Sabtu, 01 November 2014

2. Proses Laktasi dan Menyusui


1.    Tujuan
Setelah mempelajari materi pada BAB ini diharapkan mahasiswa mampu:
1)      Menjelaskan anatomi dan fisiologi payudara
2)      Menguraikan dukungan bidan dalam pemberian ASI
3)      Menjelaskankan komposisi gizi dalam ASI
4)      Menjelaskan cara memperbanyak ASI
5)      Menyimpulkan tanda bayi cukup ASI
6)      Menjelaskan tentang ASI eksklusif
7)      Menjelaskan cara perawatan payudara
8)      Menjelaskan cara menyusui yang benar
9)      Menyebutkan masalah dalam pemberian ASI

2.    Uraian Isi Pelajaran
Pada BAB ini menguraikan tentang:
1)     Anatomi dan fisiologi payudara
2)     Dukungan bidan dalam pemberian ASI
3)     Komposisi gizi dalam ASI
4)     Cara memperbanyak ASI
5)     Tanda bayi cukup ASI
6)     ASI eksklusif
7)     Cara perawatan payudara
8)     Cara menyusui yang benar
9)     Masalah dalam pemberian ASI


3.    Penjelasan Teori
4.1  Anatomi dan Fisiologi Payudara
Secara vertical payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara Horisontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aklaris medialis. Kelenjar susu berada dijaringan sub kutan, tepatnya diantara jaringan sub kutan superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor.
Ukuran normal 10-12 cm dengan berat pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas fungsionalnya. Payudara menjadi saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.
Ada 3 bagian utama payudara, Korpus (badan), Areola, Papilla atau putting. Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap.
Putting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknyapun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut.
Ada empat macam bentuk putting yaitu bentuk yang normal/umum, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk putting initidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa putting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi putting tidak lentur terutama pada bentuk putting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bisa menyusu dengan baik.


Gambar 2.1 Gambar Bentuk Puting Payudara


Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, jaringan sub kutan (jaringan bawah kulit), dan corpus mamae. Corpus mamae terdiri daribparenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari duktusLaktiferus (Duktus), Duktulus (Duktuli), Lobus dan Alveolus.
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40 duktuli. Duktulus bercabang 10-100 alveolus dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (system duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada putting susu akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Didaerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus, tapi duktulus yang perlahan selanjutnya disusun pada sekelompok alveoli. Didalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.

Gambar 2.2 Anatomi Payudara


4.2  Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
1.      Biarkan bayi bersama ibunya segera setelah dilahirkan selama beberapa jam pertama.
a.       Membina hubungan/ ikatan disamping pemberian ASI
b.      Memberikan rasa hangat dengan membaringkan dan menempelkan pada kulit ibunya dan menyelimutinya
Segera susui bayi maksimal setengah jam pertama setelah persalinan. Hal ini sangat penting apakah bayi akan mendapat cukup ASI atau tidak. Hal ini didasari oleh hormone pembuat ASI, antara lain hormone prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormone oksitosin. Hormone oksitosis bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan melalui putting susu.
Apabila bayi tidak menghisap putting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormone prolaktin akan turun dan sulit merangsan prolaktin sehingga ASI baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih.
2.      Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.
Perawatan yang dilakukan bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga pemperlancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 hari sekali. Agar tujuan perawatan dapat tercapai, bidan melakukan perawatan ppayudara. Mengupayakan tangan dan putting susu tetap bersih, jangan mengoleskan krim, minyak, alcohol atau sabun pada putting susu.
3.      Bantu ibu pada waktu pertama kali menyusui
Segera susui bayi maksimal setengah jam pertama setelah melahirkan. Hal ini sangat penting apakah bayi akan mendapat cukup ASI atau tidak. Ini didasari oleh peran hormone pembuat ASI, antara lain hormone prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Hormone oksitosin bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan melalui putting susu.
Posisi menyusui yang benar
a.       Berbaring miring
b.      Duduk
4.      Bayi harus ditempatkan dengan ibunya dikamar yang sama (rawat gabung/roming in).
Tujuan rawat gabung :
a.       Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja dan dimana saja dan dapat menunjukkan tanda-tanda yang menunjukkan bayi lapar
b.      Ibu dapat meelihat dan memahami cara perawatan bayi secara benar yang dilakukan oleh bidan, serta mempunyai bekal ketrampilan merawat bayi setelah ibu pulang kerumahnya.
c.       Dapat melibatkan suami/keluarga klien secara aktif untuk membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya.
5.      Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
Menyusui bayi secara tidak dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhan nya. Ibu harus menyusuibayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dll) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara kekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tidak dijadwal sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul.
Bagi ibu menyusui yang bekerja
a.       Susui bayi sesering mungkin selama ibu cuti bekerja, minimal 2 jam sekali
b.      Susuilah bayi sebelum berangkat kerja dan segera setelah ibu tiba dirumah
c.       Selama ditempat kerja, ASI selalu dikeluarkan, lalu dimasukkan kedalam wadah yang bersih dan tertutup kemudian simpan dalam lemari es atau termos es. Berikan pada bayi dengan sendok kecil.
d.      Ibu harus cukup istirahat dan banyak minum dan makan makanan yang bergizi agar ASI lancer.
6.      Hanya berikan kolostrum dan ASI saja
ASI dan kolostrum adalah makanan terbaik bagi bayi. Kolostrum dikeluarkan pada hari pertama setelah persalinan, jumlah kolostrum akan bertambah dan mencapai komposisi ASI sekitar 3-14 hari.
7.      Hindari susu botol dan dot empeng
Bayi yang menggunakan susu botol dan kempengan biasanya akan mengalami bingung putting. Kebiasaan ini akan membentukpribadi anak menjadi malas dan kurang berusaha.

4.3  Manfaat Pemberian ASI
1.      Bagi bayi
a.       Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.
b.      Mengandung antibody
c.       ASI mengandung komposisi yang tepat
d.      Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi
e.       Terhindar dari alergi
f.       ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
g.      Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi
2.      Bagi Ibu
a.       Aspek Kontrasepsi
b.      Aspek Kesehatan Ibu
c.       Aspek Penurunan berat badan
d.      Aspek Psikologis
3.      Bagi Keluarga
a.       Aspek Ekonomi
b.      Aspek Psikologi
c.       Aspek Kemudahan
4.      Bagi Negara
a.       Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
b.      Menghemat devisa Negara
c.       Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
d.      Meningkatkan kualitas generasi penerus

4.4  Komposisi Gizi dalam ASI
1.      Kolostrum
2.       ASI masa Transisi
3.      ASI mature

4.5  Upaya Memperbanyak ASI
1.      Makanan
2.      Ketenangan jiwa dan fikiran
3.      Penggunaan alat kontrasepsi
4.      Perawatan payudara
5.      Anatomis payudara
6.      Fisiologi
7.      Faktor Istirahat
8.      Faktor Isapan anak
9.      Faktor obat-obatan

4.6  Tanda Bayi Cukup ASI
1)      Bayi berkemih 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda
2)      Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan dengan bentuk berbiji
3)      Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup
4)      Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam
5)      Payudara ibu terasa lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui
6)      Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu
7)      Bayi bertambah berat badannya.

4.7  ASI Eksklusif
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan bayi-baik gizi, imunologi, atau lainnya-pemberian ASI memberi kesempatan bagi ibu mencurahkan cinta kasih serta perlindungan kepada anaknya. Fungsi ini tidak mungkin dapat dialihkan kepada ayah/suami dan merupakan suatu kelebihan kaum wanita. ASI eksklusif diberikan sejak umur 0 hari sampai 6 bulan.

4.8  Cara merawat payudara (Pijat Oksitosin)
1)      Pengertian
Pemijatan refleks oksitosin adalah suatu tekhnik pemijatan yang dilakukan pada tengkuk dan daerah punggung (sejajar dengan daerah payudara).
2)      Tujuan
a.       Merangsang produksi ASI
b.      Menghilangkan atau mengurangi payudara tersumbat (engorgement)
3)      Patofisiologi
Pemijatan pada daerah tengkuk dan punggung sejajar dengan payudara akan mengakibatkan rangsangan saraf diteruskan ke kelenjar hipofisis bagian belakang yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi kontraksi otot polos yang mengelilingi alveolus dan saluran susu. Melalui kontraksi inilah yang akan menyebabkan air susu mengalir turun ke sinus lactiferous sehingga ASI dipompa keluar (refleks aliran/let down reflex). 
4)      Keselamatan kerja
a.       Pastikan privacy klien benar-benar terjaga.
b.      Lakukan pencegahan infeksi sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan.
5)      Alat-alat
a.       Meja
b.      Kursi atau balon pilates
c.       Karpet
6)      Prosedur pelaksanaan
No
Langkah – langkah
1
Beri informasi tentang tindakan yang akan dilakukan.
Bicara dengan sopan dan ramah serta pertahankan kontak mata.
2
Siapkan alat yang akan digunakan.
Kursi dan meja atau balon pilates dan karpet.
3
Siapkan lingkungan.
Pastikan ruangan tertutup untuk menjaga privacy klien.
Atur posisi klien.
Pastikan ibu dalam keadaan rileks. Persilahkan ibu untuk melepaskan pakaian bagian atas, duduk dikursi kemudian membantu mengambil posisi menunduk pada meja. Atau persilahkan duduk diatas karpet dengan kedua kaki diselonjorkan sambil memeluk balon pilates.
4
Lakukan cuci tangan
Cuci tangan efektif dengan 7 langkah. Cuci tangan dengan air dan sabun serta membilasnya dibawah air mengalir. Keringkan dengan handuk pribadi jangan gunakan handuk yang menggantung.
5
Posisikan kedua tangan ditengkuk klien.
Posisikan kedua ibu jari berhadapan buat gerakan melingkar dari arah dalam keluar sampai punggung bawah.
6
Letakkan kedua ibu jari dipunggung sejajar payudara.
Buat gerakan ke atas dan ke bawah sampai punggung bawah.
7
Beritahu klien bahwa tindakan telah selesai dan rapikan klien
8
Cuci tangan efektif dan keringkan dengan handuk pribadi.
Pendokumentasian.

4.9  Cara menyusui yang benar
Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui, yaitu :
1)      Berbaring miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau ibu merasa lelah atau merasa nyeri.
2)      Duduk. Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu, dalam posisinya tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat tidur atau dilantai, atau duduk dikursi.
Posisi berbaring miring atau duduk (dengan punggung dan kaki ditopang) memaksimalkan bentuk payudaranya dan memberi ruang untuk menggerakan bayinya ke posisi yang baik. Badan bayi harus dihadapkan ke arah badan ibu dan mulutnya dihadapkan pada puting susu ibu. Leher bayi harus sedikit ditengadahkan. Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi kepala yang agak tengadah dapat dipertahankan. Kepala dapat ditopang dengan jari-jari tangan yang terlentang atau pada lekukan siku ibunya. Mungkin akan membantu jika bayi dibungkus, sehingga tangannya berada disamping badan. Bila mulut bayi disentuhkan dengan lembut ke puting susu ibunya, ia akan membuka mulutnya lebar-lebar (refleks rooting).
Gambar 2.3 Posisi Ibu Menyusui



Tanda bayi telah berada dalam posisi menyusu yang baik
1
Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu
2
Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara
3
Areola tidak terlihat jelas
4
Bayi terlihat melakukan isapan yang lamban dan dalam serta menelan ASI-nya
5
Bayi terlihat tenang dan senang
6
Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada puting susu

Para ibu dapat diajarkan memperagakan menyentuh bibir atas bayi dengan puting susu ibu. Sasarannya adalah memosisikan bibir bawah paling sedikit 1.5 cm dari pangkal puting susu. Bayi harus mengulum sebagian besar areola puting ke dalam mulutnya, bukan hanya ujung puting susunya. Hal ini akan memungkinkan bayi menarik sebagian dari jaringan payudara masuk ke dalam mulutnya, bukan hanya ujung puting susunya. Hal ini akan memungkinkan bayi menarik sebagian dari jaringan payudara masuk ke dalam mulutnya dengan lidah dan rahang bawah. Bila diposisikan dengan benar, sinus laktiferus akan berada didalam rongga mulut bayi. Puting susu akan masuk sampai sejauh langit-langit lunak (velum palatinum) dan bersentuhan dengan langit-langit tersebut. Sentuhan ini akan merangsang refleks menghisap. Rahang bawah bayi menutup pada jaringan payudara, pengisapan akan terjadi dan puting susu ditangkap dengan baik didalam rongga mulut, sementara lidah memberi penekanan yang berulang-ulang secara teratur sehingga ASI akan keluar dari duktus laktiferus.
Bayi harus ditempatkan dekat ibunya dikamar yang sama (rawat gabung, rooming in). Dengan demikian, ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukan bahwa bayinya lapar. Bila ibu terpisah tempatnya dari bayi, ia akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda tersebut.
            Langkah-langkah menyusui yang benar :
a.       Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan disekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai disinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
b.      Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
a)   Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b)   Bayi dipegang pada bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c)    Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu didepan.
d)  Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e)   Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f)    Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
c.       Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya saja.
d.      Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara :
a)   Menyentuh pipi dengan puting susu atau,
b)   Menyentuh sisi mulut bayi.
e.       Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi :
a)   Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada puting susu ibu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.
b)   Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang lagi.
Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat:
(a)    Bayi tampak tenang,
(b)   Badan bayi menempel pada perut ibu,
(c)    Mulut bayi terbuka lebar,
(d)   Dagu menempel pada payudara ibu,
(e)    Sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi,
(f)    Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan,
(g)   Puting susu ibu tidak terasa nyeri,
(h)   Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus,
(i)     Kepala tidak menengadah.
f.       Melepas isapan bayi, setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi :
a)        Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau,
b)        Dagu bayi ditekan kebawah.
g.      Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan disekitar kalang payudara, biarkan kering dengan sendirinya.
h.      Menyendawakan bayi, tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah :
a)        Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan.
b)        Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

4.10               Masalah dalam pemberian ASI
Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah :
1)   Puting Nyeri/Lecet :
a.    Penyebab :
a)    Kebanyakan puting nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi tidak menyusu sampai kalang payudara. Bila bayi menyusu hanya pada puting susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus, sedangkan pada ibunya akan terjadi nyeri/kelecetan pada puting susunya.
b)   Selain itu puting yang lecet juga dapat disebabkan oleh moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
c)    Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu.
d)   Keadaan ini juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum lingue) yang pendek, sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai kalang payudara dan hisapan hanya pada putingnya saja.
e)    Rasa nyeri ini juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati.
b.   Penatalaksanaan
a)    Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal/yang lecetnya lebih sedikit. Untuk menghindari tekanan lokal pada puting, maka posisi menyusui harus sering dirubah. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Disamping itu kita harus yakin bahwa teknik menyusui bayi adalah benar, yaitu bayi harus menyusu samapai ke kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan tangan/pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas, atau pipet.
b)   Setiap kali habis menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-anginkan sebentar agar kering dengan sendirinya. Karena bekas ASI berfungsi sebagai pelembut puting dan sekaligus sebagai anti infeksi.
c)    Jangan menggunakan sabun, alkohol atau zat iritan lainnya untuk membersihkan puting susu.
d)   Pada puting susu bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak terlebih dahulu.
e)    Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi yang tidak begitu lapar akan menyusu tidak terlalu rakus.
f)    Periksalah apakah bayi tidak menderita moniliasis, yang dapat menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Kalau diketemukan gejala moniliasis, dapat diberikan nistatin.
c.    Pencegahan
a)    Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim, atau zat-zat iritan lainnya.
b)   Sebaiknya untuk melepaskan puting dari hisapan bayi pada saat bayi selesai meyusu, tidak dengan memaksa menarik puting, tetapi dengan menekan dagu bayi dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi.
c)    Posisi menyusu harus benar, yaitu harus menyusu sampai ke kalang payudara dan meggunakan kedua payudara.
2)   Payudara Bengkak
a.    Penyebab :
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan. Stasis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intraduktal, yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti penurunan produksi ASI dan penurunan refleks let down. B.H. yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.
b.   Gejala :
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sukar disusu oleh bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, puting lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi. Bila keadaan sudah demikian, kulit pada payudara nampak lebih mengkilat, ibu merasa demam dan payudara terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan/pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusu.
c.    Penatalaksanaan :
a)    Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
b)   Kompres dingin untuk mengurangi stasis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Bisa dilakukan selang seling dengan kompres panas, untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
c)    Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan ASI dan menurunkan tegangan payudara.
d.   Pencegahan :
a)    Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
b)   Susukan bayi tanpa dijadwalkan.
c)    Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi.
d)   Melakukan perawatan payudara pasca natal secara teratur.
3)   Saluran Susu Tersumbat
a.    Penyebab :
a)    Tekanan jari ibu pada waktu menyusui.
b)   Pemakaian BH yang terlalu ketat.
c)    Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan.
b.   Gejala :
a)    Pada wanita yang kurus, gejala berupa benjolan yang terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan.
b)   Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang terlokalisir.
c.    Penatalaksanaan :
Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat sehingga benar-benar sembuh, untuk menghindari terjadinya radang payudara (mastitis).
a)    Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta kompres panas dan dingin secara bergantian.
b)   Ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali setelah menyusui, bila payudara masih terasa penuh.
c)    Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.
d.   Pencegahan :
a)    Perawatan payudara pasca natal secara teratur, untuk menghindari terjadinya stasis aliran ASI.
b)   Posisi menyusui yang diubah-ubah.
c)    Mengenakan BH yang menyangga, bukan yang menekan.
4)   Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara.
a.    Penyebab :
a)    Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis.
b)   Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
c)    BH yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement. Kalau tidak disusu dengan adekuat, bisa terjadi mastitis.
d)   Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah terkena infeksi.
b.   Gejala :
a)    Bengkak, nyeri seluruh payudara/nyeri lokal.
b)   Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.
c)    Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol).
d)   Panas badan dan rasa sakit umum.
c.    Penatalaksanaan :
a)    Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena selama dan sesering mungkin, agar payudara kosong, kemudian pada payudara yang normal.
b)   Berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah panas pada payudara yang terena.
c)    Ubahlah posisi menyusui dari waktu-kewaktu, yaitu dengan posisi tiduran, duduk atau posisi memegang bola (foot ball position).
d)   Pakailah baju/B.H. longgar.
e)    Istirahat yang cukup, makanan yang bergizi.
f)    Banyak minum sekitar 2 liter per hari.
g)   Dengan cara-cara seperti tersebut diatas biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi bila dengan cara-cara tersebut diatas tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan antibiotika selama 5-10 hari dan analgesik.
5)   Abses Payudara
Merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis.
a.    Gejala
a)    Ibu tampak lebih parah sakitnya,
b)   Payudara lebih merah mengkilap,
c)    Benjolan lebih lunak karena berisi nanah.
b.   Penatalaksanaan
a)    Bila benjolan berisi nanah maka perlu diinsisi untuk mengeluarkan nanah tersebut.
b)   Pada abses payudara perlu diberikan antibiotika dosis tinggi dan analgesik.
c)    Sementara bayinya hanya disusukan tanpa dijadwal pada payudara yang sehat saja.
d)   Sedangkan ASI dari payudara yang sakit diperas sementara (tidak disusukan). Setelah sembuh, bayi bisa disusukan kembali.
6)   Kelainan Anatomis pada Puting (inverted, flat nipple).
Untuk diagnosis apakah puting ada kelainan apakah tidak, yaitu dengan cara menjepit kalang payudara antara ibu jari telunjuk dibelakang puting susu. Kalau puting menonjol maka puting tersebut adalah normal, tetapi kalau puting tidak menonjol itu berarti puting inversi/datar.
Pada puting yang mengalami kelainan seperti tersebut diatas, apakah sudah diketahui pada masa kehamilan, maka harus dilakukan masase dengan teknik hoffman secara teratur. Dengan masase ini diharapkan puting akan lebih protaktil. Apabila sampai melahirkan puting masih inversi/diketahui setelah bayi lahir, maka :
a.    Bila hanya satu puting yang terkena, maka bayi pertama-tama disusukan pada puting susu yang normal. Karena dengan menyusukan pada puting yang normal maka sebagian kebutuhan bayi akan terpenuhi, sehingga bayi akan mau mencoba menyusu pada puting yang terkena, disamping itu juga mengurangi kemungkinan lecetnya puting.
b.    Kompres dingin pada puting yang terkena sebelum menyusui akan menambah prolaktilitas dari puting.
c.    Dengan teknik hoffman dan menggunakan breast shield pada waktu tidak menyusui akan menambah protaktilitas.
Kalau dengan semua cara tersebut diatas tetap tidak dapat dikoreksi, maka ASI dikeluarkan dengan tangan/pompa kemudian diberikan dengan sendok/pipet. Karena tidak semua kelainan puting dapat dikoreksi.
7)   Bayi Enggan Menyusu
a.    Penyebab :
a)    Bayi pilek, sehingga pada waktu menyusu sulit bernapas.
b)   Bayi sariawan/moniliasis, sehingga nyeri pada waktu menghisap.
c)    Bayi tidak rawat gabung, yang sudah pernah minum dengan menggunakan botol dot.
d)   Bayi ditinggal lama karena ibu sakit/bekerja.
e)    Bayi bingung puting.
f)    Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek.
g)   Teknik menyusui yang salah.
h)   ASI kurang lancar/yang terlalu deras memancar.
i)     Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini. Sebaiknya pemberian ASI ekslusif sampai bayi berumur 4 bulan.
b.   Penatalaksanaan :
a)    Pada bayi yang moniliasis, harus diobati moniliasisnya.
b)   ASI yang terlalu deras memancar, sebelum menyusui harus dikeluarkan sedikit.
8)   Kegagalan Menyusui
Tanda-tanda bayi yang mendapat cukup ASI, yaitu :
a.       Tanyakan pada ibunya berapa kali mengganti popok setiap harinya. Bayi yang cukup ASI akan kencing 6-8 kali dalam sehari.
b.      Terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram, perbulan.
c.       Bayi menyusu sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari.
d.      Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif.
Apabila bayi tumbuh baik dan kencingnya cukup, tidak perlu ibu khawatir kalau:
a.    Bayi menyusu sering, 8-12 kali perhari.
b.   Bayi tampak lapar. ASI dicerna lebih cepat daripada susu formula dan lebih sesuai untuk usus bayi yang masih belum matur. Sehingga bayi yang minum ASI perlu menyusu lebih sering.
c.    Kebiasaan menyusu bayi anda, kenaikan berat badannya, dan pola tidurnya jangan dibandingkan dengan bayi lain, karena tiap bayi adalah individu yang unik dan terdapat variasi yang luas, asalkan masih dalam batas-batas yang normal.
d.   Bayi tiba-tiba meningkat frekuensi dan lamanya menyusu. Bayi yang tidur saja pada minggu-minggu pertama, sering secara tiba-tiba seolah-olah terbangun dari tidurnya dan menyusu lebih sering. Demikian pula pada bayi yang dalam masa pertumbuhan, pada masa ini mereka menyusu lebih sering dari biasa untuk mendapatkan lebih banyak ASI untuk memenuhi kebutuhannya.
e.    Bayi tiba-tiba menurun lamanya menyusu, kurang 5-10 menit tiap payudara. Mungkin karena dia lebih berpengalaman menyusu, sehingga mendapat ASI yang diperlukan lebih cepat.
f.    Bayi tiba-tiba tidak mau menyusu. Kemungkinan karena hidung tersumbat karena pilek, atau karena tumbuh gigi.
g.   Bayi tampak gelisah. Bisa karena lapar atau keadaan lingkungan yang tidak nyaman, misal bayi kepanasan karena selimut tebal.
h.   Dari payudara ibu hanya sedikit/sama sekali tidak ASI yang menetes kalau lama tidak disusukan. ASI yang menetes tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah ASI yang diproduksi.
i.     Payudara ibu tiba-tiba tampak lembek. Hal ini mungkin karena anak menyusu lebih kuat dan lebih sering sehingga payudara tidak penuh.
j.     Refleks let down terasa tidak kuat. Kadang-kadang beberapa ibu tidak merasa adanya refleks let down, yaitu ASI yang keluar dengan deras pada saat bayi menyusu.
Apabila produksi ASI tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, harus dicari sebab-sebabnya mengapa produksi ASI tersebut menurun, yaitu :
a.    Makanan suplemen.
b.   Pengunaan empongan (pacifier).
c.    Penggunaan nipple shield.
d.   Jadwal makan yang ketat, akan mempengaruhi produksi ASI.
e.    Bayi tidur saja.
f.    Kecemasan dan kelelahan ibu akan mempengaruhi refleks let down dan menurunkan produksi ASI.
g.   Merokok dan obat-obatan.
h.   Ibu yang sedikit minum, produksi ASI-nya juga akan berkurang.
i.     Diit ibu yang jelek, akan menurunkan produksi ASI.

Bila tidak diketemukan semua faktor yang disebutkan diatas yang menyebabkan penurunan ASI, beberapa langkah dibawah ini diharapkan dapat meningkatkan produksi ASI :
a.    Susuilah bayi sering tanpa dijadwal, paling sedikit 8 kali dalam 24 jam, tiap-tiap payudara 10-15 menit.
b.   Tiap menyusui gunakan kedua payudara secara bergantian, ini berguna agar bayi mendapat semua ASI yang tersedia dan untuk merangsang produksi ASI sesering mungkin.
c.    Bayi hanya menyusu pada ibu, tidak dianjurkan menggunakan botol dot/empongan.  Hal ini karena mekanisme menyusu pada puting dan pada botol dot adalah berbeda.
Kalau dengan semua cara tersebut diatas tetap tidak berhasil, maka bayi dapat diberi susu formula. Tetapi sebelumnya harus diberi ASI dulu, mungkin ASI akan keluar lebih banyak kalau ibu lebih tenang.
9)   Menyusui Dikaitkan dengan Kondisi Bayi
a.    Gagal tumbuh (failure to thrive) pada bayi yang mendapat ASI
a)    Gejala bayi yang gagal tumbuh adalah :
(a)    Dehidrasi ringan.
(b)   Kurang dari 6 popok basah perharinya.
(c)    Bayi menangis, baik sebelum maupun setelah menyusu.
(d)   Bayi jarang berak pada minggu-minggu pertama kehidupan.
(e)    Kenaikan berat badan anak pada KMS, tidak baik.
b)   Penyebab umum gagal tumbuh yang bisa terjadi pada bayi yang minum ASI maupun non-ASI, adalah :
(a)    Infeksi
(b)   Penyakit jantung bawaan
(c)    Kelainan pada susunan saraf pusat
(d)   Penyakit-penyakit ginjal
(e)    Kelainan/penyakit pada saluran pencernaan, misalnya malabsorpsi
(f)    Kelainan anatomis : sumbing palatum, atresia koanal, dsb
(g)   Endokrin/penyakit-penyakit metabolik.
c)    Sedangkan secara khusus penyebab gagal tumbuh pada bayi yang minum ASI atau penyebab produksi ASI yang tidak memadai, adalah :
(b)   Dari pihak bayi
o   Kelainan anatomik :
§  Sumbing pada bibir/palatum
§  Deformitas fasial lainnya
§  Kelainan gastrointestinal
o   Kelainan fisiologik :
§  Frekuensi menyusui yang kurang sering
o   Masalah organik :
§  Kebutuhan kalori yang meningkat : infeksi
§  Prematuritas
§  Kelainan organik lainnya : kelainan SSP (Susunan Saraf Pusat), gangguan metabolik, malabsorpsi
o   Faktor psikologik :
§  Bayi yang ‘‘stres’’, bayi yang ‘‘sulit’’
(c)    Dari pihak ibu
o   Kelainan anatomik :
§  Payudara yang telah diangkat
§  Jaringan payudara yang hipoplastik
§  Puting inversi
§  lainnya
o   Kelainan fisiologik :
§  Payudara yang jarang disusu atau lamanya menyusu yang kurang.
§  Hambatan refleks ‘‘let down’’ : stres, kelelahan, depresi, obat-obatan misal pil KB yang mengandung estrogen, ibu perokok/peminum alkohol yang berat dan sebagainya.
§  Gizi ibu menyusui yang kurang baik, diit ibu yang terlalu ketat, penurunan berat badan ibu yang terlalu drastis.
o   Masalah organik :
§  Ibu sedang menderita sakit
§  Gangguan hormonal
§  Ibu hamil lagi
o   Faktor fisikologk :
§  Ibu yang mengalami depresi, cemas, sedang ada masalah, ibu yang terlalu tergantung, juga ibu yang kurang mendapat dukungan dari suami/keluarganya dalam menyusui bayinya.
(d)   Kombinasi faktor bayi dan ibu
o   Masalah struktural :
§  Ketidak cocokan : mulut bayi yang kecil, tali lidah yang pendek, payudara yang besar, puting datar.
§  Penggunaan ‘‘nipple shield’’ atau empongan
o   Faktor fisiologik :
§  Pemberian suplemen makanan lain selain ASI yang terlalu cepat atau suplemen yang membuat bayi kenyang.
§  Bayi yang kurang disusui : ada bayi yang rewel/ada yang puas.
o   Faktor psikologik :
§  Bayi yang dirawat terpisah dengan ibunya.
§  Bayi yang diterlantarkan atau bayi yang mendapatkan perlakuan salah.
§  Penyebab lain, misalnya ruang yang terlalu bising, menghentikan menyusui sebelum bayi selesai menyusu, dll.
b.    Ikterus pada bayi menyusu ASI
Ikterus karena ASI sangat jarang terjadi. Terjadinya ikterus tersebut karena hormon 3-alfa 20-beta-pregnane-diol pada ASI yang mengadakan inhibisi pada enzim glukuronil-transferase pada hepar bayi. Penyebab lain adalah asam lemak bebas terutama asam linoleat pada ASI yang mengadakan inhibisi pada enzim glukuronil transferase. Sedangkan pendapat terbaru menekankan pada jalur enterohepatik yang menyebabkan meningkatnya reabsorbsi bilirubin indirek dari usus bayi, kemungkinan karena efek yang tidak diketahui pada ASI terhadap saluran pencernaan.
Dari penelitian terakhir ternyata tidak ada perbedaan yang bermakna antara konsentrasi bilirubin pada bayi yang minum ASI dan susu formula pada 4 hari pertama. Kenaikan yang bermakna dari bilirubin indirek pada bayi yang ikterus oleh karena ASI biasanya pada pada hari ke 4-7, walaupun sering pula terjadi pada minggu ke 2-3. Penghentian menyusui untuk 1-3 hari biasanya untuk diagnosis, hasilnya akan terdapat penurunan yang cepat kadar bilirubin sampai setengahnya. Kalau bilirubin tidak menurun setelah ASI diberhentikan sementara tersebut, maka harus dicari penyebab lain.
Gejala dan penatalaksanaan :
(a)    Timbulnya setelah bayi umur 4 hari.
(b)   Tidak terdapat kenaikan bilirubin direk.
(c)    ASI diberhentikan kalau ada bahaya terjadinya kern ikterus yaitu bila bilirubin indirek lebih dari 20 mg/100cc pada bayi matur, atau lebih dari 15 mg/100cc pada bayi BBLR yang sehat.
(d)   Bayi tampak sehat.
(e)    Perjalanan ikterus karena ASI (yang ASInya diteruskan) puncaknya pada minggu ke 2-3, dengan penurunan secara bertahap pada minggu ke 6-8.
(f)    Tidak perlu fototerapi. Ikterus karena ASI tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.
c.    Bayi lahir melalui seksio sesaria
Bila pada seksio digunakan anastesi umum, bayi bisa mulai disusukan setelah ibu sadar dengan bantuan tenaga perawat/bidan. Efek narkose pada bayi yang diterimanya baik melalui plasenta ataupun melalui ASI dapat mengakibatkan bayi lemah dan malas menyusu. Kalau ibu dan bayi keadaan umumnya baik tanpa ada komplikasi, maka harus segera dilakukan rawat gabung.
Adalah umum terjadi kenaikan suhu ringan setelah operasi, tetapi ini bukan kontraindikasi untuk menyusui. Posisi memegang bola (foot ball) lebih cocok untuk ibu seksio oleh karena bayi tidak menekan bekas luka operasi. Atau dengan posisi miring, dengan bayi berada disamping ibu.
d.   Bayi kembar
Dengan meningkatnya rangsangan untuk produk ASI yang datang dari 2 bayi, maka ASI selalu cukup untuk kedua bayi kembar tersebut. Tetapi kita harus memperhatikan diit ibu harus mengandung kalori lebih tinggi, ekstra minum, cukup protein dan vitamin, agar produksi ASI mencukupi kebutuhan bayi dan status gizi ibu terpelihara.
Bayi dapat diusui keduanya secara bersamaan pada kedua payudara ibu, dengan 3 posisi secara bergantian tergantung posisi mana yang dianggap nyaman oleh ibu. Tiga posisi tersebut, yang dapat dilakukan pada kedua bayi secara bersamaan adalah:
(a)    Tiap bayi menyusu dengan posisi foot ball.
(b)   Tiap bayi menyusu dengan posisi sejajar dengan tubuh ibu.
(c)    Kedua bayi menyusu saling menyilang di depan tubuh ibu.
Bagi ibu yang terpaksa menyusui bayinya secara bergantian, mulailah lebih dahulu dengan menyusui bayi lebih kecil.
Bayi kembar sering tumbuh pada tingkatan yang berbeda, yang satu lebih gemuk dari yang lain, tergantung frekuensi menyusu oleh masing-masing bayi.
e.    Bayi dengan kelainan anatomi bibir dan palatum
Banyak orang mengira bahwa bayi sumbing tidak mungkin dapat menyusu. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena dengan kesabaran dan ketelatenan ibu, maka banyak ibu yang berhasil menyusui bayinya sendiri. Untuk itu diperlukan dukungan dari keluarga maupun dari petugas kesehatan.
Contoh :
a)      Bayi yang sumbing pada langit-langit lunak (palatum mole), bayi dapat menyusu tanpa kesulitan apabila bayi disusukan dalam posisi tegak, agar ASI tidak masuk kedalam hidung.
Karena ada kecenderungan ASI keluar hidung pada bayi tersebut, maka ibu dianjurkan untuk sering-sering menghentikan menyusui  untuk memberikan kesempatan bayi bernapas. Kesukaran terberat adalah pada minggu-minggu pertama, tetapi itu tidak berarti tidak mungkin menyusui pada bayi dengan sumbing langit-langit.
b)      Sumbing hanya pada bibir atas saja, maka bayi dapat menyusu sambil ibu menutup sumbing tersebut dengan jarinya agar bayi dapat mengisap dengan sempurna. Kadang-kadang terdengar bunyi pada saat bayi sedang menyusu.
Proses menyusui pada anak dengan sumbing ini memungkinkan, karena mekanisme menyusu tidak terganggu, asalkan dilakukan dengan teknik menyusui yang baik dan benar.
c)      Yang paling sulit bilamana terdapat sumbing ganda, yaitu sumbing pada langit-langit keras/lunak dan bibir, sehingga bayi sulit menghisap puting susu dengan sempurna.
Untuk bayi yang demikian, ibu dapat mengeluarkan ASI dengan tangan/pompa kemudian diberikan  dengan sendok/pipet/dot khusus. Atau dapat pula dikonsutasikan pada Ahli Bedah Mulut untuk sementara dipasang suatu alat yang memudahkan proses menyusui, sambil menunggu saat dioperasi.
Sementara setelah bayi menjalani operasi, ASI dapat diperas dengan tangan/pompa dan diberikan pada bayi melalui pipet/sendok.

10)                   Menyusui Dikaitkan dengan Kondisi Ibu
a.    Ibu bekerja
Walaupun ibu bekerja sebaiknya terus menyusui bayinya. Dianjurkan untuk mengikuti cara-cara dibawah ini untuk mencegah penurunan produksi ASI dan penyapihan yang terlalu dini :
a)      Sebelum ibu berangkat bekerja bayi harus disusui. Selanjutnya ASI diperas dan disimpan untuk diberikan pada bayi selama ibu bekerja, disamping susu formula kalau masih diperlukan.
b)      Bila mungkin, ibu pulang untuk menyusui pada tengah hari.
c)      Bayi disusui lebih sering setelah ibu pulang kerja dan pada malam hari.
d)     Tidak menggunakan susu formula pada hari libur.
e)      Tidak mulai bekerja terlalu cepat setelah melahirkan, tunggu 1-2 bulan untuk meyakinkan lancarnya produksi ASI dan masalah pada awal menyusui telah teratasi. Kalau ibu ingin memberikan susu formula dengan menggunakan botol, maka dapat dicoba setelah ibu yakin bahwa bayinya telah mampu menyusu pada ibu dengan baik, untuk menghindari bayi bingung puting.
b.    Penyakit kronis/berat pada ibu
Pada ibu dengan TBC aktif, asal sudah mendapatkan pengobatan, ibu masih tetap boleh menyusui. Sedangkan pada bayinya dapat segera diimunisasi BCG dan diberikan INH profilaksis.
Sedangkan pada ibu yang sakit berat biasanya produksi ASInya menurun. Asal ibu mendapat pengobatan dan diit yang baik, maka setelah ibu sembuh bisa menyusui kembali bayinya. Pada ibu-ibu yang malnutrisi, produksi ASI lebih sedikit daripada ibu yang gizinya baik. Dengan suplementasi makanan, maka produksi ASI bisa ditingkatkan.
Pada ibu yang menderita hepatitis B atau AIDS, masih terdapat beberapa pendapat. Ada yang menganjurkan agar ASI tetap diberikan kepada bayi, terutama untuk dinegara-negara berkembang, karena nilai gizi ASI yang tinggi dan adanya zat anti yang terdapat pada ASI. Tetapi ada pula yang menentang pemberian ASI tersebut, dengan alasan bayi belum tentu ketularan ibunya pada saat mereka lahir, sehingga perlu dicegah penularan melalui ASI yang mungkin terkontaminer virus hepatitis B/HIV, misalnya akibat dari puting susu ibu yang lecet, atau sebab lannya. Penularan vertikal dari ibu yang menderita AIDS pada bayinya berkisar antara 25% sampai 50%.
Penelitian di Taiwan membuktikan bahwa ASI cukup aman untuk bayi. Pada 11 bayi yang menyusui dari ibu yang menderita hepatitis C, ternyata pada evaluasi sampai bayi usia 1 tahun, tidak menunjukan adanya hepatitis-C pada bayi tersebut.
c.    Ibu dengan diit tertentu
a)      Ibu vegetarian
Bila dalam diit ibu masih ada susu dan telor, maka tidak ada masalah dalam laktasi. Tetapi bila ibu vegetarian murni dan sama sekali tidak mengkonsumsi protein hewani, maka ibu dan bayinya akan kekurangan vitamin B12. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka pada diit ibu harus ditambahkan suplemen vitamin B12 setiap harinya.
b)      Ibu diabetes melitus
Ibu penderita diabetes melitus tetapi dianjurkan untuk menyusui bayinya. Pada kedaan seperti ini, harus diperhatikan :
d)   Kebutuhan insulinnya akan berkurang.
e)    Pada saat melahirkan dan beberapa hari setelahnya, kadar gula ibu sangat bervariasi.
f)    Sering terjadi laktosuria yang dapat disangka glukosuria.
g)   Kemungkinan menderita mastitis atau abses payudara lebih besar.
d.   Pemberian obat-obatan pada ibu menyusui
Bila obat diberikan pada ibu menyusui, yang perlu diketahui adalah :
a)      Berapa banyak obat tersebut dikeluarkan melaui ASI.
b)      Berapa banyak obat tersebut yang diserap oleh bayi.
c)      Sejauh mana obat tersebut mempengaruhi laktasi.
e.    Menyusui pada waktu hamil
Menyusui pada saat ibu sedang hamil bukan sebagai faktor resiko untuk melahirkan bayi prematur atau mengganggu pertumbuhan janin intrauterin, asalkan ibu sehat, mendapat diit yang baik serta tidak terdapat kontraindikasi. Penyapihan dapat dilakukan secara bertahap yaitu sampai usia kehamilan 5-6 bulan, karena setelah trimester kedua pertumbuhan janin sangat pesat. Sering kali anak tidak mau menyusu dengan sendirinya kalau ibunya sedang hamil, hal ini disebabkan adanya perubahan hormonal pada ibu hamil yang menyebabkan menurunnya produksi ASI dan puting susu menjadi lunak. Penyapihan juga bisa datang dari ibunya, karena adanya perasaan yang kurang nyaman, mual/muntah, atau kelelahan pada ibunya. Penyapihan yang mendadak hanya dilakukan kalau terdapat resiko untuk melahirkan prematur, yaitu anamnesis terdapat abortus/kelahiran prematur, terdapat kehamilan kembar, adanya tanda-tanda abortus/kelahiran prematur, terdapat penurunan berat badan ibu/tidak menunjukkan kenaikan berat badan setelah trimester pertama kehamilan dan pada ibu dengan hiperemesis.
Diit harus diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan produksi ASI.

4.    Kesimpulan
Ada 3 bagian utama payudara, Korpus (badan), Areola, Papilla atau putting. Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, jaringan sub kutan (jaringan bawah kulit), dan corpus mamae. Corpus mamae terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari duktusLaktiferus (Duktus), Duktulus (Duktuli), Lobus dan Alveolus.
Dukungan Bidan dalam pemberian ASI yaitu: biarkan bayi bersama ibunya segera setelah dilahirkan selama beberapa jam pertama, ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul, bantu ibu pada waktu pertama kali menyusui, bayi harus ditempatkan dengan ibunya dikamar yang sama (rawat gabung/roming in), memberikan ASI pada bayi sesering mungkin, hanya berikan kolostrum dan ASI saja, hindari susu botol dan dot empeng.
Manfaat pemberian ASI bagi bayi: dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik, mengandung antibody, ASI mengandung komposisi yang tepat, memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi, terhindar dari alergi, ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi, membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi. Bagi Ibu: aspek kontrasepsi, aspek kesehatan Ibu, aspek penurunan berat badan, aspek psikologis. Bagi Keluarga: aspek ekonomi, aspek psikologi, aspek kemudahan. Bagi negara: menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, menghemat devisa Negara, mengurangi subsidi untuk rumah sakit, meningkatkan kualitas generasi penerus.
Komposisi Gizi dalam ASI yaitu kolostrum, ASI masa Transisi dan ASI mature. Upaya Memperbanyak ASI antara lain dengan makanan, ketenangan jiwa dan fikiran, penggunaan alat kontrasepsi, perawatan payudara, anatomis payudara, fisiologi, faktor istirahat, faktor Isapan anak, faktor obat-obatan.
Tanda bayi cukup ASI: bayi berkemih 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda, bayi sering buang air besar berwarna kekuningan dengan bentuk berbiji, bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup, bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam, payudara ibu terasa lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui, ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu, bayi bertambah berat badannya.
ASI Eksklusif diberikan sejak umur 0 hari sampai 6 bulan. ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan terbaik untuk bayi.
Pemijatan pada daerah tengkuk dan punggung sejajar dengan payudara akan mengakibatkan rangsangan saraf diteruskan ke kelenjar hipofisis bagian belakang yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi kontraksi otot polos yang mengelilingi alveolus dan saluran susu. Melalui kontraksi inilah yang akan menyebabkan air susu mengalir turun ke sinus lactiferous sehingga ASI dipompa keluar (refleks aliran/let down reflex). 
Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui, yaitu : berbaring miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau ibu merasa lelah atau merasa nyeri, duduk. Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu, dalam posisinya tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat tidur atau dilantai, atau duduk dikursi.
Masalah dalam pemberian ASI: puting nyeri/lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis, abses payudara, kelainan anatomis pada puting, bayi enggan menyusu dan kegagalan menyusu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar