1. Tujuan
Setelah
mempelajari materi pada BAB ini diharapkan mahasiswa mampu:
1)
Menjelaskan anatomi dan fisiologi payudara
2)
Menguraikan dukungan bidan dalam pemberian ASI
3)
Menjelaskankan komposisi gizi dalam ASI
4)
Menjelaskan cara memperbanyak ASI
5) Menyimpulkan
tanda bayi cukup ASI
6) Menjelaskan
tentang ASI eksklusif
7) Menjelaskan
cara perawatan payudara
8) Menjelaskan
cara menyusui yang benar
9) Menyebutkan
masalah dalam pemberian ASI
2. Uraian
Isi Pelajaran
Pada BAB
ini menguraikan tentang:
1)
Anatomi dan fisiologi payudara
2)
Dukungan bidan dalam pemberian ASI
3)
Komposisi gizi dalam ASI
4)
Cara memperbanyak ASI
5) Tanda
bayi cukup ASI
6) ASI
eksklusif
7) Cara
perawatan payudara
8) Cara
menyusui yang benar
9) Masalah
dalam pemberian ASI
3. Penjelasan
Teori
4.1 Anatomi
dan Fisiologi Payudara
Secara
vertical payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara Horisontal mulai
dari pinggir sternum sampai linea aklaris medialis. Kelenjar susu berada
dijaringan sub kutan, tepatnya diantara jaringan sub kutan superficial dan
profundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor.
Ukuran
normal 10-12 cm dengan berat pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita
hamil aterm 400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan
ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas fungsionalnya. Payudara
menjadi saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause.
Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga
dan penimbunan jaringan lemak.
Ada 3 bagian
utama payudara, Korpus (badan), Areola, Papilla atau putting. Areola mamae
(kalang payudara) letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan
yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan
warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang
corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya
kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap.
Putting susu
terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan
ukuran payudara maka letaknyapun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung
serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka
duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan
serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut.
Ada empat
macam bentuk putting yaitu bentuk yang normal/umum, pendek/datar, panjang dan
terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk putting initidak terlalu
berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa putting susu dan
areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam mulut
bayi. Kadang dapat terjadi putting tidak lentur terutama pada bentuk putting
terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bisa menyusu dengan baik.
Gambar 2.1 Gambar Bentuk Puting Payudara
Struktur
payudara terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, jaringan sub kutan (jaringan
bawah kulit), dan corpus mamae. Corpus mamae terdiri daribparenkim dan stroma.
Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari duktusLaktiferus (Duktus),
Duktulus (Duktuli), Lobus dan Alveolus.
Ada 15-20
duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40 duktuli. Duktulus
bercabang 10-100 alveolus dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu
(system duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut
dari akarnya pada putting susu akan didapatkan saluran air susu yang disebut
duktus laktiferus. Didaerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar
membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus
laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus, tapi duktulus
yang perlahan selanjutnya disusun pada sekelompok alveoli. Didalam alveoli
terdiri dari duktulus yang terbuka, sel sel kelenjar yang menghasilkan air susu
dan mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.
Gambar 2.2 Anatomi Payudara
4.2 Dukungan
Bidan dalam Pemberian ASI
1.
Biarkan bayi bersama ibunya segera setelah dilahirkan
selama beberapa jam pertama.
a.
Membina hubungan/ ikatan disamping pemberian ASI
b.
Memberikan rasa hangat dengan membaringkan dan
menempelkan pada kulit ibunya dan menyelimutinya
Segera susui
bayi maksimal setengah jam pertama setelah persalinan. Hal ini sangat penting
apakah bayi akan mendapat cukup ASI atau tidak. Hal ini didasari oleh hormone
pembuat ASI, antara lain hormone prolaktin dalam peredaran darah ibu akan
menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Sebagai
upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin, isapan bayi akan memberikan
rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormone oksitosin. Hormone
oksitosis bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI yang ada pada alveoli,
lobus serta duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan melalui putting susu.
Apabila bayi
tidak menghisap putting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormone
prolaktin akan turun dan sulit merangsan prolaktin sehingga ASI baru akan
keluar pada hari ketiga atau lebih.
2.
Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu
untuk mencegah masalah umum yang timbul.
Perawatan yang dilakukan bertujuan untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga pemperlancar
pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini
mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 hari sekali.
Agar tujuan perawatan dapat tercapai, bidan melakukan perawatan ppayudara.
Mengupayakan tangan dan putting susu tetap bersih, jangan mengoleskan krim,
minyak, alcohol atau sabun pada putting susu.
3.
Bantu ibu pada waktu pertama kali menyusui
Segera susui bayi maksimal setengah jam pertama
setelah melahirkan. Hal ini sangat penting apakah bayi akan mendapat cukup ASI
atau tidak. Ini didasari oleh peran hormone pembuat ASI, antara lain hormone
prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan
yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin,
isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormon
oksitosin. Hormone oksitosin bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI
yang ada pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan
melalui putting susu.
Posisi menyusui yang benar
a.
Berbaring miring
b.
Duduk
4.
Bayi harus ditempatkan dengan ibunya dikamar yang sama
(rawat gabung/roming in).
Tujuan rawat gabung :
a.
Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan
saja dan dimana saja dan dapat menunjukkan tanda-tanda yang menunjukkan bayi
lapar
b.
Ibu dapat meelihat dan memahami cara perawatan bayi
secara benar yang dilakukan oleh bidan, serta mempunyai bekal ketrampilan
merawat bayi setelah ibu pulang kerumahnya.
c.
Dapat melibatkan suami/keluarga klien secara aktif
untuk membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya.
5.
Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
Menyusui bayi secara tidak dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhan nya. Ibu harus menyusuibayinya bila bayi menangis bukan karena sebab
lain (kencing, dll) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara kekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik,
karena isapan sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.
Dengan menyusui tidak dijadwal sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak
masalah yang mungkin timbul.
Bagi ibu menyusui yang
bekerja
a.
Susui bayi sesering mungkin selama ibu cuti bekerja,
minimal 2 jam sekali
b.
Susuilah bayi sebelum berangkat kerja dan segera
setelah ibu tiba dirumah
c.
Selama ditempat kerja, ASI selalu dikeluarkan, lalu
dimasukkan kedalam wadah yang bersih dan tertutup kemudian simpan dalam lemari
es atau termos es. Berikan pada bayi dengan sendok kecil.
d.
Ibu harus cukup istirahat dan banyak minum dan makan
makanan yang bergizi agar ASI lancer.
6.
Hanya berikan kolostrum dan ASI saja
ASI dan kolostrum adalah makanan terbaik bagi bayi.
Kolostrum dikeluarkan pada hari pertama setelah persalinan, jumlah kolostrum
akan bertambah dan mencapai komposisi ASI sekitar 3-14 hari.
7.
Hindari susu botol dan dot empeng
Bayi yang menggunakan susu botol dan kempengan
biasanya akan mengalami bingung putting. Kebiasaan ini akan membentukpribadi
anak menjadi malas dan kurang berusaha.
4.3 Manfaat
Pemberian ASI
1.
Bagi bayi
a.
Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.
b.
Mengandung antibody
c.
ASI mengandung komposisi yang tepat
d.
Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya
ikatan antara ibu dan bayi
e.
Terhindar dari alergi
f.
ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
g.
Membantu perkembangan rahang dan merangsang
pertumbuhan gigi
2.
Bagi Ibu
a.
Aspek Kontrasepsi
b.
Aspek Kesehatan Ibu
c.
Aspek Penurunan berat badan
d.
Aspek Psikologis
3.
Bagi Keluarga
a.
Aspek Ekonomi
b.
Aspek Psikologi
c.
Aspek Kemudahan
4.
Bagi Negara
a.
Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
b.
Menghemat devisa Negara
c.
Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
d.
Meningkatkan kualitas generasi penerus
4.4 Komposisi
Gizi dalam ASI
1.
Kolostrum
2.
ASI masa
Transisi
3.
ASI mature
4.5 Upaya
Memperbanyak ASI
1.
Makanan
2.
Ketenangan jiwa dan fikiran
3.
Penggunaan alat kontrasepsi
4.
Perawatan payudara
5.
Anatomis payudara
6.
Fisiologi
7.
Faktor Istirahat
8.
Faktor Isapan anak
9.
Faktor obat-obatan
4.6 Tanda
Bayi Cukup ASI
1)
Bayi berkemih
6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda
2)
Bayi sering
buang air besar berwarna kekuningan dengan bentuk berbiji
3)
Bayi tampak
puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup
4)
Bayi
setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam
5)
Payudara ibu
terasa lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui
6)
Ibu dapat
merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu
7)
Bayi bertambah
berat badannya.
4.7 ASI
Eksklusif
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan
merupakan makanan terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan
bayi-baik gizi, imunologi, atau lainnya-pemberian ASI memberi kesempatan bagi
ibu mencurahkan cinta kasih serta perlindungan kepada anaknya. Fungsi ini tidak
mungkin dapat dialihkan kepada ayah/suami dan merupakan suatu kelebihan kaum
wanita. ASI eksklusif diberikan sejak umur 0 hari sampai 6 bulan.
4.8 Cara
merawat payudara (Pijat Oksitosin)
1)
Pengertian
Pemijatan refleks oksitosin adalah suatu tekhnik pemijatan yang dilakukan
pada tengkuk dan daerah punggung (sejajar dengan daerah payudara).
2)
Tujuan
a.
Merangsang
produksi ASI
b.
Menghilangkan
atau mengurangi payudara tersumbat (engorgement)
3)
Patofisiologi
Pemijatan pada daerah tengkuk dan punggung sejajar dengan payudara akan
mengakibatkan rangsangan saraf diteruskan ke kelenjar hipofisis bagian belakang
yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi kontraksi otot polos
yang mengelilingi alveolus dan saluran susu. Melalui kontraksi inilah yang akan
menyebabkan air susu mengalir turun ke sinus lactiferous sehingga ASI dipompa
keluar (refleks aliran/let down reflex).
4)
Keselamatan
kerja
a.
Pastikan
privacy klien benar-benar terjaga.
b.
Lakukan
pencegahan infeksi sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan.
5)
Alat-alat
a.
Meja
b.
Kursi atau
balon pilates
c.
Karpet
6)
Prosedur
pelaksanaan
No
|
Langkah –
langkah
|
1
|
Beri informasi tentang tindakan yang akan dilakukan.
Bicara dengan sopan dan
ramah serta pertahankan kontak mata.
|
2
|
Siapkan alat yang akan digunakan.
Kursi dan meja atau
balon pilates dan karpet.
|
3
|
Siapkan lingkungan.
Pastikan ruangan
tertutup untuk menjaga privacy klien.
Atur posisi klien.
Pastikan ibu dalam
keadaan rileks. Persilahkan ibu untuk melepaskan pakaian bagian atas, duduk
dikursi kemudian membantu mengambil posisi menunduk pada meja. Atau
persilahkan duduk diatas karpet dengan kedua kaki diselonjorkan sambil
memeluk balon pilates.
|
4
|
Lakukan cuci tangan
Cuci tangan efektif
dengan 7 langkah. Cuci tangan dengan air dan sabun serta membilasnya dibawah
air mengalir. Keringkan dengan handuk pribadi jangan gunakan handuk yang
menggantung.
|
5
|
Posisikan kedua tangan ditengkuk klien.
Posisikan kedua ibu jari
berhadapan buat gerakan melingkar dari arah dalam keluar sampai punggung
bawah.
|
6
|
Letakkan kedua ibu jari dipunggung sejajar payudara.
Buat gerakan ke atas dan
ke bawah sampai punggung bawah.
|
7
|
Beritahu klien bahwa tindakan telah selesai dan rapikan klien
|
8
|
Cuci tangan efektif dan keringkan dengan handuk pribadi.
Pendokumentasian.
|
4.9 Cara
menyusui yang benar
Posisi
ibu dan bayi yang benar saat menyusui, yaitu :
1)
Berbaring
miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau
ibu merasa lelah atau merasa nyeri.
2)
Duduk. Penting
untuk memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu, dalam posisinya
tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan
dengan duduk bersila diatas tempat tidur atau dilantai, atau duduk dikursi.
Posisi berbaring miring atau duduk (dengan punggung
dan kaki ditopang) memaksimalkan bentuk payudaranya dan memberi ruang untuk
menggerakan bayinya ke posisi yang baik. Badan bayi harus dihadapkan ke arah
badan ibu dan mulutnya dihadapkan pada puting susu ibu. Leher bayi harus
sedikit ditengadahkan. Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi
kepala yang agak tengadah dapat dipertahankan. Kepala dapat ditopang dengan
jari-jari tangan yang terlentang atau pada lekukan siku ibunya. Mungkin akan
membantu jika bayi dibungkus, sehingga tangannya berada disamping badan. Bila
mulut bayi disentuhkan dengan lembut ke puting susu ibunya, ia akan membuka
mulutnya lebar-lebar (refleks rooting).
Gambar
2.3 Posisi Ibu Menyusui
Tanda bayi
telah berada dalam posisi menyusu yang baik
|
|
1
|
Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu
|
2
|
Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara
|
3
|
Areola tidak terlihat jelas
|
4
|
Bayi terlihat melakukan isapan yang lamban dan
dalam serta menelan ASI-nya
|
5
|
Bayi terlihat tenang dan senang
|
6
|
Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada puting susu
|
Para ibu dapat diajarkan
memperagakan menyentuh bibir atas bayi dengan puting susu ibu. Sasarannya
adalah memosisikan bibir bawah paling sedikit 1.5 cm dari pangkal puting susu.
Bayi harus mengulum sebagian besar areola puting ke dalam mulutnya, bukan hanya
ujung puting susunya. Hal ini akan memungkinkan bayi menarik sebagian dari jaringan
payudara masuk ke dalam mulutnya, bukan hanya ujung puting susunya. Hal ini
akan memungkinkan bayi menarik sebagian dari jaringan payudara masuk ke dalam
mulutnya dengan lidah dan rahang bawah. Bila diposisikan dengan benar, sinus
laktiferus akan berada didalam rongga mulut bayi. Puting susu akan masuk sampai
sejauh langit-langit lunak (velum palatinum) dan bersentuhan dengan
langit-langit tersebut. Sentuhan ini akan merangsang refleks menghisap. Rahang
bawah bayi menutup pada jaringan payudara, pengisapan akan terjadi dan puting
susu ditangkap dengan baik didalam rongga mulut, sementara lidah memberi
penekanan yang berulang-ulang secara teratur sehingga ASI akan keluar dari
duktus laktiferus.
Bayi harus ditempatkan
dekat ibunya dikamar yang sama (rawat gabung, rooming in). Dengan demikian, ibu
dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus belajar mengenali
tanda-tanda yang menunjukan bahwa bayinya lapar. Bila ibu terpisah tempatnya
dari bayi, ia akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda tersebut.
Langkah-langkah menyusui yang benar
:
a.
Sebelum
menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan disekitar
kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai disinfektan dan menjaga
kelembaban puting susu.
b.
Bayi
diletakkan menghadap perut ibu/payudara
a)
Ibu duduk atau
berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah
(agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran
kursi.
b)
Bayi dipegang
pada bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu
(kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c)
Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan
ibu, dan yang satu didepan.
d) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e)
Telinga dan
lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f)
Ibu menatap
bayi dengan kasih sayang.
c.
Payudara
dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan
menekan puting susu atau kalang payudaranya saja.
d.
Bayi diberi
rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara :
a)
Menyentuh pipi
dengan puting susu atau,
b)
Menyentuh sisi
mulut bayi.
e.
Setelah bayi
membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting
serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi :
a)
Usahakan
sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu
berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat
penampungan ASI yang terletak dibawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu
apabila bayi hanya mengisap pada puting susu ibu saja, akan mengakibatkan
masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.
b)
Setelah bayi
mulai menghisap payudara tak perlu dipegang lagi.
Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik
yang benar, dapat dilihat:
(a)
Bayi tampak
tenang,
(b)
Badan bayi
menempel pada perut ibu,
(c)
Mulut bayi
terbuka lebar,
(d)
Dagu menempel
pada payudara ibu,
(e)
Sebagian besar
kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi,
(f)
Bayi tampak
menghisap kuat dengan irama perlahan,
(g)
Puting susu
ibu tidak terasa nyeri,
(h)
Telinga dan
lengan bayi terletak pada satu garis lurus,
(i)
Kepala tidak
menengadah.
f.
Melepas isapan
bayi, setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya
diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi :
a)
Jari
kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau,
b)
Dagu bayi
ditekan kebawah.
g.
Setelah
selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu
dan disekitar kalang payudara, biarkan kering dengan sendirinya.
h.
Menyendawakan
bayi, tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya
bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah
:
a)
Bayi digendong
tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan.
b)
Bayi tidur
tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
4.10
Masalah dalam pemberian ASI
Masalah-masalah
menyusui yang sering terjadi adalah :
1)
Puting
Nyeri/Lecet :
a.
Penyebab :
a)
Kebanyakan
puting nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi
tidak menyusu sampai kalang payudara. Bila bayi menyusu hanya pada puting susu,
maka bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah
sinus laktiferus, sedangkan pada ibunya akan terjadi nyeri/kelecetan pada
puting susunya.
b)
Selain itu
puting yang lecet juga dapat disebabkan oleh moniliasis pada mulut bayi yang
menular pada puting susu ibu.
c)
Akibat dari
pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting
susu.
d)
Keadaan ini
juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum lingue) yang pendek, sehingga menyebabkan bayi sulit
menghisap sampai kalang payudara dan hisapan hanya pada putingnya saja.
e)
Rasa nyeri ini
juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati.
b.
Penatalaksanaan
a)
Bayi harus
disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal/yang lecetnya lebih sedikit.
Untuk menghindari tekanan lokal pada puting, maka posisi menyusui harus sering
dirubah. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya
menyusui. Disamping itu kita harus yakin bahwa teknik menyusui bayi adalah
benar, yaitu bayi harus menyusu samapai ke kalang payudara. Untuk menghindari
payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan tangan/pompa, kemudian diberikan
dengan sendok, gelas, atau pipet.
b)
Setiap kali
habis menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-anginkan
sebentar agar kering dengan sendirinya. Karena bekas ASI berfungsi sebagai
pelembut puting dan sekaligus sebagai anti infeksi.
c)
Jangan
menggunakan sabun, alkohol atau zat iritan lainnya untuk membersihkan puting
susu.
d)
Pada puting
susu bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak
terlebih dahulu.
e)
Menyusui lebih
sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh
dan bayi yang tidak begitu lapar akan menyusu tidak terlalu rakus.
f)
Periksalah
apakah bayi tidak menderita moniliasis, yang dapat menyebabkan lecet pada
puting susu ibu. Kalau diketemukan gejala moniliasis, dapat diberikan nistatin.
c.
Pencegahan
a)
Tidak
membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim, atau zat-zat iritan
lainnya.
b)
Sebaiknya
untuk melepaskan puting dari hisapan bayi pada saat bayi selesai meyusu, tidak
dengan memaksa menarik puting, tetapi dengan menekan dagu bayi dengan
memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi.
c)
Posisi menyusu
harus benar, yaitu harus menyusu sampai ke kalang payudara dan meggunakan kedua
payudara.
2)
Payudara
Bengkak
a.
Penyebab :
Pembengkakan
payudara terjadi karena ASI tidak disusu dengan adekuat, sehingga sisa ASI
terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah ibu
melahirkan. Stasis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya
tekanan intraduktal, yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa
penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti penurunan produksi ASI dan
penurunan refleks let down. B.H. yang
ketat juga bisa menyebabkan segmental
engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan
sumbatan pada duktus.
b.
Gejala :
Payudara
yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sukar disusu oleh bayi, karena
kalang payudara lebih menonjol, puting lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi.
Bila keadaan sudah demikian, kulit pada payudara nampak lebih mengkilat, ibu
merasa demam dan payudara terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada
bayi, ASI harus diperas dengan tangan/pompa terlebih dahulu agar payudara lebih
lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusu.
c.
Penatalaksanaan
:
a)
Masase
payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
b)
Kompres dingin
untuk mengurangi stasis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Bisa
dilakukan selang seling dengan kompres panas, untuk melancarkan aliran ASI dan
menurunkan tegangan payudara.
c)
Menyusui lebih
sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan ASI dan
menurunkan tegangan payudara.
d.
Pencegahan :
a)
Apabila memungkinkan,
susukan bayi segera setelah lahir.
b)
Susukan bayi
tanpa dijadwalkan.
c)
Keluarkan ASI
dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi.
d)
Melakukan
perawatan payudara pasca natal secara teratur.
3)
Saluran Susu
Tersumbat
a.
Penyebab :
a)
Tekanan jari
ibu pada waktu menyusui.
b)
Pemakaian BH
yang terlalu ketat.
c)
Komplikasi
payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga
merupakan sumbatan.
b.
Gejala :
a)
Pada wanita
yang kurus, gejala berupa benjolan yang terlihat dengan jelas dan lunak pada
perabaan.
b)
Payudara pada
daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang terlokalisir.
c.
Penatalaksanaan
:
Saluran
susu yang tersumbat ini harus dirawat sehingga benar-benar sembuh, untuk
menghindari terjadinya radang payudara (mastitis).
a)
Untuk
mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta kompres panas
dan dingin secara bergantian.
b)
Ibu dianjurkan
untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali setelah
menyusui, bila payudara masih terasa penuh.
c)
Ubah-ubah
posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.
d.
Pencegahan :
a)
Perawatan
payudara pasca natal secara teratur, untuk menghindari terjadinya stasis aliran
ASI.
b)
Posisi
menyusui yang diubah-ubah.
c)
Mengenakan BH
yang menyangga, bukan yang menekan.
4)
Mastitis
Mastitis
adalah radang pada payudara.
a.
Penyebab :
a)
Payudara
bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis.
b)
Puting lecet
akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
c)
BH yang
terlalu ketat, mengakibatkan segmental
engorgement. Kalau tidak disusu dengan adekuat, bisa terjadi mastitis.
d)
Ibu yang diit
jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah terkena infeksi.
b.
Gejala :
a)
Bengkak, nyeri
seluruh payudara/nyeri lokal.
b)
Kemerahan pada
seluruh payudara atau hanya lokal.
c)
Payudara keras
dan berbenjol-benjol (merongkol).
d)
Panas badan
dan rasa sakit umum.
c.
Penatalaksanaan
:
a)
Menyusui
diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena selama dan
sesering mungkin, agar payudara kosong, kemudian pada payudara yang normal.
b)
Berilah
kompres panas, bisa menggunakan shower
hangat atau lap basah panas pada payudara yang terena.
c)
Ubahlah posisi
menyusui dari waktu-kewaktu, yaitu dengan posisi tiduran, duduk atau posisi
memegang bola (foot ball position).
d)
Pakailah
baju/B.H. longgar.
e)
Istirahat yang
cukup, makanan yang bergizi.
f)
Banyak minum
sekitar 2 liter per hari.
g)
Dengan
cara-cara seperti tersebut diatas biasanya peradangan akan menghilang setelah
48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi bila dengan cara-cara tersebut
diatas tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan antibiotika selama
5-10 hari dan analgesik.
5)
Abses Payudara
Merupakan
kelanjutan/komplikasi dari mastitis.
a.
Gejala
a)
Ibu tampak
lebih parah sakitnya,
b)
Payudara lebih
merah mengkilap,
c)
Benjolan lebih
lunak karena berisi nanah.
b.
Penatalaksanaan
a)
Bila benjolan
berisi nanah maka perlu diinsisi untuk mengeluarkan nanah tersebut.
b)
Pada abses
payudara perlu diberikan antibiotika dosis tinggi dan analgesik.
c)
Sementara
bayinya hanya disusukan tanpa dijadwal pada payudara yang sehat saja.
d)
Sedangkan ASI
dari payudara yang sakit diperas sementara (tidak disusukan). Setelah sembuh,
bayi bisa disusukan kembali.
6)
Kelainan
Anatomis pada Puting (inverted, flat nipple).
Untuk
diagnosis apakah puting ada kelainan apakah tidak, yaitu dengan cara menjepit
kalang payudara antara ibu jari telunjuk dibelakang puting susu. Kalau puting
menonjol maka puting tersebut adalah normal, tetapi kalau puting tidak menonjol
itu berarti puting inversi/datar.
Pada
puting yang mengalami kelainan seperti tersebut diatas, apakah sudah diketahui
pada masa kehamilan, maka harus dilakukan masase dengan teknik hoffman secara teratur. Dengan masase ini diharapkan puting akan lebih protaktil.
Apabila sampai melahirkan puting masih inversi/diketahui setelah bayi lahir,
maka :
a.
Bila hanya
satu puting yang terkena, maka bayi pertama-tama disusukan pada puting susu
yang normal. Karena dengan menyusukan pada puting yang normal maka sebagian
kebutuhan bayi akan terpenuhi, sehingga bayi akan mau mencoba menyusu pada
puting yang terkena, disamping itu juga mengurangi kemungkinan lecetnya puting.
b.
Kompres dingin
pada puting yang terkena sebelum menyusui akan menambah prolaktilitas dari
puting.
c.
Dengan teknik hoffman dan menggunakan breast shield pada waktu tidak menyusui
akan menambah protaktilitas.
Kalau
dengan semua cara tersebut diatas tetap tidak dapat dikoreksi, maka ASI
dikeluarkan dengan tangan/pompa kemudian diberikan dengan sendok/pipet. Karena
tidak semua kelainan puting dapat dikoreksi.
7)
Bayi Enggan
Menyusu
a.
Penyebab :
a)
Bayi pilek,
sehingga pada waktu menyusu sulit bernapas.
b)
Bayi
sariawan/moniliasis, sehingga nyeri pada waktu menghisap.
c)
Bayi tidak
rawat gabung, yang sudah pernah minum dengan menggunakan botol dot.
d)
Bayi ditinggal
lama karena ibu sakit/bekerja.
e)
Bayi bingung
puting.
f)
Bayi dengan
tali lidah (frenulum linguae) yang
pendek.
g)
Teknik
menyusui yang salah.
h)
ASI kurang
lancar/yang terlalu deras memancar.
i)
Pemberian
makanan tambahan yang terlalu dini. Sebaiknya pemberian ASI ekslusif sampai
bayi berumur 4 bulan.
b.
Penatalaksanaan
:
a)
Pada bayi yang
moniliasis, harus diobati moniliasisnya.
b)
ASI yang
terlalu deras memancar, sebelum menyusui harus dikeluarkan sedikit.
8)
Kegagalan
Menyusui
Tanda-tanda
bayi yang mendapat cukup ASI, yaitu :
a.
Tanyakan pada
ibunya berapa kali mengganti popok setiap harinya. Bayi yang cukup ASI akan
kencing 6-8 kali dalam sehari.
b.
Terdapat
kenaikan berat badan rata-rata 500 gram, perbulan.
c.
Bayi menyusu
sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari.
d.
Bayi tampak
sehat, warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif.
Apabila
bayi tumbuh baik dan kencingnya cukup, tidak perlu ibu khawatir kalau:
a.
Bayi menyusu
sering, 8-12 kali perhari.
b.
Bayi tampak
lapar. ASI dicerna lebih cepat daripada susu formula dan lebih sesuai untuk
usus bayi yang masih belum matur. Sehingga bayi yang minum ASI perlu menyusu
lebih sering.
c.
Kebiasaan
menyusu bayi anda, kenaikan berat badannya, dan pola tidurnya jangan
dibandingkan dengan bayi lain, karena tiap bayi adalah individu yang unik dan
terdapat variasi yang luas, asalkan masih dalam batas-batas yang normal.
d.
Bayi tiba-tiba
meningkat frekuensi dan lamanya menyusu. Bayi yang tidur saja pada
minggu-minggu pertama, sering secara tiba-tiba seolah-olah terbangun dari
tidurnya dan menyusu lebih sering. Demikian pula pada bayi yang dalam masa pertumbuhan,
pada masa ini mereka menyusu lebih sering dari biasa untuk mendapatkan lebih
banyak ASI untuk memenuhi kebutuhannya.
e.
Bayi tiba-tiba
menurun lamanya menyusu, kurang 5-10 menit tiap payudara. Mungkin karena dia
lebih berpengalaman menyusu, sehingga mendapat ASI yang diperlukan lebih cepat.
f.
Bayi tiba-tiba
tidak mau menyusu. Kemungkinan karena hidung tersumbat karena pilek, atau
karena tumbuh gigi.
g.
Bayi tampak
gelisah. Bisa karena lapar atau keadaan lingkungan yang tidak nyaman, misal
bayi kepanasan karena selimut tebal.
h.
Dari payudara
ibu hanya sedikit/sama sekali tidak ASI yang menetes kalau lama tidak
disusukan. ASI yang menetes tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah ASI
yang diproduksi.
i.
Payudara ibu
tiba-tiba tampak lembek. Hal ini mungkin karena anak menyusu lebih kuat dan
lebih sering sehingga payudara tidak penuh.
j.
Refleks let down terasa tidak kuat.
Kadang-kadang beberapa ibu tidak merasa adanya refleks let down, yaitu ASI yang keluar dengan deras pada saat bayi
menyusu.
Apabila produksi ASI tidak sesuai dengan kebutuhan
bayi, harus dicari sebab-sebabnya mengapa produksi ASI tersebut menurun, yaitu
:
a.
Makanan
suplemen.
b.
Pengunaan
empongan (pacifier).
c.
Penggunaan nipple shield.
d.
Jadwal makan
yang ketat, akan mempengaruhi produksi ASI.
e.
Bayi tidur
saja.
f.
Kecemasan dan
kelelahan ibu akan mempengaruhi refleks let
down dan menurunkan produksi ASI.
g.
Merokok dan
obat-obatan.
h.
Ibu yang
sedikit minum, produksi ASI-nya juga akan berkurang.
i.
Diit ibu yang
jelek, akan menurunkan produksi ASI.
Bila tidak diketemukan semua faktor yang disebutkan
diatas yang menyebabkan penurunan ASI, beberapa langkah dibawah ini diharapkan
dapat meningkatkan produksi ASI :
a.
Susuilah bayi
sering tanpa dijadwal, paling sedikit 8 kali dalam 24 jam, tiap-tiap payudara
10-15 menit.
b.
Tiap menyusui
gunakan kedua payudara secara bergantian, ini berguna agar bayi mendapat semua
ASI yang tersedia dan untuk merangsang produksi ASI sesering mungkin.
c.
Bayi hanya
menyusu pada ibu, tidak dianjurkan menggunakan botol dot/empongan. Hal ini karena mekanisme menyusu pada puting
dan pada botol dot adalah berbeda.
Kalau dengan semua cara tersebut diatas tetap tidak
berhasil, maka bayi dapat diberi susu formula. Tetapi sebelumnya harus diberi
ASI dulu, mungkin ASI akan keluar lebih banyak kalau ibu lebih tenang.
9)
Menyusui
Dikaitkan dengan Kondisi Bayi
a.
Gagal tumbuh (failure to thrive) pada bayi yang
mendapat ASI
a)
Gejala bayi
yang gagal tumbuh adalah :
(a)
Dehidrasi
ringan.
(b)
Kurang dari 6
popok basah perharinya.
(c)
Bayi menangis,
baik sebelum maupun setelah menyusu.
(d)
Bayi jarang
berak pada minggu-minggu pertama kehidupan.
(e)
Kenaikan berat
badan anak pada KMS, tidak baik.
b)
Penyebab umum
gagal tumbuh yang bisa terjadi pada bayi yang minum ASI maupun non-ASI, adalah
:
(a)
Infeksi
(b)
Penyakit
jantung bawaan
(c)
Kelainan pada
susunan saraf pusat
(d)
Penyakit-penyakit
ginjal
(e)
Kelainan/penyakit
pada saluran pencernaan, misalnya malabsorpsi
(f)
Kelainan
anatomis : sumbing palatum, atresia koanal, dsb
(g)
Endokrin/penyakit-penyakit
metabolik.
c)
Sedangkan
secara khusus penyebab gagal tumbuh pada bayi yang minum ASI atau penyebab
produksi ASI yang tidak memadai, adalah :
(b)
Dari pihak
bayi
o Kelainan anatomik :
§ Sumbing pada bibir/palatum
§ Deformitas fasial lainnya
§ Kelainan gastrointestinal
o Kelainan fisiologik :
§ Frekuensi menyusui yang kurang sering
o Masalah organik :
§ Kebutuhan kalori yang meningkat : infeksi
§ Prematuritas
§ Kelainan organik lainnya : kelainan SSP (Susunan
Saraf Pusat), gangguan metabolik, malabsorpsi
o Faktor psikologik :
§ Bayi yang ‘‘stres’’, bayi yang ‘‘sulit’’
(c)
Dari pihak ibu
o Kelainan anatomik :
§ Payudara yang telah diangkat
§ Jaringan payudara yang hipoplastik
§ Puting inversi
§ lainnya
o Kelainan fisiologik :
§ Payudara yang jarang disusu atau lamanya menyusu
yang kurang.
§ Hambatan refleks ‘‘let down’’ : stres, kelelahan,
depresi, obat-obatan misal pil KB yang mengandung estrogen, ibu perokok/peminum
alkohol yang berat dan sebagainya.
§ Gizi ibu menyusui yang kurang baik, diit ibu yang
terlalu ketat, penurunan berat badan ibu yang terlalu drastis.
o Masalah organik :
§ Ibu sedang menderita sakit
§ Gangguan hormonal
§ Ibu hamil lagi
o Faktor fisikologk :
§ Ibu yang mengalami depresi, cemas, sedang ada
masalah, ibu yang terlalu tergantung, juga ibu yang kurang mendapat dukungan
dari suami/keluarganya dalam menyusui bayinya.
(d)
Kombinasi
faktor bayi dan ibu
o Masalah struktural :
§ Ketidak cocokan : mulut bayi yang kecil, tali lidah
yang pendek, payudara yang besar, puting datar.
§ Penggunaan ‘‘nipple shield’’ atau empongan
o Faktor fisiologik :
§ Pemberian suplemen makanan lain selain ASI yang
terlalu cepat atau suplemen yang membuat bayi kenyang.
§ Bayi yang kurang disusui : ada bayi yang rewel/ada
yang puas.
o Faktor psikologik :
§ Bayi yang dirawat terpisah dengan ibunya.
§ Bayi yang diterlantarkan atau bayi yang mendapatkan
perlakuan salah.
§ Penyebab lain, misalnya ruang yang terlalu bising,
menghentikan menyusui sebelum bayi selesai menyusu, dll.
b.
Ikterus pada
bayi menyusu ASI
Ikterus karena ASI sangat jarang terjadi. Terjadinya ikterus tersebut
karena hormon 3-alfa
20-beta-pregnane-diol pada ASI yang mengadakan inhibisi pada enzim
glukuronil-transferase pada hepar bayi. Penyebab lain adalah asam lemak bebas
terutama asam linoleat pada ASI yang mengadakan inhibisi pada enzim glukuronil
transferase. Sedangkan pendapat terbaru menekankan pada jalur enterohepatik
yang menyebabkan meningkatnya reabsorbsi bilirubin indirek dari usus bayi,
kemungkinan karena efek yang tidak diketahui pada ASI terhadap saluran
pencernaan.
Dari penelitian terakhir ternyata tidak ada perbedaan yang bermakna
antara konsentrasi bilirubin pada bayi yang minum ASI dan susu formula pada 4
hari pertama. Kenaikan yang bermakna dari bilirubin indirek pada bayi yang
ikterus oleh karena ASI biasanya pada pada hari ke 4-7, walaupun sering pula
terjadi pada minggu ke 2-3. Penghentian menyusui untuk 1-3 hari biasanya untuk
diagnosis, hasilnya akan terdapat penurunan yang cepat kadar bilirubin sampai
setengahnya. Kalau bilirubin tidak menurun setelah ASI diberhentikan sementara
tersebut, maka harus dicari penyebab lain.
Gejala dan penatalaksanaan :
(a)
Timbulnya
setelah bayi umur 4 hari.
(b)
Tidak terdapat
kenaikan bilirubin direk.
(c)
ASI
diberhentikan kalau ada bahaya terjadinya kern ikterus yaitu bila bilirubin
indirek lebih dari 20 mg/100cc pada bayi matur, atau lebih dari 15 mg/100cc
pada bayi BBLR yang sehat.
(d)
Bayi tampak
sehat.
(e)
Perjalanan
ikterus karena ASI (yang ASInya diteruskan) puncaknya pada minggu ke 2-3,
dengan penurunan secara bertahap pada minggu ke 6-8.
(f)
Tidak perlu
fototerapi. Ikterus karena ASI tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.
c.
Bayi lahir
melalui seksio sesaria
Bila pada seksio digunakan anastesi umum, bayi bisa mulai disusukan
setelah ibu sadar dengan bantuan tenaga perawat/bidan. Efek narkose pada bayi
yang diterimanya baik melalui plasenta ataupun melalui ASI dapat mengakibatkan
bayi lemah dan malas menyusu. Kalau ibu dan bayi keadaan umumnya baik tanpa ada
komplikasi, maka harus segera dilakukan rawat gabung.
Adalah umum terjadi kenaikan suhu ringan setelah operasi, tetapi ini
bukan kontraindikasi untuk menyusui. Posisi memegang bola (foot ball) lebih cocok untuk ibu seksio oleh karena bayi tidak
menekan bekas luka operasi. Atau dengan posisi miring, dengan bayi berada
disamping ibu.
d.
Bayi kembar
Dengan meningkatnya rangsangan untuk produk ASI yang datang dari 2 bayi,
maka ASI selalu cukup untuk kedua bayi kembar tersebut. Tetapi kita harus
memperhatikan diit ibu harus mengandung kalori lebih tinggi, ekstra minum,
cukup protein dan vitamin, agar produksi ASI mencukupi kebutuhan bayi dan
status gizi ibu terpelihara.
Bayi dapat diusui keduanya secara bersamaan pada kedua payudara ibu, dengan
3 posisi secara bergantian tergantung posisi mana yang dianggap nyaman oleh
ibu. Tiga posisi tersebut, yang dapat dilakukan pada kedua bayi secara
bersamaan adalah:
(a)
Tiap bayi
menyusu dengan posisi foot ball.
(b)
Tiap bayi
menyusu dengan posisi sejajar dengan tubuh ibu.
(c)
Kedua bayi
menyusu saling menyilang di depan tubuh ibu.
Bagi ibu yang terpaksa menyusui bayinya secara
bergantian, mulailah lebih dahulu dengan menyusui bayi lebih kecil.
Bayi kembar sering tumbuh pada tingkatan yang
berbeda, yang satu lebih gemuk dari yang lain, tergantung frekuensi menyusu
oleh masing-masing bayi.
e.
Bayi dengan
kelainan anatomi bibir dan palatum
Banyak orang mengira bahwa bayi sumbing tidak mungkin dapat menyusu.
Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena dengan kesabaran dan ketelatenan
ibu, maka banyak ibu yang berhasil menyusui bayinya sendiri. Untuk itu
diperlukan dukungan dari keluarga maupun dari petugas kesehatan.
Contoh :
a)
Bayi yang
sumbing pada langit-langit lunak (palatum
mole), bayi dapat menyusu tanpa kesulitan apabila bayi disusukan dalam
posisi tegak, agar ASI tidak masuk kedalam hidung.
Karena ada kecenderungan ASI keluar hidung pada bayi tersebut, maka ibu
dianjurkan untuk sering-sering menghentikan menyusui untuk memberikan kesempatan bayi bernapas.
Kesukaran terberat adalah pada minggu-minggu pertama, tetapi itu tidak berarti
tidak mungkin menyusui pada bayi dengan sumbing langit-langit.
b)
Sumbing hanya
pada bibir atas saja, maka bayi dapat menyusu sambil ibu menutup sumbing
tersebut dengan jarinya agar bayi dapat mengisap dengan sempurna. Kadang-kadang
terdengar bunyi pada saat bayi sedang menyusu.
Proses menyusui pada anak dengan sumbing ini memungkinkan, karena
mekanisme menyusu tidak terganggu, asalkan dilakukan dengan teknik menyusui
yang baik dan benar.
c)
Yang paling
sulit bilamana terdapat sumbing ganda, yaitu sumbing pada langit-langit
keras/lunak dan bibir, sehingga bayi sulit menghisap puting susu dengan
sempurna.
Untuk bayi yang demikian, ibu dapat mengeluarkan ASI dengan tangan/pompa
kemudian diberikan dengan
sendok/pipet/dot khusus. Atau dapat pula dikonsutasikan pada Ahli Bedah Mulut
untuk sementara dipasang suatu alat yang memudahkan proses menyusui, sambil
menunggu saat dioperasi.
Sementara setelah bayi menjalani operasi, ASI dapat diperas dengan tangan/pompa
dan diberikan pada bayi melalui pipet/sendok.
10)
Menyusui
Dikaitkan dengan Kondisi Ibu
a.
Ibu bekerja
Walaupun ibu bekerja sebaiknya terus menyusui bayinya. Dianjurkan untuk
mengikuti cara-cara dibawah ini untuk mencegah penurunan produksi ASI dan penyapihan
yang terlalu dini :
a)
Sebelum ibu
berangkat bekerja bayi harus disusui. Selanjutnya ASI diperas dan disimpan
untuk diberikan pada bayi selama ibu bekerja, disamping susu formula kalau
masih diperlukan.
b)
Bila mungkin,
ibu pulang untuk menyusui pada tengah hari.
c)
Bayi disusui
lebih sering setelah ibu pulang kerja dan pada malam hari.
d)
Tidak
menggunakan susu formula pada hari libur.
e)
Tidak mulai
bekerja terlalu cepat setelah melahirkan, tunggu 1-2 bulan untuk meyakinkan
lancarnya produksi ASI dan masalah pada awal menyusui telah teratasi. Kalau ibu
ingin memberikan susu formula dengan menggunakan botol, maka dapat dicoba
setelah ibu yakin bahwa bayinya telah mampu menyusu pada ibu dengan baik, untuk
menghindari bayi bingung puting.
b.
Penyakit
kronis/berat pada ibu
Pada ibu dengan TBC aktif, asal sudah mendapatkan pengobatan, ibu masih
tetap boleh menyusui. Sedangkan pada bayinya dapat segera diimunisasi BCG dan
diberikan INH profilaksis.
Sedangkan pada ibu yang sakit berat biasanya produksi ASInya menurun.
Asal ibu mendapat pengobatan dan diit yang baik, maka setelah ibu sembuh bisa
menyusui kembali bayinya. Pada ibu-ibu yang malnutrisi, produksi ASI lebih
sedikit daripada ibu yang gizinya baik. Dengan suplementasi makanan, maka
produksi ASI bisa ditingkatkan.
Pada ibu yang menderita hepatitis B atau AIDS, masih terdapat beberapa
pendapat. Ada yang menganjurkan agar ASI tetap diberikan kepada bayi, terutama
untuk dinegara-negara berkembang, karena nilai gizi ASI yang tinggi dan adanya
zat anti yang terdapat pada ASI. Tetapi ada pula yang menentang pemberian ASI
tersebut, dengan alasan bayi belum tentu ketularan ibunya pada saat mereka
lahir, sehingga perlu dicegah penularan melalui ASI yang mungkin terkontaminer
virus hepatitis B/HIV, misalnya akibat dari puting susu ibu yang lecet, atau
sebab lannya. Penularan vertikal dari ibu yang menderita AIDS pada bayinya
berkisar antara 25% sampai 50%.
Penelitian di Taiwan membuktikan bahwa ASI cukup aman untuk bayi. Pada 11
bayi yang menyusui dari ibu yang menderita hepatitis C, ternyata pada evaluasi
sampai bayi usia 1 tahun, tidak menunjukan adanya hepatitis-C pada bayi
tersebut.
c.
Ibu dengan
diit tertentu
a)
Ibu vegetarian
Bila dalam diit ibu masih ada susu dan telor, maka tidak ada masalah
dalam laktasi. Tetapi bila ibu vegetarian murni dan sama sekali tidak
mengkonsumsi protein hewani, maka ibu dan bayinya akan kekurangan vitamin B12.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka pada diit ibu harus ditambahkan suplemen
vitamin B12 setiap harinya.
b)
Ibu diabetes
melitus
Ibu penderita diabetes melitus tetapi dianjurkan untuk menyusui bayinya.
Pada kedaan seperti ini, harus diperhatikan :
d) Kebutuhan insulinnya akan berkurang.
e) Pada saat melahirkan dan beberapa hari setelahnya,
kadar gula ibu sangat bervariasi.
f) Sering terjadi laktosuria yang dapat disangka
glukosuria.
g) Kemungkinan menderita mastitis atau abses payudara
lebih besar.
d.
Pemberian
obat-obatan pada ibu menyusui
Bila obat diberikan pada ibu menyusui, yang perlu diketahui adalah :
a)
Berapa banyak
obat tersebut dikeluarkan melaui ASI.
b)
Berapa banyak
obat tersebut yang diserap oleh bayi.
c)
Sejauh mana
obat tersebut mempengaruhi laktasi.
e.
Menyusui pada
waktu hamil
Menyusui pada saat ibu sedang hamil bukan sebagai faktor resiko untuk
melahirkan bayi prematur atau mengganggu pertumbuhan janin intrauterin, asalkan
ibu sehat, mendapat diit yang baik serta tidak terdapat kontraindikasi.
Penyapihan dapat dilakukan secara bertahap yaitu sampai usia kehamilan 5-6
bulan, karena setelah trimester kedua pertumbuhan janin sangat pesat. Sering
kali anak tidak mau menyusu dengan sendirinya kalau ibunya sedang hamil, hal
ini disebabkan adanya perubahan hormonal pada ibu hamil yang menyebabkan
menurunnya produksi ASI dan puting susu menjadi lunak. Penyapihan juga bisa
datang dari ibunya, karena adanya perasaan yang kurang nyaman, mual/muntah,
atau kelelahan pada ibunya. Penyapihan yang mendadak hanya dilakukan kalau
terdapat resiko untuk melahirkan prematur, yaitu anamnesis terdapat
abortus/kelahiran prematur, terdapat kehamilan kembar, adanya tanda-tanda
abortus/kelahiran prematur, terdapat penurunan berat badan ibu/tidak
menunjukkan kenaikan berat badan setelah trimester pertama kehamilan dan pada
ibu dengan hiperemesis.
Diit harus diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan produksi ASI.
4. Kesimpulan
Ada 3 bagian utama payudara, Korpus
(badan), Areola, Papilla atau putting. Struktur payudara terdiri dari tiga
bagian, yaitu kulit, jaringan sub kutan (jaringan bawah kulit), dan corpus
mamae. Corpus mamae terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu
struktur yang terdiri dari duktusLaktiferus (Duktus), Duktulus (Duktuli), Lobus
dan Alveolus.
Dukungan Bidan dalam pemberian ASI
yaitu: biarkan bayi bersama ibunya segera setelah dilahirkan selama beberapa
jam pertama, ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul, bantu ibu pada waktu pertama kali menyusui, bayi
harus ditempatkan dengan ibunya dikamar yang sama (rawat gabung/roming in),
memberikan ASI pada bayi sesering mungkin, hanya berikan kolostrum dan ASI
saja, hindari susu botol dan dot empeng.
Manfaat pemberian ASI bagi bayi: dapat
membantu memulai kehidupannya dengan baik, mengandung antibody, ASI mengandung
komposisi yang tepat, memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan
antara ibu dan bayi, terhindar dari alergi, ASI meningkatkan kecerdasan bagi
bayi, membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi. Bagi Ibu:
aspek kontrasepsi, aspek kesehatan Ibu, aspek penurunan berat badan, aspek psikologis.
Bagi Keluarga: aspek ekonomi, aspek psikologi, aspek kemudahan. Bagi negara: menurunkan
angka kesakitan dan kematian bayi, menghemat devisa Negara, mengurangi subsidi
untuk rumah sakit, meningkatkan kualitas generasi penerus.
Komposisi Gizi dalam ASI yaitu kolostrum, ASI masa Transisi dan ASI
mature. Upaya Memperbanyak ASI antara lain dengan makanan, ketenangan
jiwa dan fikiran, penggunaan alat kontrasepsi, perawatan payudara, anatomis
payudara, fisiologi, faktor istirahat, faktor Isapan anak, faktor obat-obatan.
Tanda bayi cukup ASI: bayi berkemih 6 kali dalam 24 jam dan warnanya
jernih sampai kuning muda, bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
dengan bentuk berbiji, bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan
tidur cukup, bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam, payudara ibu
terasa lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui, ibu dapat merasakan rasa
geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu, bayi bertambah berat
badannya.
ASI Eksklusif diberikan sejak umur 0 hari sampai 6 bulan. ASI adalah
suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang
disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan terbaik untuk
bayi.
Pemijatan pada daerah tengkuk dan punggung sejajar dengan payudara akan
mengakibatkan rangsangan saraf diteruskan ke kelenjar hipofisis bagian belakang
yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi kontraksi otot polos
yang mengelilingi alveolus dan saluran susu. Melalui kontraksi inilah yang akan
menyebabkan air susu mengalir turun ke sinus lactiferous sehingga ASI dipompa
keluar (refleks aliran/let down reflex).
Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui, yaitu : berbaring miring.
Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau ibu merasa
lelah atau merasa nyeri, duduk. Penting untuk memberikan topangan atau sandaran
pada punggung ibu, dalam posisinya tegak lurus (90 derajat) terhadap
pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat
tidur atau dilantai, atau duduk dikursi.
Masalah dalam pemberian ASI: puting nyeri/lecet, payudara bengkak,
saluran susu tersumbat, mastitis, abses payudara, kelainan anatomis pada
puting, bayi enggan menyusu dan kegagalan menyusu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar