 bagian (pembulatan ke bawah dari 9,5) air
ke dalam 1 bagian larutan klorin konsentrat
(5.25%).
Catatan: air tidak perlu dimasak.
|
Sumber: Pocket Guide for
Family Planning Service Providers, JHPIEGO, 1995
Gambar 3 – 4: Rumus
untuk Membuat Larutan Klorin 0,5% dari Sebuk Kering
% larutan yang diinginkan
Jumlah bagian air
=
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
X 1000
% konsentrat
Contoh: Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari
serbuk yang bisa melepaskan klorin (seperti kalsium hipoklorida) yang
mengandung 35% klorin:
0.5%
1.
Gram/liter
= ––––––– X 1000
= 14,3 gram/liter
35%
2. Tambahkan 14
gram (pembulatan kebawah dari 14,3)
serbuk kedalam 1 liter air mentah yang bersih.
|
Sumber: Pocket Guide for
Family Planning Service Providers, JHPIEGO, 1995
1.2.3
Pencucian dan Pembilasan
Mencuci dan membilas adalah tindakan – tindakan yang
dilakukan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda
asing dari kulit atau instrument / peralatan. Cara melakukan pencucian dan
pembilasan :
1.
Pakai sarung tangan yang tebal
(sarung tangan rumah tangga).
2.
Cuci semua instrument dengan air,
detergen dan sikat yang lembut.
3.
Sikat semua geligi, sambungan dan
permukaan alat.
4.
Bilas bersih hingga detergen hilang
karena beberapa detergen dapat menghambat kerja disinfektan kimiawi.
5.
Keringkan instrumen.
1.2.4
Sterilisasi
Sterilisasi
adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri pada benda –
benda mati atau instrumen. Macam – macam cara sterilisasi :
1. Sterilisasi Uap
1)
121OC, 106 kpa, waktu
yang diperlukan: 20 menit untuk alat yang tidak di bungkus, 30 menit untuk alat
yang di bungkus.
2)
Jangan memuat alat terlalu banyak .
3)
Diamkan semua alat sampai kering
sebelum diangkat.
2. Sterilisasi Panas Kering (Oven)
1)
170OC selama 1 jam (total
waktu keseluruhan proses), waktu penghitungan dimulai setelah suhu yang di
inginkan tercapai.
2)
Untuk alat – alat tajam (gunting,
jarum), sterilisasi dilakukan dengan suhu 160OC selama 2 jam (total
waktu keseluruhan proses).
3. Sterilisasi Kimia
1)
Glutaraldehid (Cydex) : direndam
selama 8 – 10 jam.
2)
Formaldehid 8%, direndam selama 24
jam.
3)
Bilas dengan air steril sebelum
digunakan kembali atau sebelum disimpan.
1.2.5
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Disinfeksi Tingkat Tinggi adalah tindakan yang dilakukan
untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara
merebus, mengkukus atau kimiawi. Macam – macam cara DTT :
1. DTT dengan merebus
Petunjuk merebus :
1)
Seluruh alat harus terendam.
2)
Mulai menghitung waktu saat air
mulai mendidih
3)
Selalu merebus selama 20 menit dalam
panic tertutup.
4)
Jangan menambah apa pun ke dalam air
mendidi.
5)
Pakai alat tersebut sesegera mungkin
atau simpan dalam wadah tertutup dan kering yang telah di DTT. Simpan selama
satu minggu.
2. DTT dengan Mengukus
1)
Selalu kukus selama 20 menit dalam
kukusan.
2)
Kecilkan api sehingga air tetap
mendidih.
3)
Waktu dihitung ,ulai saat keluarnya
uap.
4)
Jangan pakai lebih dari 3 panci uap.
5)
Keringkan dalam panic tertutup atau
container DTT sebelum dipakai atau disimpan.
3. DTT dengan Kimia
Sejumlah disinfektan kimia untuk Disinfektan
Tingkat Tinggi :
1)
Klorin
2)
Formaldehid (Formalin).
3)
Glutaraldehid
Langkah – langkah untuk DTT dengan Kimia :
1)
Setelah didekontaminasi, cuci dan
bilas alat – alat hingga bersih, kemudian keringkan.
2)
Rendam semua alat dalam larutan
disinfektan selama 20 menit.
3)
Bilas dengan air yang telah direbus
dan keringkan dengan anginkan.
4)
Dapat disimpan selama 1 minggu dalam
wadah kering dan tertutup yang telah di DTT.
5)
Untuk melakukan DTT pada wadah,
rebus wadah tersebut (bila kecil) atau isi dengan larutan klorin 0,5% dan
rendam selama 20 menit. Bilas sisi dalam wadah dengan air yang telah direbus.
Keringkan dengan dianginkan sebelum digunakan.
1.3
Pembuangan
Limbah
1.3.1 Tujuan
pembuangan llimbah dengan cara yang aman adalah :
1.
Untuk
mencegah penularan infeksi kepada petugas yang menangani limbah.
2.
Untuk
mencegah penularan infeksi kepada masyarkat sekitar, dan
3.
Untuk
melindungi petugas yang menangani timbah yang terkena dari luka tusuk.
Limbah medis dapat
berupa limbah terkontaminasi maupun tidak terkontaminasi. Limbah yang tidak
terkontaminasi (seperti kertas dari kantor) tidak menimbulkan risiko infeksi
dapat dibuang ketempat sampah umum. Limbah terkontaminasi (darah atau
alat/bahan terkontaminasi darah) memerlukan penanganan yang benar untuk
mengurangi penularan infeksi kepada petugas klinik maupun kepada masyarakat
setempat.
1.3.2 Cara-cara
penanganan limbah yang benar :
1.
Menggunakan
sarung tangan rumah tangga (utility gloves).
2.
Memindahkan
limbah terkontaminasi ke tempat pembuangan dalam wadah tetutup.
3.
Membuang
alat/ benda tajam ke dalam wadah tahan tusuk.
4.
Menuangkan
limbah cair secara hati-hati ke dalam saluran pembuangan.
5.
Membakar
atau mengubur limbah padat yang terkontaminasi.
6.
Mencuci
tanagan, sarung tangan, dan wadah yang telah digunakan untuk membuang limbah
yang dapat menginfeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar